Senin, 29 Juni 2009

"JILBAB / KERUDUNG"

Allah memerintahkan kepada seluruh wanita mukmin untuk mengenakan "jilbab". Hal ini seperti yang telah difirmankan

Allahdalam Al-Qur'an Surat
Al Ahzaab Ayat 59 : "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan mukmin, "Hendaklah mereka memakai "jilbab"nya atas dirinya". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, maka mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Difirmankan juga dalam Al-Qur'an Surat An-Nuur Ayat 31: "Katakanlah kepada mukmin perempuan, hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. Dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang kelihatan dari padanya. Hendaklah mereka menutupi dada dengan "kerudung"nya. ......."

Kalau kita membaca 2 (dua) Ayat di atas, maka memakai "jilbab" / "kerudung" adalah wajib hukumnya bagi seluruh wanita mukmin di seluruh dunia, utamanya wanita yang sudah baligh.


Pakaian "jilbab" bermanfaat sebagai wahana untuk mengontrol diri (self control) seorang wanita dari kemungkinan melakukan hal-hal yang kurang senonoh. Juga sebagai identitas bahwa pemakai bukan seorang yang senang digoda atau diganggu.

Melihat fenomena "jilbab" belakangan ini, satu sisi membuat kita gembira dan sisi lainnya menjadikan kita prihatin. Gembira--- Apabila kita kembali ke era beberapa belas tahun lalu, kemerdekaan ber"jilbab" susah didapatkan,  apalagi bila bersinggungan dengan birokrasi. Ber"jilbab" tidak bisa leluasa. Malah bisa menuai sanksi. Berbeda dengan saat ini, orang ber"jilbab" ada di mana-mana. Di sekolah hingga perkantoran dan birokrasi lainnya tidak ada larangan, bahkan menjadi trend yang menggembirakan.

Yang membuat prihatin, di tengah maraknya euforia ber"jilbab" itu terselip kesalah-pahaman menggunakannya. Banyak orang ber"jilbab" tetapi dibalut pakaian minim dan menonjolkan aurat yang seharusnya tertutupi. Mengapa bisa demikian? Rasulullah bersabda: "Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya surga." (Hadits Riwayat Abu Daud).

Syariat untuk ber"jilbab" ada, tentu dengan maksud dan tujuan mulia. Banyak penelitian menguak rahasia perintah ber"jilbab". Disamping untuk mengenali pribadi muslim dan mencegah gangguan orang jahat, dari sisi kesehatan ternyata ada faedahnya. Seorang dokter Kanada, dalam laporannya melalui kantor berita Reuters, telah menyatakan bahwa sesungguhnya wanita muslimah yang ber"jilbab", bukan hanya menunjukkan kesederhanaan saja tetapi juga akan terlindung dari kanker hidung dan tenggorokan. Hal ini diyakini karena "jilbab" mampu mencegah penetrasi banyak virus.

Menurut Farikh Narzuqi, MA, Sekretarus Ikatan Dai Indonesia (IKADI), salah satu hikmah perintah ber"jilbab" adalah terjaganya kehormatan seorang wanita terutama saat keluar rumah. Secara fitrah, wanita itu berada di rumah. Tapi kan tidak mungkin wanita selalu di rumah. Ada juga kebutuhan menuntut ilmu atau berkiprah di masyarakat. Agar tetap terjaga kehormatannya, maka Islam memerintahkan penggunaan "jilbab".

Kita tidak boleh lalai bahwa zaman sekarang lebih aman dari pada zaman jahiliyah di masa sebelum Islam. Islam telah mengatur cara muslimah berbusana serta mengingatkan untuk selalu menjaga diri. Selain ber"jilbab", para muslimah harus mengenakan 'pakaian malu. Jangan membuat pria tergoda. Tidak semua pria imannya kuat.

Ber"jilbab" adalah amal ibadah. Dan tiap amal harus dengan ilmu. Pelajari hikmah dan manfaat ber"jilbab". Kalau paham kan mantap. Jangan seperti siswi yang "jilbab"nya dilepas dan dimasukkan tas begitu keluar dari sekolah. Para ibu harus juga memberi contoh. Anaknya ber"jilbab" saat sekolah atau TPA, tapi ibunya yan g mengantar malah tidak ber"jilbab".

(Sumber: Majalah Al-Falah, Edisi 277, April 2011).

