"Lokasi "Makam" atau pesarean Pahlawan Nasional "Sultan Hasanuddin"
ini di Kompleks Pe"makam"an Jl. Palantika, Kelurahan Katangka, Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa Makassar Sulawesi Selatan".
"Makam" ini merupakan kompleks pe
"makam"an raja-raja Gowa. Di atas
"makam" beliau tertera nama
gelar Sang Raja Gowa ke-16 ini, yaitu
"Sultan Hasanuddin": Mallombasi Daeng Mattawang
Karaeng Bontomangape Mohammad Bakir Tumenanga Ribulla Pangkawi. Sedangkan di sebelah kiri depan kompleks pe
"makam"an ini terdapat sebuah
batu yang bernama 'Tomanurung' atau 'Batu Pelantikan' untuk pelantikan
raja-raja Gowa. Kerajaan atau Ke
"sultan"an Gowa
memiliki 36 raja yang berkuasa sejak berdirinya tahun ke-1300 Masehi.
Guide kami sedikit menjelaskan tentang sejarah
"Sultan Hasanuddin".
"Sultan Hasanuddin" lahir di Makassar Sulawesi Selatan, pada tanggal 12 Januari 1629 dan wafat pada usia 30 tahun di Makassar juga pada tanggal 12 Juni 1670.
"Sultan Hasanuddin" adalah Raja Gowa ke 16, lahir dengan nama I Mallombasi Mohammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam,
"Sultan Hasanuddin" mendapat tambahan gelar
"Sultan Hasanuddin" Tmenanga Ri Balla Pangkana, namun beliau lebih dikenal dengan
"Sultan Hasanuddin" saja. Pada usia 24 tahun (tahun 1655),
"Sultan Hasanuddin" diangkat menjadi
"Sultan" ke 16 Kerajaan Gowa. Belanda memberi gelar kepada
"Sultan Hasanuddin": de Haav van de Oesten artinya Ayam Jantan dari Timur, karena kegigihan dan keberaniannya dalam melawan Kolonial Belanda.
"Sultan Hasanuddin", adalah putera kedua dari "Sultan" Malikussaid, Raja Gowa ke 15. "Sultan Hasanuddin" memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah Timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan. Pada tahun 1666, Kompeni di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, namun belum berhasil menundukkan Kerajaan Gowa. Di pihak lain, setelah "Sultan Hasanuddin" naik tahta, "Sultan Hasanuddin" berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian Timur untuk melawan Kompeni.
"Sultan Hasanuddin" adalah seorang Pahlawan Nasional yang sangat gigih menentang penjajah Belanda. "Makam" "Sultan Hasanuddin" berlokasi di kompleks pe"makam"an raja-raja Gowa di Katangka Somba Opu Gowa Makassar Sulawesi Selatan. Di kompleks pe"makam"an ini juga di"makam"kan "Sultan" Alauddin (Raja yang mengembangkan agama Islam pertama di Kerajaan Gowa). Dari tulisan yang terukir di "makam"nya, "Sultan Hasanuddin" lahir tahun 1629, menjadi raja tahun 1652, meletakkan jabatan tahun 1668 dan wafat tanggal 12 Juni 1670. Di "makam" "Sultan Hasanuddin" tertera nama Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe Mohammad Bakir yang merupakan nama kecil "Sultan Hasanuddin".
Setelah rombongan kami puas di kompleks pe
"makam"an
"Sultan Hasanuddin", kami segera melanjutlan perjalanan wisata kami ke Trans Studio. Namun sebelumnya kami menikmati wisata kuliner, rombongan kami makan
siang terlebih dahulu di Sop Konro Ratulangi. Namun, menurut saya secara
pribadi, rasanya kayaknya lebih sedap Sop Konro yang ada di Perak
Surabaya. Saya kira hal ini hanya masalah selera, karena saya orang Jawa
Timur, sehingga lidahnya lebih cocok kalau makan Sop Konro yang ada di
Jawa Timur.
PERUSAKAN "MAKAM" "SULTAN HASANUDDIN".
Pada hari Kamis 24 Mei 2012, terjadi perusakan pada
"makam" "Sultan
Hasanuddin". Diduga, pelaku perusakan lebih dari satu orang. Perusakan itu terjadi sekitar pukul 08.00 Wita. Beberapa prasasti dan
tugu yang berbentuk ayam jantan itu jatuh menimpa nisan kuburan yang
terbuat dari batu zaman dulu. Bahkan, cincin dan permata imitasi yang
tidak bernilai raib dibawa pelaku.
Perusakan
"Makam" Raja Gowa
"Sultan Hasanuddin" di Lakiong, Kelurahan
Pallantikang, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) terus
mendapat kecaman dari berbagai pihak.
Oknum pelaku perusakan
"Makam" Pahlawan Nasional
"Sultan Hasanuddin" yang
terletak di desa Palangtikang
"makam" raja-raja Gowa di Kecamatan Somba
Opu terus dikejar. "Kami fokus melakukan penyelidikan terhadap
pengrusakan situs budaya bersejarah
"Makam" "Sultan Hasanuddin" yang
dilakukan oknum tidak bertanggung jawab itu," kata Kapolres Gowa AKBP
Totok Lisdiarto di Gowa, Kamis (24/5).
"Makam" raja Gowa ke-16 tersebut bukan hanya milik orang Gowa, atau
Sulsel, tetapi sudah milik dunia, yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Karena itu merupakan cagar budaya yang tak ternilai harganya. Begitu
juga
"makam" Raja Bone Arung Palakka bukan lagi milik orang Bugis, tapi
milik kita semua," ujar Syahrul menjelaskan kepada wartawan dalam
kunjungannya ke
"Makam" Raja Gowa, Sabtu (26/5/2012).
Abdul Halim penjaga
"makam" "Sultan Hasanuddin" mengatakan, peristiwa itu
baru pertama kali terjadi. Ia menceritakan perusakan
"makam" tersebut baru
diketahui ketika dirinya. seperti biasa. masuk ke
"Makam" di pagi hari.
Ia melihat
"Makam" "Sultan Hasanuddin" sudah rusak.
"Pagi itu saya
baru masuk
"makam" dan heran kenapa kunci gembok rusak, setelah saya
periksa ke dalam ternyata
"makam" "Sultan Hasanuddin" ada yang merusaknya.
Lalu saya memanggil orang kemudian saya melapor ke polisi," katanya.
Dia
menguraikan, setelah diperiksa, cincin dan permata imitasi yang tidak
bernilai hilang, kemudian prasasti dan tugu berlambang ayam jantan di
atas
"makam" rusak dan jatuh ke tanah menimpa nisan.
"Saya tidak mengetahui motifnya apa, apakah pencurian, kesengajaan atau
lainnya, biarkan yang berwajib menyelidiki hingga tuntas," tutur pria
yang sudah bekerja menjaga
"makam" selama 10 tahun itu.
Sumber:
1. jakarta.okezone.com/.../perusakan-makam-sultan-hasanuddin-tak-bis...
2. oase.kompas.com/.../Budayawan.Sesalkan.Pengrusakan.Makam.Sulta...