"Seseorang yang "Istiqomah" memiliki pendirian yang stabil 
dalam menuju Ridha Allah". 
Dia tidak tergoyahkan oleh usia, lingkungan 
atau ujian dan cercaan. Dia bagaikan karang yang melawan tempaan ombak.
"Istiqomah" dalam kacamata "Islam" itu seperti apa sih?
Kata "Istiqomah" secara bahasa berarti : Tegak dan Lurus.
Sedangkan secara Istilah, para salafus shalih memberikan beberapa definisi, diantaranya :
- Abu Bakar Ash Shiddiq ra. : "Hendaknya kamu tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga".
- Umar bin Khattab ra. : "Hendaknya kita bertahan dalam satu perintah atau larangan, tidak berpaling seperti berpalingnya seekor musang".
- Utsman bin Affan ra. : "Istiqomah" artinya ikhlas".
- Ali bin Abi Thalib ra : "Istiqomah" adalah melaksanakan kewajian".
- Ibnu Abbas ra. : "Istiqomah" mengandung 3 macam arti: "Istiqomah" dengan lisan (yaitu bertahan terus mengucapkan kalimat syahadat), "Istiqomah" dengan hati (artinya terus melakukan niat yang jujur) dan "Istiqomah" dengan jiwa (senantiasa melaksanakan ibadah dan ketaatan secara terus-menerus).
- Ar Raaghib : "Tetap berada di atas jalan yang lurus" [istiqomah, Dr. Ahmad bin Yusuf Ad Duraiwisy, Darul Haq].
- Imam An Nawawi : "Tetap alam ketaatan" (Kitab Riyadhus Shalihin). Sehingga "Istiqomah" mengandung pengertian : "tetap dalam ketaatan dan di atas jalan yang lurus dalam beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla".
- Mujahid : "Istiqomah" adalah komitment terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah Taala”.
- Ibnu Taimiah : “Mereka ber"Istiqomah" dalam mencintai dan beribadah kepada-Nya tanpa menoleh kiri kanan”. Dengan kata lain "Istiqomah" mengandung suatu arti mendalam dalam beribadah kepada-Nya, mencintai sepenuh hati dalam mencari Ridha-Nya.
Sedangkan balasan bagi Hamba Allah yang "Istiqomah" adalah sebagaimana Firman Allah SWT: 
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا 
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا 
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah 
Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka ("Istiqomah"), maka malaikat
 akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan 
janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah (surga) yang 
telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushilat [41]: 30)
Keimanan kepada Allah menuntut sikap "Istiqomah". 
Keyakinan hati, kebenaran lisan dan kesungguhan dalam amal adalah 
unsur-unsur keimanan yang mesti dijalankan dengan "Istiqomah". "Istiqomah" yang berarti keteguhan dalam memegang prinsip, merupakan bukti
 jelas kekuatan iman seseorang.
Rasulullah SAW. juga bersabda, “Katakanlah: “Rabbku adalah Allah” dan "Istiqomah"! (HR Tirmidzi)
Pantas jika Allah menjanjikan keutamaan yang besar untuk orang-orang 
yang "Istiqomah" dalam imannya. Pada ayat yang disebutkan di muka, menurut
 ahli tafsir, Allah memberitakan bahwa ketika orang-orang yang "Istiqomah"
 itu mati, akan turun kepada mereka para malaikat seraya berkata,“Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”
Tidak takut dan tidak bersedih. Itulah yang akan dirasakan oleh 
orang-orang yang "Istiqomah" ketika mereka meninggalkan alam fana ini. 
Para ulama
 juga menjelaskan, bahwa maksud tidak takut adalah mereka tidak takut 
dengan apa yang akan mereka hadapi setelah hari kematian mereka.  Adapun
 maksud mereka tidak bersedih adalah mereka tidak bersedih dengan apa 
yang mereka tinggalkan selama di dunia.
Perasaan ini akan dialami oleh semua orang yang "Istiqomah". Termasuk 
orang-orang yang ketika di dunia sangat bahagia, berharta dan 
berkedudukan tinggi. Karena kebahagiaan yang akan mereka terima di 
akhirat, jauh lebih baik dari apa yang selama ini mereka rasakan di 
dunia.
Sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman, tidak "Istiqomah", berlaku 
maksiat dan sombong, kelak yang akan dirasakannya adalah ketakutan yang 
mencekam dan kesedihan yang mendalam. Hingga walaupun di dunia mereka 
adalah orang yang paling sengsara. Karena, kesengsaraannya selama mereka
 di dunia, masih jauh lebih baik dari kerugian yang akan diterimanya di 
akhirat.
Orang-orang yang "Istiqomah" itu juga bergembira dengan surga yang 
dijanjikan Allah; tempat segala kenikmatan, sebagai balasan yang Allah 
gambarkan dengan firmannya dalam hadis qudsi, “Sesuatu yang tidak 
ada satu mata pun yang pernah melihatnya, tidak ada satu telinga pun 
yang pernah mendengarnya dan tidak pernah terlintas sedikitpun dalam 
hati manusia.” (HR Bukhari Muslim)
Sedangkan ciri khas "Istiqomah" ada dua:
1. Yakin. Orang yang "Istiqomah" itu haqqul yakiin, Allah
 akan menurunkan malaikat yang buahnya adalah derajat kekasih Allah 
dalam situasi apapun, sekalipun jiwa taruhannya, dia tenang. Tenang ini 
tidak bisa diminta dari orang, tidak bisa dibeli. Tenang itu milik 
Allah.
“Huwalladzi andzala sakiinah fii qulubil mu’miniin,” Dialah Allah yang menurunkan sakinah di hati orang yang beriman.
