".......... Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang "dzalim." (Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 229).
Kaum Muslimin tidak mau menganiaya dan tidak mau dianiaya. Maka dari itu ke"dzalim"an tidak akan lahir dari orang Muslim. Karena ke"dzalim"an diharamkan oleh Al-Qur'an dan Sunah.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 281: ".... sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)."
Allah berfirman dalam Surat Al-Furqan Ayat 19: "..... dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat "dzalim", niscaya Kami rasakan kepadanya adzab yang besar."
Firman Allah sebagaimana yang diriwayatkan Nabi-Nya: "Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku haramkan "dzalim" itu atas diri-Ku dan Aku haramkan "dzalim" itu di antara sesamamu. Maka janganlah saling "dzalim". (Muslim).
Rasulullah SAW bersabda: "Takutlah berbuat "dzalim", karena "dzalim" itu adalah kegelapan di hari kiamat." (Muslim).
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 281: ".... sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)."
Allah berfirman dalam Surat Al-Furqan Ayat 19: "..... dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat "dzalim", niscaya Kami rasakan kepadanya adzab yang besar."
Firman Allah sebagaimana yang diriwayatkan Nabi-Nya: "Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku haramkan "dzalim" itu atas diri-Ku dan Aku haramkan "dzalim" itu di antara sesamamu. Maka janganlah saling "dzalim". (Muslim).
Rasulullah SAW bersabda: "Takutlah berbuat "dzalim", karena "dzalim" itu adalah kegelapan di hari kiamat." (Muslim).
(Al-Qur'an, Surat Al Qashassh, ayat 59).
"Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang "dzalim" yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka kaum yang lain (sebagai penggantinya)." (Al-Qur'an Surat Al-Anbiyaa' Ayat 11).
"Maka orang-orang yang "dzalim" itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta alam". (Al-Qur'an Surat Al-An'aam Ayat 45).
"........Sesungguhnya, orang-orang yang "dzalim" itu tidak akan mendapat keberuntungan". (Al-Qur'an Surat Al-An'aam Ayat 135).
"Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat "dzalim" kepada diri mereka sendiri." (Al-Qur'an Surat Yunus Ayat 44).
".......Sesungguhnya manusia itu sangat "dzalim" dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 34).
"Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat ke"dzalim"an di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) ke"dzalim"anmu akan menimpa dirimu sendiri, (hasil ke"dzalim"anmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kamilah
kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Al-Qur'an Surat Yuunus Ayat 23).
kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Al-Qur'an Surat Yuunus Ayat 23).
Orang yang "dzalim"bentuk ke"dzalim"an :
1. "Dzalim" kepada Allah. "Dzalim" kepada Allah yakni melakukan perbuatan maksiat terhadap Allah, misalnya melaksanakan sirik terhadap Allah. Sirik ada dua macam, yaitu: a. Sirik besar. Sirik besar ini misalnya kita minta pertolongan dan menyembah kepada selain Allah. b. Sirik kecil. Sirik kecil, misalnya kita melaksanakan riak, misal kita melaksanakan ibadah kepada Allah, namun niatnya supaya kita dipuji oleh orang lain. Kita diperintahkan supaya menyembah Allah seperti yang telah difirmankan Allah dalam Surat An Nisaa' Ayat 36 : "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu-pun, dan berbuat baiklah untuk ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan budak-budak kamu. Sesunggunya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri."
Allah SWT juga berfirman dalam Surat Luqman Ayat 13: ".... Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah nyata-nyata ke"dzalim"an yang besar."
2. "Dzalim" kepada diri sendiri. Kita dikatakan "dzalim" terhadap diri sendiri apabila kewajiban-kewajiban kepada diri sendiri tidak kita laksanakan, misalnya tidak menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan/minuman yang dapat merusak diri kita, waktunya makan tidak makan, waktunya beribadah tidak beribadah. Menjaga diri kita sendiri adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Surat Al-Maa'idah Ayat 105 : "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu! Orang-orang yang sesat itu tidak akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah tempat kembali kamu semuanya, maka Dia akan terangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"
"Dzalim" terhadap diri sendiri ini bisa juga dilakukan dengan cara mengotorinya dengan bermacam dosa, kejahatan dan keburukan, berupa perbuat maksiat kepada Allah dan rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A'raf Ayat 160: "... Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang menganiaya dirinya sendiri."
Orang yang berbuat dosa besar berarti telah berbuat aniaya terhadap dirinya, karena ia telah menjerumuskan dirinya kedalam kekotoran dan ke"dzalim"an sehingga ia termasuk orang yang mendapat kutukan Allah dan jauh dari rahmat-Nya.
3. "Dzalim" kepada orang lain dan kepada lingkungan. Kita dikatakan "dzalim" terhadap orang lain dan lingkungan, misalnya apabila kita durhaka kepada orang tua, sanak dan kerabat; Tidak memenuhi hak anak yatim, fakir miskin; merusak lingkungan.