Sabtu, 27 Juni 2009

"BERSIH - HiJAU DALAM AL-QUR'AN"

"Bersih" adalah sifat yang sangat disukai oleh Allah SWT. ".... Dan Allah menyukai orang-orang yang "bersih". (Al-Qur'an Surat At Taubah Ayat 108).














Surga disediakan untuk
orang-orang yang "bersih" dari kekafiran dan kemaksiatan, seperti Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Thaahaa Ayat 76: "(yaitu) surga Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang "bersih" (dari kekafiran dan kemaksiatan)".











Air surgapun berwarna putih "bersih", sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. (Al-Qur'an Surat Ash-Shaaffaat Ayat 46).












Agama Islam adalah agama yang "bersih". "Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang "bersih" (dari syirik). ....." (Al-Qur'an Surat Az-Zumar 3).


















Allah amat menyukai orang yang berpakaian "bersih", seperti perintah-Nya "dan pakaianmu "bersih"kanlah" (Al-Qur'an Surat Al-Muddatsir Ayat 4).


"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mem"bersih"kan diri (denganberiman)". (Al-Qur'an Surat Al-A'laa Ayat 14).


"Yang menafkahkan hartanya (di jalan
Allah) untuk mem"bersih"kannya." (Al-Qur'an Surat Al-Lail Ayat 18).






Di dunia ini, Allah juga memberikan rahmat-Nya kepada alam semesta berupa air yang amat "bersih" , seperti Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Furqaan Ayat 48: "Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), dan kami turunkan dari langit air yang amat "bersih."


Selain bersih, adalah hijau, yang menjadi icon lingkungan yaitu "hijau" dan "bersih" atau green and clean.


Tidak ada warna yang lebih banyak disebutkan dalam Al-Qur'an melebihi warna "hijau". Allah SWT menggambarkan keadaan penghuni surga dan segala kenikmatan yang melingkupinya dalam suasana yang penuh keceriaan, kebahagiaan, kenikmatan, dan ketenangan jiwa.


Allah SWT berfirman di dalam Surah Ar-Rahman: "Mereka bersandar pada bantal-bantal yang "hijau" dan permadani-permadani yang indah."



"Hijau" dan "bersih", kedua-duanya mer
upakan warna dan sifat yang ada dalam surga seperti ang digambarkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Insaan Ayat 21 : "Mereka memakai pakaian sutera halus yang "hijau" dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang "bersih".


Archam (seorang psikiater) berpendapat bahwa pengaruh warna dalam diri manusia sangat mendasar. Hasil dari beberapa percobaan menunjukkan bahwa warna mempengaruhi keberanian dan pertahanan diri seseorang. Warna juga membuat seseorang mampu merasakan panas atau dingin, senang atau susah, bahkan warna dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dan pandangannya mengenai kehidupan.


Besarnya pengaruh warna dalam diri manusia membuat beberapa rumah sakit menganjurkan para dokter spesialis untuk mengenakan pakaian dengan warna tertentu yang dapat mempengaruhi kesembuhan. Begitu pula dengan dinding kamar rumah sakit, dicat dengan warna tertentu yang berdampak baik bagi kesembuhan.


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa warna kuning dapat mengaktifkan kembali urat-urat saraf dan meningkatkan semangat. Warna ungu cenderung pada suasana kemapanan. Sementara itu, warna biru memberikan rasa dingin pada seseorang. Hal ini berkebalikan dengan warna merah yang memberikan nuansa hangat atau panas. Para ilmuwan sendiri sepakat menyimpulkan bahwa warna "hijau" memberikan nuansa keceriaan, kebahagiaan, dan cinta kehidupan. Karena itu "hijau" menjadi warna dominan di ruang-ruang operasi serta pakaian para dokter dan perawat.


Warna "hijau" memberikan kesegaran bagi penglihatan karena luas pandang warna "hijau" lebih kecil dibandingkan luas pandang pada warna-warna lain. Selain itu, panjang gelombang warna "hijau" ukurannya sedang, tidak sepanjang warna merah atau sependek warna biru.


(Sumber: Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur'an dan Sunah).

Senin, 22 Juni 2009

"SABAR ADALAH PERINTAH ALLAH SWT"

"Sabar"--- kata yang sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk dilaksanakan. "Sabar" adalah sebuah kesadaran yang timbul dan manifestasi iman dan ikhlas. "



"Sabar" secara konkrit tidak terbatas pada ruang dan waktu. "Sabar" adalah menahan diri dan menanggung suatu penderitaan baik dalam sesuatu yang tidak diinginkan ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang sangat dicintai atau disenangi.


