"Organisasi" dalam keadaan terbuka, menerima masukan misalnya nilai-nilai, sikap-sikap, pengaruh kelompok-kelompok lainnya dalam masyarakat, teknologi dan sebagainya. Onput ini diterima oleh "organisasi" sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimilikinya."
"Organisasi" sebagai sebuah komponen dengan berbagai peranan masing-masing anggotanya, dengan sendirinya memiliki permasalahan tersendiri. Perjalanan suatu "organisasi" ibarat perahu layar yang menyinggahi bandar dan pelabuhan, bukan tanpa ombak dan batu karang melintang, tentu saja. Demikian juga perjalanan dan perkembangan "organisasi sosial pedesaan". Oleh sebab itu, adalah keliru bila ada pendapat yang mengatakan bahwa "organisasi sosial pedesaan" itu statis, tetap dan tak berkembang.
Perkembangan dan perubahan dalam "organisasi" justru merupakan salah satu ciri "organisasi" itu sendiri, termasuk "organisasi sosial pedesaan". Untuk "organisasi sosial pedesaan" di Indonesia misalnya, tidak terkecuali pula perkembangan dan perubahan-perubahan; apalagi pada dekade terakhir baru-baru ini melalui pembangunan dan modernisasi.
Perkembangan seringkali mengakibatkan perubahan, bahkan kadangkala perubahan atas apa yang ada sebelumnya. Demikian juga perkembangan desa, acapkali meminta setiap anggota masyarakat desa untuk bersedia merubaha sikap, pandangan dan kelakuannya, agar dengan demikian terjadilah modernisasi dan kemajuan masyarakat. Dalam keadaan demikian, tak jarang terjadi konflik baik kecil-kecilan maupun besar-besaran, pertentangan pendapat dan kelakuan di sana-sini. Konflik dapat terjadi antara lain karena perubahan itu sendiri, dapat pula karena datangnya gagasan baru yang dapat terjadi karena perbedaan pendapat diantara para pemimpin di "pedesaan".
Mengerti "organisasi sosial pedesaan" berarti memahami seluk beluk "organisasi"nya, mengerti secara menyeluruh ciri-ciri dan kelemahan serta kelebihannya. Menurut kenyataan selama ini, pemahaman atas "organisasi sosial pedesaan" sebenarnya merupakan kunci keberhasilan pengembangan "pedesaan". Oleh sebab itu kajian keadaan, masalah dan perkembangan "organisasi sosial pedesaan" sangat diperlukan.
Semoga, melalui tulisan ini makin nyata tentang "organisasi sosial pedesaan" dan bagaimana seharusnya memandangnya, mengembangkannya dan mendekatinya secara simpatik.
PENGERTIAN "ORGANISASI SOSIAL"
Dewasa ini banyak "organisasi sosial" yang dikembangkan oleh pemerintah sebagai sarana penunjang pembangunan, baik dalam rangka efisiensi usaha maupun untuk tujuan yang lain. Beberapa contoh "organisasi" yang dikembangkan oleh pemerintah antara lain : Koperasi Unit Desa, Himpunan Petani Pemakai Air dan lain-lain.
"Organisasi sosial" dapat dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kepentingannya. Misalnya Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Lembaga Bantuan Hukum, Yayasan-yayasan yang mengelola berbagai kegiatan sesuai dengan misi masing-masing dan lain-lain. "Organisasi" yang dibentuk secara swadaya oleh masyarakat disebut Lembaga Swadaya Masyarakat / LSM (Non Goverment "Organization" / NGO). Umumnya Lembaga Swadaya Masyarakat dibentuk untuk mensejahterakan masyarakat dalam bidang-bidang kehidupan tertentu.
"Organisasi", menurut Amitai Etzioni, adalah unit "sosial" (atau pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pada umumnya "organisasi" ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya pembagian kerja, kekuasaan dan tanggung-jawab komunikasi;
2. Ada satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi usaha-usaha "organisasi" serta mengarahkan "organisasi" dalam mencapai tujuan;
3. Ada penggantian tenaga (kaderisasi) bila ada individu yang tak mampu menjalankan tugas-tugas "organisasi".
Pengertian "organisasi" yang lebih tajam adalah suatu sistem sosial yang bersifat langgeng, formal, memiliki identitas kolektif yang tegas, daftar anggotanya terinci dan mempunyai sifat hierarkis. Batasan ini menegaskan bahwa "organisasi sosial" merupakan sistem "sosial". Oleh karena itu konsep-konsep yang berhubungan dengan sistem "sosial" (struktur "sosial", fungsi dan integrasi) dapat digunakan untuk menganalisa "organisasi".
