"Jabatan" adalah sebahagian atau cabang dari suatu organisasi yang
besar yang mempunyai tanggungjawab dan fungsi yang spesifik.
"Jabatan" bukanlah hak, tetapi merupakan "amanah" dan kepercayaan dari Allah dan juga dari rakyat. Beberapa Hadits yang menjelaskan tentang "Jabatan", antara lain:
Dari
Abu Dzar RA Ia berkata “saya bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, mengapa engkau tidak memberi "Jabatan" kepadaku? Maka beliau
menepak bahuku, kemudian bersabda, ‘Wahai Abu Dzar, sungguh kamu seorang
yang lemah, sedangkan "Jabatan" adalah suatu kepercayaan, yang pada hari
kiamat merupakan suatu kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi pejabat
yang dapat memanfaatkan hak dan menunaikan dengan sebaik-baiknya.
(HR. Muslim)
Ada
beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari hadis Rasulullah di atas. Pertama,
hadis di atas memberi gambaran kepada kita tentang bagaimana cintanya
Rasulullah kepada para sahabat-sahabatnya. Beliau tidak ingin para
sahabatnya terjerumus ke dalam jurang kebinasaan. Beliau menginginkan
semua sahabat-sahabatnya selamat dan sejahtera baik dunia maupun
akhirat. Cintanya Rasulullah kepada para sahabatnya seperti halnya
beliau mencintai dirinya sendiri.
Salah satu bentuk
kecintaannya, Beliau tidak mau memberikan "Jabatan" kepada Abu dzar
karena beliau sangat mengetahui betul bagaimana kemampuan
masing-masing sahabatnya. Abu dzar al-Gifari adalah orang yang sangat
lemah sementara "Jabatan", kekuasaan harus dipegang oleh orang yang kuat,
berani, dan bermental baja disamping jujur dan "amanah".
Seorang
pejabat adalah seorang yang mampu menempatkan sesuatu secara
profesional, memiliki visi ke depan tidak hanya kepentingan sesaat,
pendek dan semu. Namun sampai jauh ke depan yakni negeri akhirat.
Yang
ke dua, hadis tersebut mengisaratkan kepada kita terutama bagi
mereka yang memegang "Jabatan" atau kekuasaan bahwa sesunggunya "Jabatan"
adalah "amanah", "amanah" dari Allah dan juga "amanah" dari rakyat.
Prof.
Dr. Quraish Shihab dalam tafsirnya al Misbah mengartikan "Amanah"
adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk dipelihara dan
dikembalikan bila tiba saatnya atau bila diminta oleh pemiliknya. "Amanah" adalah lawan dari khianat. Ia tidak diberikan kecuali kepada
orang yang dinilai oleh pemberinya dapat memelihara dengan baik apa
yang diberikannya itu.
Agama mengajarkan bahwa "amanah"
/ kepercayaan adalah asas keimanan. Berdasarkan sabda Nabi SAW, “ Tidak
ada iman bagi orang yang tidak memiliki "amanah".” Selanjutnya, "amanah" yang merupakan lawan dari khianat adalah sendi utama interaksi. "Amanah" tersebut membutuhkan kepercayaan, dan kepercayaan itu melahirkan
ketenangan batin yang selanjutnya melahirkan keyakinan.
"Jabatan" atau kekuasaan adalah "amanah" dari Allah, karena memang hanya atas izin
Allah seseorang bisa / mampu menduduki "Jabatan" atau kekuasaan.
Sebagaimana firmanNya:
قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ
الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ
“Katakanlah: Wahai Allah
pemilik kekuasaan / kerajaan ! Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang
engkau kehendaki dan egkau cabut kerajaan dari siapa yang engkau
kehendaki.” (Ali Imran /3/ 26)
"Jabatan" dan kekuasaan
adalah "amanah" dari rakyatnya, karena selain atas izin Allah, seorang
bisa menjadi pemimpin / penguasa pasti melibatkan andil besar dari
rakyatnya, apalagi dalam konteks bangsa Indonesia dalam lima tahun
sekali, rakyat Indonesia memberikan kepercayaan kepada calon-calon
pemimpin legislatif maupun eksekutif melalui proses besar yang kita
kenal dengan istilah "PEMILU".
Karenanya
Allah SWT mengingatkan orang-orang yang beriman jangan sekali-kali
mengkhianati "amanah"-"amanah" yang sudah dipercayakan. Sebagaimana
firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati "amanah" yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (
Al-Anfal/8/27 )
Yang ke tiga, hadis
di atas mengingatkan kepada kita terutama yang diberi kepercayaan
untuk mengemban amanat. Bahwa siapa saja yang
menyia-yiakan dan mengkhianati "amanah" akan mendapatkan malapetaka,
kehinaan dan penyesalan yang besar tidak hanya di dunia bahkan sampai ke
negeri akhirat.
Namun seorang pemimpin yang adil dan
bijaksana, yang senantiasa mencintai dan dicintai rakyatnya serta
mendahulukan kepentingan rakyat dan bangsanya diatas kepentingan
pribadi, keluarga, partai / kelompoknya akan mendapatkan tempat yang
terhormat di sisi Allah SWT, dia akan mendapat pertolongan dan
perlindungan dari Allah SWT saat tidak ada satu pun yang bisa melindung
kecuali Dia.
Tentu saja untuk mendapatkan predikat
sebagai pemimpin atau pejabat yang adil bukan merupakan sesuatu yang
mudah. Namun perlu perjuangan, pengorbanan, dan keikhlasan. Dan itu
bisa dimulai dari hal-hal yang kecil dan mendasar. Salah satunya adalah
dia harus tahu betul apa saja yang menjadi hak-hak dan kewajibannya
kemudian ia memanfaatkan dan menunaikan semua hak dan kewajiban itu
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya.
Sumber:
1. www.nuansaislam.com/index.php?...jabatan-adalah...
2. ms.wikipedia.org/wiki/Jabatan
3. www.padangmedia.com/.../79250-Daniel--Jabatan-adalah-Amanah-Pimpinan .html
4. Laely.Widjajati.Photos.Facebook/Habis-Libur,-Ayoooo-Bekerja-Semangaaaaaaat............ .../
5. Hepi.Say.Photos.Facebook/3 angel... Menyelesaikan misi../
6. Hepi.Say.Photos.Facebook/Menelusuri kali... Dg riang biarpun deg2../