"Dalam menjalin hubungan per"Sahabat"an dengan orang lain, manusia harus 
menjunjung tinggi prinsip simbiosis mutualisme (hubungan yang saling 
menguntungkan)." 
Dan hubungan yang semata-mata hanya untuk memperoleh 
ridha Allah SWT. Bukan hanya untuk tujuan tetentu yang hanya 
menguntungkan diri sendiri. Karena bila demikian, ikatan tersebut 
tidak akan kekal. Per"Sahabat"an itu akan hilang seiring tergapainya tujuan
 yang diinginkannya. Sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, 
“Sesungguhnya siapa saja yang senang kepadamu karena adanya keinginan, 
maka ia akan berpaling darimu jika telah tercapai keinginannya”.
"Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Perbanyaklah "Sahabat"-"Sahabat" mu’minmu, karena mereka memiliki Syafa’at pada hari kiamat”.
Makna "Sahabat" menurut Rasulullah SAW:
“Sebaik baik "Sahabat" di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap
 temannya dan sebaik baik jiran di sisi Allah ialah orang yang terbaik 
terhadap jirannya.” (Hadis riwayat al-Hakim)
 Dari Nu’man bin Basyir r.a., Rasulullah SAW bersabda,
“Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.” (Hadis riwayat Muslim)
“Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.” (Hadis riwayat Muslim)
Imam syafi’i berkata
“Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali”
“Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali”
Lalu bagaimana kriteria "Sahabat" yang baik tersebut? Para ulama menjelaskan tentang "Sahabat" yang baik adalah seperti ini :
Lukman alhakim menasihati anaknya:
1. Wahai anakku setelah kau mendapatkan keimanan pada Allah, maka carilah teman yang baik dan tulus..
2. Perumpamaan teman yang baik seperti “pohon” jika kau duduk di bawahnya dia dpt menaungimu, jika kau mengambil buahnya dapat kau makan..
Jika ia tak bermanfaat untuk mu ia juga tak akan membahayakan-mu..
1. Wahai anakku setelah kau mendapatkan keimanan pada Allah, maka carilah teman yang baik dan tulus..
2. Perumpamaan teman yang baik seperti “pohon” jika kau duduk di bawahnya dia dpt menaungimu, jika kau mengambil buahnya dapat kau makan..
Jika ia tak bermanfaat untuk mu ia juga tak akan membahayakan-mu..
Ulama lain mengatakan :
1. Seorang "Sahabat" adalah orang yang tidak ingin dirimu menderita, akan terus memberimu semangat ketika engkau sedang terpuruk.
2. Tidak ikut mencaci ketika orang lain mencacimu
1. Seorang "Sahabat" adalah orang yang tidak ingin dirimu menderita, akan terus memberimu semangat ketika engkau sedang terpuruk.
2. Tidak ikut mencaci ketika orang lain mencacimu
Menurut Imam al-Ghazali ada dua belas kriteria"Sahabat" :
1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu.
2. Jika engkau merapatkan ikatan per"Sahabat"an dengannya, maka ia akan membalas balik per"Sahabat"anmu itu.
3. Jika engkau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya.
4. Jika kau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik.
5. Jika ia memproleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.
6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya menutupinya.
7. Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan sungguh-sungguh.
8. Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi.
9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.
10. Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
11. Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu.
12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk menjaga.
1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu.
2. Jika engkau merapatkan ikatan per"Sahabat"an dengannya, maka ia akan membalas balik per"Sahabat"anmu itu.
3. Jika engkau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya.
4. Jika kau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik.
5. Jika ia memproleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.
6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya menutupinya.
7. Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan sungguh-sungguh.
8. Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi.
9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.
10. Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
11. Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu.
12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk menjaga.
Dalam "Islam", faktor memilih "Sahabat" amat dititik-beratkan. Hubungan 
per"Sahabat"an adalah hubungan yang sangat mulia, kerana teman atau "Sahabat" berperanan dalam membentuk personaliti individu. Ada teman yang 
sanggup bersusah-payah dan berkongsi duka bersama kita, dan tidak kurang
 juga teman yang nampak muka semasa senang dan hanya sanggup berkongsi 
kegembiraan saja.
 Terdapat ayat yang mengisyaratkan mengenai peranan dan pengaruh teman, antaranya firman-Nya yang artinya:
 “Wahai orang yang beriman! Bertakwalah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang bersifat benar.” (QS. at-Taubah, ayat 119)
 Pendek kata "Sahabat" dapat menentukan corak hidup kita. Justeru, jika 
salah pilih "Sahabat" kita akan merana dan menerima akibatnya. Sesuai 
dengan hadits Rasululah SAW. yang artinya:
 “Seseorang itu adalah 
mengikut agama temannya, oleh karena itu hendaklah seseorang itu meneliti siapa
 yang menjadi temannya.” (HR. Abu Daud).
 Hadits al-Bukhari dari Abu Musa al-Asy'ari, yang artinya:
 “Diumpamakan teman yang soleh dan teman yang jahat ialah seperti 
(berteman) dengan penjual minyak wangi dan tukang besi. Penjual minyak 
wangi tidak akan mensia-siakan anda, sama juga anda membelinya atau hanya
 mendapat bau harumannya. Tukang besi pula boleh menyebabkan rumah anda 
atau baju anda terbakar, atau mendapat bau busuk.”
Dalam memilih "Sahabat" kita hendaklah memilih "Sahabat" yang baik agar 
segala matlamat dan hasrat untuk memperjuangkan "Islam" dapat dilaksanakan
 bersama-sama "Sahabat" yang mulia.
 Sebagai remaja yang terlepas 
dari pandangan ayah ibu berhati-hatilah jika memilih "Sahabat". Karena "Sahabat", kita bahagia tetapi "Sahabat" juga dapat menjerumuskan kita. Setelah 
kita dewasa, kita juga perlu berhati-hati memilih "Sahabat" karena kita 
tidak mau "Sahabat"-"Sahabat" yang melalaikan kita terhadap Maha Pencipta. "Sahabat" yang baik membantu kita ke arah pencapaian matlamat, yaitu 
kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. 
 Dalam kitab al-Hikam disebutkan, “Jangan berteman dengan seseorang yang tidak membangkitkan 
semangat taat kepada Allah, amal perbuatannya dan tidak memimpin engkau 
ke jalan Allah.” 
Dalam satu hadits yang artinya: “Seseorang akan 
mengikuti pendirian (kelakuan) temannya, kerana itu tiap orang harus 
memilih siapakah yang harus didekati sebagai kawan (teman).”
 