Menurut Imam Al-Gozali, "sabar" adalah sesuatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran agama. Sedangkan menurut Ulama Sufi, "sabar" adalah tidak mudah teragitasi oleh sesuatu kejadian yang di luar keinginan manusia. Jadi "sabar" adalah sanggup menunggu yang ditunggu adalah sesuatu yang pasti datang ("sabar" dalam kamus Islam adalah aktif dan dinamis).


Salah satu akhlak muli
a yang harus dimiliki kaum Muslimin adalah "sabar" dan tahan menderita, karena "Allah". "Sabar" dalam melatih diri dan rela terhadap sesuatu yang tidak disenanginya yang menyangkut ibadah kepada "Allah".


Umat Islam sangat dianjurkan untuk menjadi orang ya
ng "sabar". "Allah" telah memfirmankan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqqarah Ayat 45 : "Dan mintalah pertolongan (kepada "Allah") dengan "sabar" dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyuk".


Ke"sabar"an dan tidak berkeluh kesah termasuk akhlak yang harus diusahakan dan diperoleh melalui latihan dan perjuangan melawan hawa nafsu. Setiap kaum Muslimin mengetahui bahwa "sabar" merupakan perintah "Allah" SWT sebagaimana firman "Allah" dalam Surat Ali 'Imran Ayat 200: "Hai orang-orang yang beriman, ber"sabar"lah kamu dan kuatkanlah ke"sabar"anmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada "Allah" supaya kamu beruntung (sukses)."


Dan firman "Allah" dalam Surat Al-Baqaeah Ayat 153: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah "sabar" dan shalat sebagai penolongmu....."


Lalu firman "Allah" SWT dalam Surat An-Nahl Ayat 127: "Ber"sabar"lah (hai Muhammad) dan tiadalah ke"sabar"anmu itu melainkan dengan pertolongan "Allah"...."



Kemudian firman "Allah" dalam Surat Luqman Ayat 17: ".... dan ber"sabar"lah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh "Allah").'"


Juga firman "Allah" dalam Surat Al-Baqarah Ayat 155-157: "... Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang "sabar", (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."


Kemudian "Allah" berfirman dalam Surat As-Sajadah Ayat 24: "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka "sabar" dan selalu meyakini ayat-ayat Kami."


"Allah" sangat menyukai orang-orang yang "sabar", oleh karena itu "Allah" selalu menyertai orang yang "sabar", seperti yang difirmankan-Nya dalam Al-Qur'an Surat Al-Anfaal 46 : "....., sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang "sabar".


Bahkan, begitu cintanya "Allah" kepada orang yang "sabar", "Allah" memberikan kekuatan, seperti yang dijanjikan-Nya dalam Al-Qur'an Surat Al-Anfaal Ayat 66 : "Sekarang "Allah" telah meringankan kepadamu dan Dia telah
mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang "sabar", niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang, dan jika di antaramu ada seribu orang (yang "sabar"), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin "Allah". Dan "Allah" beserta orang-orang yang "sabar".


Balasan bagi orang-orang yang "sabar" sangatlah besar. "Allah" akan member
ikan balasan kepada orang-orang yang "sabar " dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Al-Qur'an, Surat An Nahl Ayat 96).


Bahkan pahalanya tanpa
batas, seperti janji "Allah" dalam Al-Qur'an Surat Az-Zumar Ayat 10 : "...... Sesungguhnya hanya orang-orang yang ber"sabar"lah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas".


"Allah" menganugerahkan sifat-sifat yang baik kepada oran
g-orang yang "sabar". seperti Firman "Allah" SWT dalam Al-Qur'an Surat Fushshilat Ayat 35 : "Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang "sabar" dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar".

Mereka akan dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena ke"sabar"an mereka dan mereka akan disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat didalamnya. (Al-Qur'an Surat Al-Furqaan Ayat 75).
 


Supaya ke"sabar"an kita selalu terjaga, maka seharusnya kita selalu berdo'a : "................... Ya Tuhan kami, limpahkanlah ke"sabar"an kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu). (Al-Qur'an Surat Al-A'raaf Ayat 126).


