Allah memerintahkan kepada seluruh wanita mukmin untuk mengenakan "jilbab". Hal ini seperti yang telah difirmankan
Allahdalam Al-Qur'an Surat Al Ahzaab Ayat 59 : "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan mukmin, "Hendaklah mereka memakai "jilbab"nya atas dirinya". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, maka mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Allahdalam Al-Qur'an Surat Al Ahzaab Ayat 59 : "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan mukmin, "Hendaklah mereka memakai "jilbab"nya atas dirinya". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, maka mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Difirmankan juga dalam Al-Qur'an Surat An-Nuur Ayat 31: "Katakanlah kepada mukmin perempuan, hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. Dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang kelihatan dari padanya. Hendaklah mereka menutupi dada dengan "kerudung"nya. ......."
Kalau kita membaca 2 (dua) Ayat di atas, maka memakai "jilbab" / "kerudung" adalah wajib hukumnya bagi seluruh wanita mukmin di seluruh dunia, utamanya wanita yang sudah baligh.
Pakaian "jilbab" bermanfaat sebagai wahana untuk mengontrol diri (self control) seorang wanita dari kemungkinan melakukan hal-hal yang kurang senonoh. Juga sebagai identitas bahwa pemakai bukan seorang yang senang digoda atau diganggu.
Kalau kita membaca 2 (dua) Ayat di atas, maka memakai "jilbab" / "kerudung" adalah wajib hukumnya bagi seluruh wanita mukmin di seluruh dunia, utamanya wanita yang sudah baligh.
Pakaian "jilbab" bermanfaat sebagai wahana untuk mengontrol diri (self control) seorang wanita dari kemungkinan melakukan hal-hal yang kurang senonoh. Juga sebagai identitas bahwa pemakai bukan seorang yang senang digoda atau diganggu.
Melihat fenomena "jilbab" belakangan ini, satu sisi membuat kita gembira dan sisi lainnya menjadikan kita prihatin. Gembira--- Apabila kita kembali ke era beberapa belas tahun lalu, kemerdekaan ber"jilbab" susah didapatkan, apalagi bila bersinggungan dengan birokrasi. Ber"jilbab" tidak bisa leluasa. Malah bisa menuai sanksi. Berbeda dengan saat ini, orang ber"jilbab" ada di mana-mana. Di sekolah hingga perkantoran dan birokrasi lainnya tidak ada larangan, bahkan menjadi trend yang menggembirakan.
Yang membuat prihatin, di tengah maraknya euforia ber"jilbab" itu terselip kesalah-pahaman menggunakannya. Banyak orang ber"jilbab" tetapi dibalut pakaian minim dan menonjolkan aurat yang seharusnya tertutupi. Mengapa bisa demikian? Rasulullah bersabda: "Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya surga." (Hadits Riwayat Abu Daud).
Syariat untuk ber"jilbab" ada, tentu dengan maksud dan tujuan mulia. Banyak penelitian menguak rahasia perintah ber"jilbab". Disamping untuk mengenali pribadi muslim dan mencegah gangguan orang jahat, dari sisi kesehatan ternyata ada faedahnya. Seorang dokter Kanada, dalam laporannya melalui kantor berita Reuters, telah menyatakan bahwa sesungguhnya wanita muslimah yang ber"jilbab", bukan hanya menunjukkan kesederhanaan saja tetapi juga akan terlindung dari kanker hidung dan tenggorokan. Hal ini diyakini karena "jilbab" mampu mencegah penetrasi banyak virus.
Menurut Farikh Narzuqi, MA, Sekretarus Ikatan Dai Indonesia (IKADI), salah satu hikmah perintah ber"jilbab" adalah terjaganya kehormatan seorang wanita terutama saat keluar rumah. Secara fitrah, wanita itu berada di rumah. Tapi kan tidak mungkin wanita selalu di rumah. Ada juga kebutuhan menuntut ilmu atau berkiprah di masyarakat. Agar tetap terjaga kehormatannya, maka Islam memerintahkan penggunaan "jilbab".
Kita tidak boleh lalai bahwa zaman sekarang lebih aman dari pada zaman jahiliyah di masa sebelum Islam. Islam telah mengatur cara muslimah berbusana serta mengingatkan untuk selalu menjaga diri. Selain ber"jilbab", para muslimah harus mengenakan 'pakaian malu. Jangan membuat pria tergoda. Tidak semua pria imannya kuat.
Ber"jilbab" adalah amal ibadah. Dan tiap amal harus dengan ilmu. Pelajari hikmah dan manfaat ber"jilbab". Kalau paham kan mantap. Jangan seperti siswi yang "jilbab"nya dilepas dan dimasukkan tas begitu keluar dari sekolah. Para ibu harus juga memberi contoh. Anaknya ber"jilbab" saat sekolah atau TPA, tapi ibunya yan g mengantar malah tidak ber"jilbab".
(Sumber: Majalah Al-Falah, Edisi 277, April 2011).
0 komentar:
Posting Komentar