Sufyan Astsaury berkata, “Siapa yang bergaul dengan orang banyak harus 
mengikuti mereka, dan siapa mengikuti mereka harus bermuka-muka pada 
mereka, dan siapa yang bermuka-muka kepada mereka, maka binasalah 
seperti mereka pula.”
 Hati-hatilah atau tinggalkan saja "Sahabat" seperti di bawah:
 1. "Sahabat" yang tamak: ia sangat tamak, ia hanya memberi sedikit dan 
meminta yang banyak, dan ia hanya mementingkan diri sendiri.
2. "Sahabat" yang hipokrit: ia menyatakan ber"Sahabat" berkenaan dengan hal-hal lampau, atau hal-hal mendatang; ia berusaha mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong; dan jika ada kesempatan membantu, ia menyatakan tidak sanggup.
3. "Sahabat" pengampu: Dia setuju dengan semua yang kamu lakukan tidak kira betul atau salah, yang parahnya dia setuju dengan hal yang tidak berani untuk menjelaskan kebenaran, di hadapanmu ia memuji dirimu, dan di belakangmu ia merendahkan dirimu.
4. "Sahabat" pemboros dan suka hiburan: ia menjadi kawanmu jika engkau suka pesta, suka berkeliaran dan ‘melepak’ pada waktu yang tidak sepatutnya, suka ke tempat-tempat hiburan dan pertunjukan.
2. "Sahabat" yang hipokrit: ia menyatakan ber"Sahabat" berkenaan dengan hal-hal lampau, atau hal-hal mendatang; ia berusaha mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong; dan jika ada kesempatan membantu, ia menyatakan tidak sanggup.
3. "Sahabat" pengampu: Dia setuju dengan semua yang kamu lakukan tidak kira betul atau salah, yang parahnya dia setuju dengan hal yang tidak berani untuk menjelaskan kebenaran, di hadapanmu ia memuji dirimu, dan di belakangmu ia merendahkan dirimu.
4. "Sahabat" pemboros dan suka hiburan: ia menjadi kawanmu jika engkau suka pesta, suka berkeliaran dan ‘melepak’ pada waktu yang tidak sepatutnya, suka ke tempat-tempat hiburan dan pertunjukan.
 Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,
 “Sejahat-jahat teman ialah yang memaksa engkau bermuka-muka dan memaksa engkau meminta maaf atau selalu mencari alasan.”
 Kemungkinan engkau berbuat kekeliruan (dosa), maka ditampakkan kepadamu
 segala kebaikan, oleh karena per"Sahabat"anmu kepada orang yang jauh 
lebih rendah akhlak (iman) daripadamu.
 
Dalam sebuah hadits ada keterangan : “Seorang itu akan mengikuti 
pendirian "Sahabat" karibnya, kerana itu hendaknya seseorang itu 
memperhatikan, siapakah yang harus dijadikan kawan.”
 Menurut ahli
 syair pula : “Barang siapa bergaul dengan orang-orang yang baik, akan hidup 
mulia. Dan yang bergaul dengan orang-orang rendah akhlaknya, pasti tidak
 mulia.”
 Ber"Sahabat" dengan yang lebih rendah budi dan imannya 
sangat berbahaya, sebab per"Sahabat"an itu saling pengaruh-mempengaruhi, 
percaya-mempercayai sehingga dengan demikian sukar sekali untuk dapat 
melihat dan memperbaiki kesalahan "Sahabat" yang kita sayangi, bahkan 
kesetiaan "Sahabat" akan membela kita dalam kesalahan dosa kekeliruan itu,
 yang dengan itu kita pasti akan binasa karenanya.
 Ber"Sahabat" dengan yang lebih rendah budi dan imannya 
sangat berbahaya, sebab per"Sahabat"an itu saling pengaruh-mempengaruhi, 
percaya-mempercayai sehingga dengan demikian sukar sekali untuk dapat 
melihat dan memperbaiki kesalahan "Sahabat" yang kita sayangi, bahkan 
kesetiaan "Sahabat" akan membela kita dalam kesalahan dosa kekeliruan itu,
 yang dengan itu kita pasti akan binasa karenanya.
 Hati-hatilah 
memilih "Sahabat", karena "Sahabat" dapat menjadi cermin peribadi seseorang. Apa
 pun ber"Sahabat"lah kerana Allah SWT untuk mencari ridha-Nya.
Sumber:
1. najahijab.tumblr.com/.../ciri-ciri-sahabat-sejati-dalam-i...
2. https://www.facebook.com/.../posts/38044317873996..
3. https://www.islampos.com/pentingnya-seorang-sahaba...
8. laely.widjajati.facebook/Ketua FKPI Sidoarjo.....





0 komentar:
Posting Komentar