Hidup ini akan terasa sangat indah
apabila ke"sabar"an dimiliki dan diterapkan oleh sem
ua orang di dunia ini.
Subhanallah......


Nabi Muhammad SAW bersabda: "Ke"sabar"an itu penerangan(cahaya)". (Muslim).



Rasulullah SAW bersabda: "Dan siapa yang memelihara kesopanan dirinya, "Allah" akan memelihara kesopanannya dan siapa yang merasa cukup, maka "Allah" akan mencukupinya dan siapa yang melatih ke"sabar"an, maka "Allah" akan menyabarkannya. Dan tiada seorang yang mendapat karunia (pemberian) "Allah" yang lebih baik dari ke"sabar"an." (Bukhari).





Lalu Rasulullah juga bersabda: "Sangat mengagumkan keadaan seorang Mukmin, sebab keadaan bagaimanapun baginya adalah baik dan tidak mungkin terjadi demikian, kecuali bagi seorang Mukmin. Jika mendapat nikmat, ia bersyukur dan itu baik baginya, dan bila menderita kesusahan, ia ber"sabar", maka ke"sabar"an itu lebih baik baginya." (Muslim).









Kemudian sabda Rasulullah
SAW kepada putrinya yang mengutus seseorang, meminta agar Nabi segera datang, karena putranya sakit hampir meninggal. Maka Rasulullah bersabda kepada utusannya: "Kirim salam dan katakan padanya, sungguh terserah kepada "Allah" untuk memberi atau mengambil kembali dan segala sesuatu tergantung pada ajal yang ditentukan baginya, maka hendaklah "sabar" dan mengharap pahala dari "Allah"." (Bukhari).



Juga sabda Rasulullah SAW: "Allah telah berfirman: "Apabila Aku menguji seorang hamba-Ku dengan buta kedua matanya, kemudian ia "sabar", maka Aku menggantikannya dengan surga." (Bukhari).


Rasulullah juga bersabda: "Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya cobaan. Apabila "Allah" mencintai suatu kaum, Ia menimpakan cobaan kepada mereka. Maka siapa yang ridha, mendapat keridhaan "Allah" dan siapa yang murka, mendapat murka "Allah"." (Tirmidzi dan Ibn Majah).



Kemudian Rasulullah bersabda: "Tidak henti-hentinya cobaan menimpa kaum Muslimin, baik mengenai diri, sanak keluarganya atau harta kekayaannya hingga ia menghadap kepada "Allah" sudah bersih dari dosa (tidak ada tuntutan) padanya." (Tirmidzi).



Tahan menderita juga termasuk "sabar", tapi lebih berat. Hal itu merupakan harta perniagaan para Siddiqin dan tanda-tanda orang saleh. Hakikat tahan menderita adalah orang Muslim menderita karena untuk kepentingan "Allah", lalu ia ber"sabar" dan tahan uji. Ia tidak menolak kejahatan, kecuali dengan kebaikan. Ia tidak membalas untuk kepentingan pribadinya, sepanjang hal itu berada di jalan "Allah" dan untuk mencari ridha "Allah". Teladan mengenai hal itu terdapat pada para Rasul dan salihin. Karena jarang orang yang berjuang di jalan "Allah" tidak mendapat penderitaan, karena hal itu merupakan sarana bertemu dengan "Allah".


Ketika Rasulullah memb
agikan harta rampasan perang, seorang Arab dusun berkata: Aku tidak mau harta rampasan itu menurut cara yang ditentukan "Allah". Maka hal itu disampaikan kepada Rasulullah. Maka ketika itu wajah Rasulullah merah. Kemudian beliau bersabda: "Semoga "Allah" merahmati saudaraku Musa. Ia lebih menderita dari ini, tapi ia pun ber"sabar". (Muttafaq 'alaih).


"Allah" berfirman dalam Surat Ibrahim Ayat 12: "Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada "Allah", padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan ber"sabar" terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada "Allah" saja orang-orang (Mukmin) yang bertawakal itu berserah diri."




Dengan beberapa contoh nyata dari generasi terdahulu perihal ke"sabar"an dan tahan uji, maka seorang Muslim akan mampu hidup "sabar" dengan mengharap ridha "Allah". Ia hadapi segala cobaan dan penderitaan tanpa mengeluh, marah ataupun membalas keburukan dengan keburukan melainkan dengan kebaikan. Ia pemaaf, "sabar" dan mengampuni segala kesalahan orang lain. Sebagaimana firman "Allah" dalam Surat Asy-Syura Ayat 43: "Tetapi orang yang ber"sabar" dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan."