Orang yang dikaruniai ketenangan, jernih dalam segala kondisi itulah 
Rasulullah, para sahabat, para ulama yang benar-benar pecinta Allah. 
Orang yang "Istiqomah" akan tidak ada takutnya dan tidak sedih dengan 
dunia berikut isinya.
2. Mendapat Keutamaan, seperti dalam QS Fusilat ayat 30:
“Sesungguhnya orang- orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’ 
dan mereka "Istiqomah" pada pendirian mereka maka para malaikat akan turun
 kepada mereka dan mengatakan jangan merasa takut dan jangan kamu merasa
 sedih, bergembiralah kamu memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah 
kepadamu.”
“Sesungguhnya orang yang 
mengatakan, Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap "Istiqomah" 
maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) 
berduka cita. Merekalah orang-orang yang mewarisi surga, kekal 
didalamnya sebagai balasan apa yang sudah dilakukan.” (QS Al- Ahqof: 13-14)
Dalam salah satu hadits, salah satu sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya,
 Rasul ajarkan kepadaku agama "Islam", ucapan yang mencakup seluruhnya 
sehingga aku tidak bertanya lagi kepadamu sesudah ini.” Beliau menjawab,
 “Yakinlah kepada Allah dan "Istiqomah" (HR. Muslim)
Kalau orang sudah dapat keyakinan kepada Allah kemudian dia "Istiqomah" 
dalam keyakinannya, "Istiqomah" dalam amalnya, "Istiqomah" dalam 
keikhlasannya, dapatlah dunia berikut isinya. Insya Allah derajatnya 
bisa mencapai derajat kekasih Allah.
Cara Agar Tetap Istiqomah
1. Menjiwai syahadat, Ashadu an laa illaha illAllah wa ashadu anna Muhammadarrosululloh.
 Syahadat yang bagus adalah hatinya benar-benar tidak menuhankan apapun 
selain Allah. Kalau sudah bulat hati ke Allah, maka mahluk, harta, 
kedudukan duniawi, popularitas tidak jadi sandaran. Makanya, setiap 
orang yang hatinya masih menganggap ada selain Allah yang bisa memberi 
nikmat, memberi karunia, memberikan manfaat maka amalnya ditujukan untuk
 sesuatu, ini sulit untuk "Istiqomah", karena sesuatunya itu akan berhenti
 juga, bisa berhenti memperhatikan, bisa berhenti memberi, dan 
sebagainya.
Berkahnya orang "Istiqomah" itu dicintai Allah, selain dijaga malaikat 
dicintai Allah. Orang yang "Istiqomah" itu kalaupun suatu saat Allah 
menahannya dari beramal, pahalanya insya Allah dapat. Misalnya kita"Istiqomah"  sholat jama’ah, lalu Allah menakdirkan sakit atau hujan lebat,
 itu pahalanya tetap dapat. Atau kita "Istiqomah" tiap malam tahajud, 
suatu saat Allah memberikan tidur yang pulas karena capek habis belajar,
 habis kerja, itu tetap dapat pahala tahajud.
2. Pelajari ibadah yang paling membuat kita nyaman dan memahami ilmunya dengan baik.
 Ada orang yang mampu menghapal Al-Qur'an dengan baik, ada orang yang 
bagus tahajudnya, ada yang bagus shaum Senin-Kamis atau shaum Daud-nya 
kuat, ada yang bagus wiridnya, ada yang bagus sedekahnya. Lakukan ibadah
 secara bertahap saja karena Allah juga sudah tahu persis keterbatasan 
kita, yang penting kualitasnya terjaga.
3. Pelajari dalil (ibadahnya) dengan baik dan amalkan, 
mencontoh Rasulullah yang saat mau tidur membaca doa, baca ayat Kursi, 
surat Al- Fatihah, Al- Ikhlas, Al- Falaq, An- Nas, lalu usap ke wajah. 
Gunanya melakukan itupun untuk keselamatan diri. Atau menjaga wudhu. Ini
 amalan para kekasih Allah, selalu menjaga diri suci. Siapa tahu nanti 
waktu sholat masuk kita tidak dapat air, kalau dalam keadaan wudhu kan 
lebih mudah.
4. Sering membaca kisah orang-orang soleh yang inspiratif,
 kisah para sahabat, ulama atau orang- orang yang memang memiliki 
ketenangan. Seperti Sayid Qutub yang menjelang wafat, sikapnya tetap 
tenang, jernih, wajahnya jernih walaupun dipukul, dicambuk, hanya 
menyebut nama Allah ketika mau diseret ke tiang gantungan.
5. Tidak bosan bertaubat. Dengan taubat, nanti hati 
makin bening, makin adem, makin ajeg, makin banyak yang bisa kita lihat 
dalam hidup ini. Kalau taubatnya bagus, rezeki nanti kelihatan, jalan 
keluar juga kelihatan. Persoalan pasti banyak, tapi jangan takut. Tidak 
ada yang harus kita takuti dengan persoalan kita, orang yang gelisah tuh
 pasti sebanding dengan tingkat kecintaannya kepada duniawi. 
Semoga Allah SWT. selalu menuntun dan memberikan Hidayah-NYA kepada kita, sehingga kita bisa tergolong orang yang "Istiqomah". 
    
Sumber:
1. https://id-id.facebook.com/.../istiqomah.../485365417...
2. muslim.or.id/.../inilah-balasan-bagi-yang-istiqomah.ht...
3. daaruttauhiid.org/artikel/.../keutamaan-istiqomah.html
4. laely.widjajati.facebook/Add-a-description
8. laely.widjajati.facebook/Add-a-description 




0 komentar:
Posting Komentar