"Adil" terdiri dari dua suku kata, tapi berjuta kesulitan untuk
melaksanakannya".
Bahkan hampir tidak ada manusia
yang bisa melaksanakan "Adil" dengan sempurna. Entah kenapa "Adil" sangat
sulit dilakukan. Islam sangat menjunjung tinggi ke"Adil"an dalam setiap aspek kehidupan.
Ke"Adil"an merupakan ciri atau kunci ajaran Islam. Setiap kaum muslimin
memperoleh hak dan kewajiban yang sama. Hak disini dimaknai bahwa setiap
muslim akan mendapatkan ke"Adil"an hukum yang sama. Dengan ke"Adil"an,
orang akan merasa aman dan nyaman.
Ke"Adil"an ini tersurat dalam landasan hukum Islam baik Al-Qur'an maupun Hadits. Ke"Adil"an kehidupan sosial, politik, keamanan dan lainnya. Banyak di dalam sendi kehidupan kita harus meletakkan ke"Adil"an seperti pernikahan, perceraian, rujuk, menetapkan putusan dan lain-lain.
Tidak bisa dibayangkan jika didunia ini tanpa ada ke"Adil"an. Semua manusia akan saling curiga dimana tidak ada orang yang bisa dipercaya. Akhirnya sebuah kekacauan akan terjadi. Peran seorang pemimpin dalam memimpin kepemimpinannya akan diuji apakah pemimpin itu "Adil" atau tidak.
"Adil" adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya. "Adil" adalah suatu Perbuatan yang mengindahkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan yang berlaku didalam kehidupan sehari-hari.
Kebanyakan kita berpikir bahwa "Adil" itu bisa terjadi apabila terdapat lebih dari satu objek, berulah "Adil" itu bisa terlahir.
tapi sebenarnya itu adalah persepsi yang salah. Karena "Adil" tidak membutuhkan lebih dari satu objek untuk melahirkannya.
"Adil" adalah memberikan sesuatu sesuai dengan haknya. Ada
pula yang mengatakan, bahwa "Adil" berarti tidak memihak (agak ambigu dengan arti
netral kayaknya).Tapi apapun artinya, yang jelas "Adil" punya definisi dan tujuan yang bagus. Hanya saja, untuk bisa menjadi "Adil" itu tidaklah
mudah. Karena ukuran masing-masing individu dalam menentukan apakah
sesuatu atau seseorang telah diperlakukan secara "Adil" akan menjadi
berbeda-beda. Ukuran itulah yang sering kali menjadi hal yang memicu
adanya pertentangan tentang ke"Adil"an. Karena ukuran yang digunakan dalam
setiap kacamata orang untuk menilai juga berbeda.
Kalau kita tidak
pandai bersyukur atas segala yang terjadi pada kita, baik itu untuk hal-hal
yang sesuai dengan harapan kita maupun tidak maka kita akan selalu
terpaku pada hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan kita. Walhasil, kita
akan merasa gagal. Ketika perasaan gagal itu ada, biasanya kita akan
berusaha mencari-cari apa penyebabnya. Pertama kita akan mencari dalam
diri kita sendiri, tapi jika tidak menemukan, maka kita biasanya akan
beralih ke orang sekitar kita. Kita akan mencari kambing hitam penyebab
kegagalan itu. Alhasil, pikiran kita akan selalu dipenuhi dengan
pikiran-pikiran jelek. Prasangka-prasangka buruk. Dan jelas itu akan meracuni
pikiran dan hati kita. Kalau pikiran dan hati sudah teracuni, jangan
harap hidup akan bisa tenang. Hidup dengan prasangka hanya akan
membebani hidup kita.
Jadi
, menjadi orang yang pandai bersyukur, sabar dan ikhlas adalah yang
bisa kita lakukan jika memang ingin hidup tenang. Segala di dunia ini
tidak ada yang 100% "Adil". Pasti akan ada saja yang membuat beda dalam
memandang ke"Adil"an. Yang penting kita bisa selalu berusaha untuk
bertindak se"Adil"-"Adil"nya, agar diri sendiri dan orang lain tidak
menjadi korban kedzaliman kita.
Dan
apabila disuatu masa, kita diperlakukan secara "Adil" menurut ukuran
pribadi kita. Bersyukur, senang boleh saja. Tapi bertindak dan
berpikirlah secara arif juga, karena bisa jadi di balik ke"Adil"an yang
kita terima itu, ada pihak lain yang merasa diperlakukan secara tidak "Adil".
Sumber:
1. https://sartikahinata.wordpress.com/.../kewajiban-berla...
2. kouzinet.blogspot.com/2010/03/pengertian-adil.html