"Antrpologi Pendidikan" mulai menampilkan dirinya sebagai disiplin ilmu 
pada pertengahan abad-20". 
PENDAHULUAN.
"Antrpologi Pendidikan" adalah cabang spesialisasi yang termuda dalam 
"antropologi". "Antropologi" sebagai kajian manusia dan cara-cara hidup 
mereka, yang muncul pada saat lahirnya gagasan oleh semangat etnografi, 
arkeologi, geologi dan terutama didorong oleh semangat Darwinisme. 
Dengan didorong oleh konsep evolusi organisme, mulailah berkembang 
"Antropologi" dengan pandangan bahwa pada dasarnya semua kebudayaan 
manusia berkembang melalui tahap-tahap yang menjurus ke arah kebudayaan 
yang dimiliki oleh bangsa Eropa dan Amerika.
Pada waktu itu banyak pertanyaan yang diajukan
 kepada tokoh "pendidikan" tentang sejauhmana "pendidikan" dapat mengubah 
suatu masyarakat. Sebagaimana diketahui pada waktu itu negara maju 
tengah mengibarkan program besarnya, yakni menciptakan pembangunan di 
negara-negara yang baru merdeka. "Antrpologi Pendidikan"
 berupaya menemukan pola budaya belajar masyarakat yang dapat 
menciptakan perubahan sosial. Demikian juga mengenai perwujudan 
kebudayaan para pengambil kebijakan "pendidikan" yang berorientasi pada 
perubahan sosial budaya mendapat perhatian. 
"ANTROPOLOGI"  DAN "PENDIDIKAN".
"Pendidikan" dapat diartikan sebagai suatu
 proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap 
melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan 
pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. 
"Pendidikan" dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. 
Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan 
melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. 
Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah 
cepat, "pendidikan" memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami 
kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan 
kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami 
kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak 
dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan 
baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini "pendidik"
 dan "antropolog" harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama 
memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. "Pendidikan" bersifat 
konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, 
yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada 
kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan di luar 
kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap 
kebudayaan.
G.D. Spindler berpendirian bahwa 
kontribusi utama yang bisa diberikan "antropologi" terhadap "pendidikan" 
adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah 
diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang 
berbeda-beda dalam lingkungan sosial budayanya. Teori khusus dan 
percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin  "Antrpologi Pendidikan". Pada dasarnya, "Antrpologi Pendidikan" mestilah merupakan 
sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek "pendidikan" dalam 
prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai "antropolog" 
terhadap "pendidikan" dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek 
"pendidikan".
Dengan mempelajari metode "pendidikan" 
kebudayaan maka "antropologi" bermanfaat bagi "pendidikan". Dimana para 
"pendidik" harus melakkan secara hati-hati. Hal ini disebabkan karena 
kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik, sukar
 untuk dibandingkan sehingga harus ada perbandingan baru yang bersifat 
tentatif. Setiap penyeldikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan 
memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi "pendidikan".
"Antrpologi Pendidikan" mulai menampakkan
 dirinya sebagai disiplin ilmu pada pertengahan abad ke-20. Sejak saat 
itu, "Antrpologi Pendidikan" berupaya menemukan pola budaya belajar 
masyarakat (pedesaan dan perkotaan) yang dapat merubah perubahan sosial.
 Demikian juga mengenai perwujudan kebudayaan para ahli mengambil 
kebijakan "pendidikan" yang berorientasi pada perubahan sosial budaya 
mendapat perhatian. Konferensi "pendidikan antropologi" yang berorientasi 
pada perubahan sosial di Negara-negara baru khususnya melalui "pendidikan"
 persekolahan mulai digelar. Hasil-hasil  kajian "pendidikan" di 
persekolahan melalui "antropologi" diterbitkan pada tahun 1954 dibawah 
redaksi G.D. Spindler (1963).
Konferensi memberi rekomendasi untuk 
melakukan serangkaian penelitian "Antrpologi Pendidikan" di persekolahan,
 mengingat jalur perubahan social budaya salah satunya dapat dilakukan 
dengan melalui "pendidikan" formal. Banyak penelitian menunjukan bahwa 
system "pendidikan" di negara-negara baru diorientasikan untuk mengokohkan
 kelompok sosial yang tengah berkuasa.
"Antrpologi Pendidikan" sebagai disiplin 
kini banyak dikembangkan oleh para ahli yang menyadari pentingnya 
kajian budaya pada suatu masyarakat. "Antropologi" di negara-negara maju 
memandang salah satu persoalan pembangunan di negara berkembang adalah 
karena masalah budaya belajar. Kajian budaya belajar kini menjadi 
perhatian yang semakin menarik, khususnya bagi para pemikir "pendidikan" 
di perguruan tinggi. Perhatian ini dilakukan dengan melihat kenyataan 
lemahnya mutu sumber daya manusia yang berakibat terhadap rentannya 
ketahanan social budaya masyarakat dalam menghadapi krisis kehidupan.
Orientasi pengembangan budaya belajar 
harus dilakukan secara menyeluruh yang menghubungkan pola budaya belajar
 yang ada di dalam lingkungan masyarakat dan lembaga "pendidikan" formal. 
Van Kemenade (1969) dalam Imran Manan telah mengingatkan: “persoalan 
"pendidikan" jangan hanya dianggap melulu persoalan pedagogis didaktis 
metodis dan tidak menjadi masalah kebikakan sosial, sehingga "pendidikan" 
tidak ada lagi menjadi kebutuhan bersama. Untuk itu perlu analisa 
empiris tentang tugas "pendidikan"  dalam konteks kehidupan masyarakat”.
Pendekatan dan teori "Antrpologi Pendidikan" dapat dilihat dari dua kategori: 
Pertama, pendekatan teori "Antrpologi Pendidikan" yang bersumber dari "antropologi" budaya yang 
ditujukan bagi perubahan sosial budaya. 
Kedua, pendekatan teori 
"pendidikan" yang bersumber dari filsafat.
Teori "Antrpologi Pendidikan" yang 
diorientasikan pada perubahan sosial budaya dikategorikan menjadi empat 
orientasi:
- Orientasi teoritik yang fokus perhatiannya kepada keseimbangan secara statis. Teori ini merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah.
- Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori ini yang menjadi penyempurna teori sebelumnya, yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi yang menjadi andalannya
- Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis, dimana sumber teori datang dari rumpun teori struktural.
- Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global atas gejala interdependensi antar Negara, dimana teori multikultural termasuk di dalamnya.
KEGUNAAN "ANTROPOLOGI PENDIDIKAN".
Sumber:
1. tepenr06.wordpress.com/2012/09/02/antropologi-pendidikan/
2. lzamzami.multiply.com/reviews/item/3
3. id.answers.yahoo.com/question/index?qid...
4. laely.widjajati.photos.facebook.com/NYANTAI-BANGEEET............../
5. laely.widjajati.photos.facebook.com/Suatu-pagi-di-Pantai-Sanur......./
6. laely.widjajati.photos.facebook.com/NGIYUP-di-bawah-Pohon-Cemara......./

0 komentar:
Posting Komentar