Sabtu, 24 Maret 2012

"Taubat Untuk Menggapai Surga"

"Pintu "Taubat" menuju "Surga" masih terbuka selagi nyawa belum dicabut oleh Malaikat Izrail."


Apakah orang yang berdosa berhak memasuki "Surga"? Jelas, berhak! Namun, sebelum memasuki "Surga", diri orang berdosa harus terlebih dahulu dicuci. Dicuci dengan apa? Dengan "Taubatun" Nashuha atau "Taubat" sebenarnya. Allah telah menjamin dalam Al-Qur'an akan memberikan "Surga" dan kemuliaan bagi orang yang ber"Taubat" dan kembali ke jalan Allah.

Pintu "Taubat" menuju "Surga" masih terbuka selagi nyawa belum dicabut oleh Malaikat Izrail. Artinya, selagi kita masih diberi nafas dalam kehidupan ini, pintu "Taubat" masih dibuka oleh Allah.

Jadi, untuk dapat menggapai "Surga", seseorang harus ber"Taubat" kepada Allah atas dosa-dosanya dan kembali ke jalan Allah. Serta dengan semangat berusaha untuk memiliki amalan unggulan yang dilaksanakan dengan kontinyu.

Referensi: "Orang Berdosa Rindukan "Surga". Oleh Syailendra Putra.

"Salah Satu Kisah Hidup Ahli Surga"

"Salah satu kunci yang membuat Sahabat Nabi Muhammad SAW. sebagai "Ahli Surga" adalah mengikhlaskan kekeliruan-kekeliruan orang lain dan tidak pernah menyimpan dendam."


Pada suatu ketika, pada zaman  Rasulullah  SAW. ketika  sedang  berkumpul dengan  para  sahabat, lewatlah  seorang sahabat lain. Kemudian Rasulullah SAW. segera berkata kepada para sahabatnya yang sedang mengelilinginya, "Dia (maksudnya yang baru lewat itu) adalah "Ahli Surga". Lalu ada seorang sahabat lain yang penasaran, apa gerangan amal istimewa sahabat itu sampai-sampai Rasulullah menyebutkan bahwa dia adalah "Ahli Surga".

Maka berangkatlah sahabat yang ingin tahu tersebut ke rumah sahabat yang dikatakan sebagai "Ahli Surga". Supaya penyamarannya tidak terbongkar dia membuat alasan kepada tuan rumah. dikatakannya bahwa dia sedang berselisih paham dengan keluarganya, dan untuk itu bersumpah tidak bertegur sapa selama 3 hari dengan sang ayah. Sahabat yang disebut "Ahli Surga" itupun dengan senang hati menerima kedatangannya dan segera memperlakukan dia sebagai tamu yang harus dihormati sebagaimana mestinya.

Misi pun berjalan. Sang sahabat segera mengadakan aksi intelegennya terhadap sahabat "Ahli Surga". Semua perilaku "Ahli Surga" tersebut diamati sampai yang sekecil-kecilnya. Semua ibadahnya baik siang maupun malam, tak terkecuali ketika sedang berdagang di pasar di siang hari maupun malam. Tidak ada yang luput dari pengamatannya. Atas rasa penasarannya apakah amalan istimewa yang dilakukan sahabat "Ahli Surga" sehingga Rasulullah memberinya gelar "Ahli Surga".

Namun, sampai hari ketiga sahabat yang menyeidiki sahabat "Ahli Surga" belum berhasil menemukan amalan apa yang istimewa pada diri "Ahli Surga" ini. Dalam pandangannya, sahabat "Ahli Surga" ini tidak memiliki amalan istimewa tertentu. Ibadahnya biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Malah dia kadang melihat "Ahli Surga" ini tidur sampai Subuh dan tidak melaksanakan Tahajud. Malah, menurut sang sahabat, rasanya banyak sahabat yang lebih baik ibadahnya dari segi kuantitas dari pada "Ahli Surga" ini.

Pada hari ketiga, sahabat ini buka kartu kepada tuan rumah. Dikatakannya, bahwa dia sebenarnya tidak saling berjauh-jauhan dengan orang tuanya, tetapi hanya ingin menyelidi sahabat tersebut. Namun, ketika dia bertanya apakah amalan unggulan yang dimilikinya, dia menjawab tidak ada. Lalu sang sahabat yang kecewa karena berharap tahu tersebut segera pamit ingin pulang. Tapi, baru beberapa langkah keluar dari pintu rumah sahabat "Ahli Surga", sahabat "Ahli Surga" memanggil. "Tunggu dulu", kata sahabat "Ahli Surga". "Memang aku tidak mempunyai amalan yang istimewa yang membuatku berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain. Namun, aku mempunyai satu kebiasaan. Setiap malam menjelang tidur aku tak pernah mengingat-ingat kesalahan kaum muslimin yang lainnya. Aku memaafkan dan mengikhlaskan kekeliruan-kekeliruan mereka padaku. Aku tak pernah menyimpan dendam kepada saudara-saudara muslim."

Tercenganglah sahabat ini mendengar ungkapan tersebut. Ini dia jawabannya yang selama ini membuat dia penasaran. Ternyata inilah kunci yang membuat sahabat itu dikategorikan sebagai "Ahli Surga". Hanya dengan mengikhlaskan dan tidak menyimpan dendam. Sederhana, namun ini hal yang sulit. Coba bayangkan saja, siapa yang gampang berlapang dada dan memaafkan ketika ada orang lain menyakitimya? Bukan hal yang mudah memaafkan orang yang sudah mendzalimi kita begitu saja. Namun inilah yang menjadi amal unggulan sahabat tersebut. Dan itu juga yang mengantarkannya menjadi "Ahli Surga".

Referensi: "Orang Berdosa Rindukan "Surga". Oleh Syailendra Putra.


MusicPlaylistView Profile