"Dzalim" disini dalam bentuk penganiayaan atas kehormatan, fisik dan hartanya tanpa hak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barang siapa berbuat "dzalim" kepada saudaranya terhadap kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia meminta dihalalkan daripadanya sekarang, sebelum datang di hari dimana tidak ada dinar dan dirham. Jika dia punya amal saleh, akan diambil daripadanya seharga ke"dzalim"annya. Jika kebaikannya tidak ada lagi, maka keburukan orang yang dianiaya akan dipikulkan kepadanya." (Bukhari).
"Dzalim" kepada sesama hukumnya haram, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Setiap Muslim diharamkan terhadap Muslim lainnya, yaitu darahnya, hartanya dan kehormatannya." (Muslim).
Dan juga sabda Rasulullah SAW: "Siapa yang merampas hak orang Muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan masuk surga. Seorang laki-laki bertanya: Walaupun sedikit ya Rasulullah? Nabi menjawab: Walaupun sebatang kayu sugi." (Muslim).
1. "Dzalim" kepada Allah. "Dzalim" kepada Allah yakni melakukan perbuatan maksiat terhadap Allah, misalnya melaksanakan sirik terhadap Allah. Sirik ada dua macam, yaitu: a. Sirik besar. Sirik besar ini misalnya kita minta pertolongan dan menyembah kepada selain Allah. b. Sirik kecil. Sirik kecil, misalnya kita melaksanakan riak, misal kita melaksanakan ibadah kepada Allah, namun niatnya supaya kita dipuji oleh orang lain. Kita diperintahkan supaya menyembah Allah seperti yang telah difirmankan Allah dalam Surat An Nisaa' Ayat 36 : "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu-pun, dan berbuat baiklah untuk ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan budak-budak kamu. Sesunggunya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri."
Allah SWT juga berfirman dalam Surat Luqman Ayat 13: ".... Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah nyata-nyata ke"dzalim"an yang besar."
2. "Dzalim" kepada diri sendiri. Kita dikatakan "dzalim" terhadap diri sendiri apabila kewajiban-kewajiban kepada diri sendiri tidak kita laksanakan, misalnya tidak menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan/minuman yang dapat merusak diri kita, waktunya makan tidak makan, waktunya beribadah tidak beribadah. Menjaga diri kita sendiri adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Surat Al-Maa'idah Ayat 105 : "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu! Orang-orang yang sesat itu tidak akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah tempat kembali kamu semuanya, maka Dia akan terangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"
"Dzalim" terhadap diri sendiri ini bisa juga dilakukan dengan cara mengotorinya dengan bermacam dosa, kejahatan dan keburukan, berupa perbuat maksiat kepada Allah dan rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A'raf Ayat 160: "... Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang menganiaya dirinya sendiri."
Orang yang berbuat dosa besar berarti telah berbuat aniaya terhadap dirinya, karena ia telah menjerumuskan dirinya kedalam kekotoran dan ke"dzalim"an sehingga ia termasuk orang yang mendapat kutukan Allah dan jauh dari rahmat-Nya.
3. "Dzalim" kepada orang lain dan kepada lingkungan. Kita dikatakan "dzalim" terhadap orang lain dan lingkungan, misalnya apabila kita durhaka kepada orang tua, sanak dan kerabat; Tidak memenuhi hak anak yatim, fakir miskin; merusak lingkungan.
"Dzalim" disini dalam bentuk penganiayaan atas kehormatan, fisik dan hartanya tanpa hak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barang siapa berbuat "dzalim" kepada saudaranya terhadap kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia meminta dihalalkan daripadanya sekarang, sebelum datang di hari dimana tidak ada dinar dan dirham. Jika dia punya amal saleh, akan diambil daripadanya seharga ke"dzalim"annya. Jika kebaikannya tidak ada lagi, maka keburukan orang yang dianiaya akan dipikulkan kepadanya." (Bukhari).
"Dzalim" kepada sesama hukumnya haram, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Setiap Muslim diharamkan terhadap Muslim lainnya, yaitu darahnya, hartanya dan kehormatannya." (Muslim).
Dan juga sabda Rasulullah SAW: "Siapa yang merampas hak orang Muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan masuk surga. Seorang laki-laki bertanya: Walaupun sedikit ya Rasulullah? Nabi menjawab: Walaupun sebatang kayu sugi." (Muslim).
1 komentar:
Astaghfirullah hal 'adziim....
Gmn dg negeri kt yg bnyak kna musibah?
Itu pringtan buat kt smua kl ya.....
Ya Allah....
Ampunilah smua dosa2 penduduk d negri ini...
termasuk dosa2 kami, ortu2 kami n pemimpn2 kami...
Posting Komentar