"Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan "tahun baru"?
Bolehkah "Merayakan"nya?"
Diantara kebiasaan orang dalam memasuki "tahun baru" di berbagai belahan
dunia adalah dengan "merayakan"nya, seperti begadang semalam suntuk, pesta
kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki "tahun baru", wayang
semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di
beberapa tempat diadakan dzikir berjama'ah menyongsong "tahun baru".
Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan "tahun baru"?
Bolehkah "Merayakan"nya?
"Tahun baru" tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana 'Iedul
Fitri, 'Iedul Adha ataupun hari Jum'at. Bahkan hari tersebut tergolong
rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh
diperingati oleh seorang muslim.
Malam ini, kita mulai memasuki "tahun baru" 2013. "Tahun" 2012 segera
meninggalkan kita, tinggal menghitung jam, menit, dan detik saja. Di
berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, ada diantaranya
kebiasaan orang dalam menyambut pergantian "tahun" Masehi "merayakan"nya
dengan bergadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup trompet pada
detik-detik memasuki "tahun baru", pertunjukan semalam suntuk, atau cara
lainnya.
Sebagian umat Islam, tidak ketinggalan dan sudah mulai terbiasa di
beberapa tempat, diadakan ceramah agama, dan zikir berjamaah menyongsong
pergantian "tahun". Kegiatan seperti ini, meskipun ada manfaatnya, tetapi
oleh sebagian pihak umat Islam menganggapnya sebagai bid’ah, sesuatu
yang tidak ada contohnya baik dari Rasulullah SAW maupun dari para
sahabat rasul.
Pada hakikatnya setiap pergantian "tahun" umur kita tidaklah bertambah,
tetapi sebaliknya, berkurang, semakin mendekat ke akhir hayat, ke
kematian. Penanggalan Masehi yang berdasarkan peredaran matahari memang
mendahului penanggalan Islam, Hijriyah yang berdasarkan peredaran bulan,
sehingga ada perbedaan 11-12 hari dalam setiap "tahun"nya.
"Menyambut tahun baru" Masehi memang tak ada bimbingannya dalam Islam.
Namun untuk "menyambut tahun baru", sebaiknya masing-masing pribadi
muslim:
- Selalu menjadikan Allah SWT sebagai maula, penolong.
- Berupaya untuk menjadi muslim yang cerdik dengan selalu mengingat kematian, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW dalam satu hadis beliau.
- Mengevaluasi/merenungi diri, bermuhasabah, sejauh mana telah menunaikan ajaran-Nya dan rasul-Nya.
- Beristigfar, memohon ampun atas segala kesalahan yang telah diperbuat, disengaja ataupun tidak.
- Memohon agar Allah SWT menerima segala amal ibadah, dan semoga Dia selalu membimbing ke jalan-Nya yang lurus.
- Berdoa agar Allah SWT selalu memberikan rahmat dan keselamatan dalam waktu-waktu atau sisa hidup yang akan dijalani.
- Mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah selama ini, insya Allah nikmat tersebut akan ditambah-Nya.
- Mendoakan kedua orang tua baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
- Tidak menyia-nyiakan waktu hanya untuk pekerjaan yang mubazir, yang sia-sia, dan yang tidak ada tuntunannya yang jelas.
- Tidak berlaku riya’, takabur, sombong.
- Salat tobat, memperbanyak doa dan zikir.
- Tidak sampai menyerupai perilaku orang kafir dalam menyambut pergantian "tahun", tetapi sebaiknya tidak ikut-ikutan "merayakan"nya.
- Tidak menyerupai kaum kafir dalam gerak-gerik dan bentuk pada hal-hal yang bersifat lahiriah akan mengandung konsekuensi menyerupai mereka pula dalam gerak-gerik dan bentuk pada hal-hal yang bersifat batiniah/akidah.
- Hindari kegiatan yang terkesan buang-buang dana, waktu, tenaga, apalagi yang berbau maksiat dan sirik.
Sumber:
1. www.equator-news.com/religi/20111230/menyambut-tahun-baru
2. dulatifh.wapath.com/Islami/Maktabah/ThMasehi
3. laely.widjajati.photos.facebook.com/Kok-di blakang q-bnyak-"ULAR" nya-ya-???????????/
0 komentar:
Posting Komentar