Menurut Abdus Samad Al Palimbani, tingkatan "sabar" ada tiga, yaitu:

1. "Sabar" orang awam (tasabbur) yakni menanggung kesusahan dan menahan kesakitan dalam menerima hukuman Allah SWT.

2. "Sabar" orang yang menjalani tarekat, yakni terbiasa dengan sifat "sabar".

3. "Sabar" orang arif (istibar) yakni merasa lezat dengan bala' dan merasa rela dengan pemberian Allah SWT atas dirinya.


Manfaat "sabar" menurut KH MD Sirojudin dalam bu
kunya yang berjudul 'Hakekat Ikhlas dan Indahnya Ke"sabar"an, adalah:

1. Sikap "sabar" dapat membimbing seseorang kepada tingkat pengabdian kepada Allah secara sempurna.

2. Sikap "sabar" dapat menstabilkan jiwa seseorang sehingga bertindak sesuatu seimbang.

3. Sikap "sabar" dapat meredam amarah dan dendam.

4. Sikap "sabar" cerminan hati nurani yang selalu menguntungkan orang lain.

5. Orang yang ber"sabar" bila berbicara dan bertindak selalu menyejukkan dan membahagiakan orang lain.

6. "Sabar" merupakan pondasi kezuhudan dan ketawaduan.


Sikap "sabar" sebenarnya sangat perlu dimiliki oleh setiap orang karena "sabar" merupakan perisai hidup sehingga Allah berfirman dalam Surat Yusuf Ayat 18 "Sabar" itu indah" (Asshobaru jamil). Kita harus selalu ber"sabar" dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan yang terjadi. Anggaplah semua yang terjadi adalah suatu ujian dan cobaan.

Jumat, 19 Juni 2009

"InDaHNYa HiDuP SeDeRHaNa"

"Budaya "hidup sederhana" merupakan salah satu budaya yang harus kita tanamkan kuat-kuat dalam diri kita masing-masing."



"Hidup Sederhana" adalah merupakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.



Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an, Surat Al-Furqan, ayat 67 : "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula mereka kikir. Dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian".


Maks
ud dari ayat tadi adalah memerintahkan kita agar dalam ke"hidup"an sehari-hari kita tidak menghambur-hamburkan harta titipan Allah SWT dan juga tidak boleh berlaku kikir terhadap siapapun. Kalau kita hemat, itu tidak berarti kita harus kikir.



Jadi "hidup sederhana" itu adalah merupakan perintah Allah SWT. seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 26-27 : "Dan berikanlah keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya".


Sangatlah jelas, bahwa sikap boros lebih dekat kepada perilaku setan. Maka dari itu, budaya "sederhana" merupakan salah satu budaya yang harus kita tanamkan kuat-kuat dalam diri kita masing-masing. "Hidup" dengan budaya "sederhana" bukan berarti tidak boleh membeli barang-barang yang bagus, mahal dan bermerek. Boleh-boleh saja........



Pada kenyataannya kalau kita berlaku boros, sama sekali tidak akan menjadi amal kebaikan bagi kita. Kita dapat mengambil hikmah dari krisis ekonomi yang menimpa hampir seluruh bangsa



didunia. Salah satunya kita harus benar-benar pandai mengendalikan keinginan kita. Tidak semua keinginan harus dipenuhi. Akan tetapi kita harus benar-benar tahu mana keinginan dan mana kebutuhan.



Belanjakanlah harta kita hanya untuk barang yang kita butuhkan saja. Kalau saja kita masih dapat bertahan
dengan barang lain yang lebih sederhana, maka lebih bijak kalau kita tidak melakukan pembelian.


Dapat kita perhatikan dalam ke"hidup"an keseharian kita. Orang yang memiliki harta, ada kecenderungan untuk menjadi pecinta harta. Semakin bagus, makin mahal, makin senang, maka makin cintalah seseorang itu kepada harta yang dimilikinya.