CLOSED SYSTEM DAN OPEN SYSTEM "ORGANISASI".
Karakteristik "organisasi" yang bersistem tertutup adalah adanya kecenderungan yang kuat untuk bergerak mencapai suatu keseimbangan dan entropi (equilibrium and entropy) yang statis. Sifat ini menunjukkan adanya kebekuan atau tepatnya keseimbangan yang beku (a static equilibrium). Istilah entropi mempunyai pengertian yang cenderung dipergunakan pada sistem yang tertutup dengan tidak adanya potensi berikutnya untuk membangkitkan daya kerja atau usaha transformasi. Millar, menyebutnya : Entropi dikenal sebagai suatu sistem yang menunjukkan kekacauan, ketidak-teraturan, tidak adanya pola kerja, atau "organisasi" yang diatur secara acak (randomness).
"Organisasi" dalam keadaan tertutup, tidak menerima masukan dari lingkungan. Sehingga setiap masukan yang mencoba memasuki daerah batas "organisasi" terpental kembali, seperti misalnya nilai, sikap, teknologi dan minat-minat dari kelompok penekanan tidak berdaya menembus batas "organisasi". Dalam keadaan semacam ini "organisasi" berada dalam kekosongan dan seperti entropi "organisasi" ini akan mati, karena tidak mempunyai potensi berikut untuk mengembangkan dirinya.
Sistem terbuka mempunyai interaksi hubungan yang berkelangsungan (continual interactions) dengan lingkungannya dan mencapai suatu tingkat dinamika tertentu atau keseimbangan yang dinamis; Sementara itu sistem ini masih mempunyai kemampuan yang berlanjut untuk melangsungkan kerja dan melakukan transformasi ke pihak lain. Sistem ini mempunyai proses putaran yang terbina yang menyebabkan daya hidupnya berkelangsungan. Dan "organisasi" dipandang sebagai hal yang dinamis dan senantiasa berubah, bukannya sebagai mesin yang bergerak operasinya ejeg, rutin dan statis.
"Organisasi" dalam keadaan terbuka, menerima masukan misalnya nilai-nilai, sikap-sikap, pengaruh kelompok-kelompok lainnya dalam masyarakat, teknologi dan sebagainya. Onput ini diterima oleh "organisasi" sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimilikinya. Sehingga keterbukaan ini bukanlah keterbukaan yang mutlak (totality open), melainkan disesuaikan dengan kemampuan, dan keterbatasan "organisasi". Jadi tingkat keterbukaan itu ditentukan oleh bagaimana batas-batas "organisasi" itu mengijinkan pengaruh ke lingkungan masuk ke dalamnya. Selanjutnya masukan diproses ke dalam "organisasi", dan dirupakan sebagai hasilnya. Dan setelah hasil dirasakan oleh masyarakat, maka "organisasi" menerima umpan balik sebagai masukan baru. Demikian seterusnya "organisasi" hidup dalam ketergantungan dan interaksi yang dinamis dengan lingkungannya.
PENGGUNAAN PENGEMBANGAN "ORGANISASI" (ORGANIZATION DEVELOPMENT - OD) UNTUK MENGADAKAN PERUBAHAN.
"Organization" Development (OD), suatu istilah yang telah menjadi ungkapan umum, adalah suatu proses untuk mengadakan perubahan "organisasi". OD menerapkan banyak konsep dan teknik yang telah dikembangkan dalam bidang-bidang perilaku yang begitu beragam seperti hubungan-hubungan karyawan, sosiologi, antropologi, pendidikan manajemen, hubungan manusiawi dan psikologi klinik.
Singkatnya OD adalah suatu proses pemecahan masalah kelompok yang dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan berencana dan tertib guna tujuan meningkatkan keefektifan seluruh kebudayaan suatu "organisasi".
Kegiatan-kegiatan yang disebut sebagai intervensi dimaksudkan untuk membantu anggota-anggota "organisasi" dalam menyesuaikan kepada teknologi yang cepat berubah dan kepada tipe-tipe anggota yang lebih menentang. Sesungguhnya setiap masalah "organisasi" dapat menjadi suatu pekerjaan bagi seorang pelaksana OD, yang berusaha mendiagnosa masalah-masalah yang spesifik, memberikan umpan balik kepada para anggota "organisasi" yang bertalian dengan pendapat-pendapatnya, dan kemudian membantu dalam mengembangkan strategi dan intervensi guna perbaikan "organisasi" keseluruhan.
0 komentar:
Posting Komentar