"Minyak Atsiri" "Kayu Manis" merupakan produk samping dari tanaman "Kayu Manis".
"Minyak" ini hanya memgandung bahan kimia organik yang membentuk aroma khas secara terpadu. Menurut Gildemeister, "Minyak Atsiri" ini mulai diusahakan sejak tahun 1574.
"Minyak Atsiri" dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Di dunia perdagangan "Kayu Manis", produk yang diminta dari "Minyak" "Kayu Manis" didasarkan pada jenis "Kayu Manis" dan asal bahan, yaitu cinnamon leaf oil, cinnamon bark oil, dan cassia oil. Cinnamon leaf oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari daun "Kayu Manis" jenis Cinnamomum zeylanicum. Cinnamon bark oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari kulit. Sedangkan cassia oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit "Kayu Manis" jenis Cinnamomum burmanni atau Cinnamomum cassia.
"Minyak" "Kayu Manis" banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk keperluan industri, baik makanan maupun farmasi. "Minyak" "Kayu Manis" Cinnamomum cassia banyak diproduksi di Cina, Vietnam dan Taiwan. Indonesia sendiri memproduksi "Minyak" dari jenis Cainnamomum zeylanicum, baik dari ranting maupun daun.
Komponen utama yang terkandung dalam "Minyak" "Kayu Manis" adalah sinamaldehida, eugenol, eceteugenol dan aldehida. Selain itu masih ada kandungan lain yang menentukan aroma specifik dari "Kayu Manis". Kandungan terbesar dalam "Minyak" "Kayu Manis" adalah eugenol, yaitu sekitar 80-90 %.
Sebagian besar komponen aromatk "Minyak" "Kayu Manis" larut dalam air. Akibatnya, pemisahan "Minyak" dan air menjadi sangat sulit sehingga rendemennya menjadi rendah. Untuk memisahkan "Minyak" tersebut digunakan CO2 cair.
"Minyak" "Kayu Manis" diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap. Kandungan "Minyak" yang diperoeh tergantung pada cara penyulingannya. Penyulingan dengan uap akan menyebabkan sebagian besar "Minyak" terdekomposisi, sedangkan penyulingan dengan air atau air dan uap hanya sedikit yang terdekomposisi.
Alat penyuling yang digunakan dapat terbuat dari bahan sederhana. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu ketel suling atau tangki (retort), pendingin (condensor), dan penampung hasil kondensasi (receiver). Sebagai ketel dapat terbuat dari bahan logam yang dibuat khusus, pendingin dapat dari bambu, dan pemisah "Minyak" dari ember yang diberi dua lubang pada sisinya. Lubang tersebut berada di sisi atas untuk keluarnya "Minyak" dan bawah untuk keluarnya air. Setiap lubang diberi pipa. Alat ini biasanya diletakkan di dekat sungai atau sumber air sebagai pendingin.
Bahan baku yang disuling biasanya terdiri dari 70 % daun dan 30 % kulit. Bahan baku ini perlu digiling sebelum dimasukkan dalam ruang penyulingan. Perbandingan jumlah bahan baku dan air dalam alat penyuling adalah 1 : 2,5. Lamanya waktu penyulingan biasanya sekitar tiga jam. Namun, waktunya bisa lebih lama tergantung besar kecilnya nyala api yang memanasi ketel.
"Minyak Atsiri" dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Di dunia perdagangan "Kayu Manis", produk yang diminta dari "Minyak" "Kayu Manis" didasarkan pada jenis "Kayu Manis" dan asal bahan, yaitu cinnamon leaf oil, cinnamon bark oil, dan cassia oil. Cinnamon leaf oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari daun "Kayu Manis" jenis Cinnamomum zeylanicum. Cinnamon bark oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari kulit. Sedangkan cassia oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit "Kayu Manis" jenis Cinnamomum burmanni atau Cinnamomum cassia.
"Minyak" "Kayu Manis" banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk keperluan industri, baik makanan maupun farmasi. "Minyak" "Kayu Manis" Cinnamomum cassia banyak diproduksi di Cina, Vietnam dan Taiwan. Indonesia sendiri memproduksi "Minyak" dari jenis Cainnamomum zeylanicum, baik dari ranting maupun daun.
Komponen utama yang terkandung dalam "Minyak" "Kayu Manis" adalah sinamaldehida, eugenol, eceteugenol dan aldehida. Selain itu masih ada kandungan lain yang menentukan aroma specifik dari "Kayu Manis". Kandungan terbesar dalam "Minyak" "Kayu Manis" adalah eugenol, yaitu sekitar 80-90 %.
Sebagian besar komponen aromatk "Minyak" "Kayu Manis" larut dalam air. Akibatnya, pemisahan "Minyak" dan air menjadi sangat sulit sehingga rendemennya menjadi rendah. Untuk memisahkan "Minyak" tersebut digunakan CO2 cair.
"Minyak" "Kayu Manis" diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap. Kandungan "Minyak" yang diperoeh tergantung pada cara penyulingannya. Penyulingan dengan uap akan menyebabkan sebagian besar "Minyak" terdekomposisi, sedangkan penyulingan dengan air atau air dan uap hanya sedikit yang terdekomposisi.
Alat penyuling yang digunakan dapat terbuat dari bahan sederhana. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu ketel suling atau tangki (retort), pendingin (condensor), dan penampung hasil kondensasi (receiver). Sebagai ketel dapat terbuat dari bahan logam yang dibuat khusus, pendingin dapat dari bambu, dan pemisah "Minyak" dari ember yang diberi dua lubang pada sisinya. Lubang tersebut berada di sisi atas untuk keluarnya "Minyak" dan bawah untuk keluarnya air. Setiap lubang diberi pipa. Alat ini biasanya diletakkan di dekat sungai atau sumber air sebagai pendingin.
Bahan baku yang disuling biasanya terdiri dari 70 % daun dan 30 % kulit. Bahan baku ini perlu digiling sebelum dimasukkan dalam ruang penyulingan. Perbandingan jumlah bahan baku dan air dalam alat penyuling adalah 1 : 2,5. Lamanya waktu penyulingan biasanya sekitar tiga jam. Namun, waktunya bisa lebih lama tergantung besar kecilnya nyala api yang memanasi ketel.
(Sumber: "Kayu Manis" - Budi Daya & Pengolahan, Oleh: Rismunandar dan Farry B. Paimin).
0 komentar:
Posting Komentar