Selain dari pada itu, maka ingin pulalah seseorang itu untuk memamerkannya. Terkadang apa saja ingin selalu dipamerkannya. Ada yang pamer kendaraan, rumah, mebel, pakaian dan sebagainya yang dipunyainya dipamerkan. Sikap ini muncul disebabkan karena salah satunya kita ini ingin tampil wah....... lebih bermerek akan lebih keren dari pada orang lain. Padahal, sebenarnya makin bermerek barang yang kita miliki justru akan menyiksa diri kita, karena ada perasaan dalam diri kita takut kehilangan barang yang kita miliki. Harta yang dimiliki justru menjerumuskan, membelenggu dan menjebak kita dalam kubangan tipu daya harta, karena kita salah dalam menyikapinya. (Sumber : K.H. Abdullah Gymnastiar dalam tulisannya yang berjudul "Hidup" Indah dengan Bersahaja dalam majalah Al-Falah).


Maka dari itu semua, marilah kita biasakan untuk senantiasa "hidup" dalam ke"sederhana"an dalam setiap yang kita lakukan. Apabila budaya "hidup sederhana" ini kita lestarikan, Insya'Allah dalam kondisi ekonomi apapun, Allah akan menganugerahkan kepada kita kemampuan untuk menjadi orang yang terpelihara dari perbuatan sia-sia dan pemborosan.
Amiin Ya Raobbal Alamiin..........

Kamis, 18 Juni 2009

"SIKAP POSITIF (POSITIVE ATTITUDE)"

"Sikap positif" merupakan aktualitas dari suasana jiwa yang terutama memperhatikan hal-hal yang "positif", yaitu yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang membosankan, kegembiraan dari pada kesedihan, harapan dari pada keputusasaan."


Kita sering mendengar anjuran berpikirlah "positif" atau
"positive" thinking !, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Namun berpikir "positif" tanpa diikuti oleh "sikap positif" sama dengan bohong. "Sikap" adalah cara mengkomunikasikan pikiran dan suasana hati (mood) kita kepada orang lain. Kalau kita memancarkan "sikap positif" , maka orang lain biasanya akan menanggapinya dengan baik pula. Sikap bisa dikatakan merupakan cerminan jiwa. Kalau jiwa kita baik, pasti sikap kita akan baik ("positif") pula. Bagaimanapun, "sikap positif" bukanlah akting, "sikap positif" haruslah tulus.

"Sikap positif" merupakan aktualitas dari suasana jiwa yang terutama memperhatikan hal-hal yang "positif", yaitu yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang membosankan, kegembiraan dari pada kesedihan, harapan dari pada keputusasaan.


"Sikap positif" hanya dapa
t diperhatikan melalui usaha-usaha secara sadar. Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang ke arah yang negatif, mereka yang "positif" mengetahui bahwa untuk memulihkan dirinya, harus melakukan penyesuaian. Kita secara cepat harus menerapkan tehnik penyesuaian sikap yang memungkinkan kita pulih kembali dan mengembalikan wawasan (pikiran) yang "positif".


"Sikap positif" mempunyai manfaat antara lain :


1. "Sikap positif" dapat memicu semangat.

2. "Sikap positif" dapat mend
orong kreativitas.

3. "Sikap positif" dapat menghasilkan kepribadian yang tangguh.


Keajaiban akan terjadi bila kita menyadari bahwa pendekatan kita yang lebih ceria dapat menciptakan hal-hal yang baik dan yang tidak terduga-duga akan terjadi.

Setiap orang mempunyai kemampuan untuk b
er"sikap positif" dalam keadaan apapun. "Sikap positif" merupakan kunci sukses dalam menjalani kehidupan ini. Dengan selalu ber"sikap positif" kita dapat memenangkan semua permainan hidup, kepuasan pribadi, hubungan dengan sesama (hablum minannas) yang kukuh dan kesuksesan dalam berkarir. (Sumber : Elwood N Chapman dalam bukunya yang berjudul "SIKAP" Kekayaan Anda Yang Paling Berharga).


Apabila semua orang di dunia ini mau dan mampu
ber"sikap positif", maka dunia ini akan aman, damai, tenteram dan sentausa.


"Sikap positif" akan menghasilkan energi "positif" yang tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain ciptaan Allah SWT. "Sikap positif" ini yang harus kita kembangkan untuk melestarikan kehidupan alam semesta ini.


Yang perlu diingat: "Sikap positif" menghasilkan persepsi "positif" dan mengubah situasi menjadi lebih baik.


MusicPlaylistView Profile