Minggu, 26 Februari 2012

"Minyak Atsiri Kayu Manis"

"Minyak Atsiri" "Kayu Manis" merupakan produk samping dari tanaman "Kayu Manis".


"Minyak" ini hanya memgandung bahan kimia organik yang membentuk aroma khas secara terpadu. Menurut Gildemeister, "Minyak Atsiri" ini mulai diusahakan sejak tahun 1574.

"Minyak Atsiri" dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Di dunia perdagangan "Kayu Manis", produk yang diminta dari "Minyak" "Kayu Manis" didasarkan pada jenis "Kayu Manis" dan asal bahan, yaitu cinnamon leaf oil, cinnamon bark oil, dan cassia oil. Cinnamon leaf oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari daun "Kayu Manis" jenis Cinnamomum zeylanicum. Cinnamon bark oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari kulit. Sedangkan cassia oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit "Kayu Manis" jenis Cinnamomum burmanni atau Cinnamomum cassia.

"Minyak" "Kayu Manis" banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk keperluan industri, baik makanan maupun farmasi. "Minyak" "Kayu Manis" Cinnamomum cassia banyak diproduksi di Cina, Vietnam dan Taiwan. Indonesia sendiri memproduksi "Minyak" dari jenis Cainnamomum zeylanicum, baik dari ranting maupun daun.

Komponen utama yang terkandung dalam "Minyak" "Kayu Manis" adalah sinamaldehida, eugenol, eceteugenol dan aldehida. Selain itu masih ada kandungan lain yang menentukan aroma specifik dari "Kayu Manis". Kandungan terbesar dalam "Minyak" "Kayu Manis" adalah eugenol, yaitu sekitar 80-90 %.

Sebagian besar komponen aromatk "Minyak" "Kayu Manis" larut dalam air. Akibatnya, pemisahan "Minyak" dan air menjadi sangat sulit sehingga rendemennya menjadi rendah. Untuk memisahkan "Minyak" tersebut digunakan CO2 cair.

"Minyak" "Kayu Manis" diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap. Kandungan "Minyak" yang diperoeh tergantung pada cara penyulingannya. Penyulingan dengan uap akan menyebabkan sebagian besar "Minyak" terdekomposisi, sedangkan penyulingan dengan air atau air dan uap hanya sedikit yang terdekomposisi.

Alat penyuling yang digunakan dapat terbuat dari bahan sederhana. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu ketel suling atau tangki (retort), pendingin (condensor), dan penampung hasil kondensasi (receiver). Sebagai ketel dapat terbuat dari bahan logam yang dibuat khusus, pendingin dapat dari bambu, dan pemisah "Minyak" dari ember yang diberi dua lubang pada sisinya. Lubang tersebut berada di sisi atas untuk keluarnya "Minyak" dan bawah untuk keluarnya air. Setiap lubang diberi pipa. Alat ini biasanya diletakkan di dekat sungai atau sumber air sebagai pendingin.

Bahan baku yang disuling biasanya terdiri dari 70 % daun dan 30 % kulit. Bahan baku ini perlu digiling sebelum dimasukkan dalam ruang penyulingan. Perbandingan jumlah bahan baku dan air dalam alat penyuling adalah 1 : 2,5. Lamanya waktu penyulingan biasanya sekitar tiga jam. Namun, waktunya bisa lebih lama tergantung besar kecilnya nyala api yang memanasi ketel. 


(Sumber: "Kayu Manis" - Budi Daya & Pengolahan, Oleh: Rismunandar dan Farry B. Paimin).

Jumat, 24 Februari 2012

"Khasiat/Manfaat Kayu Manis"

"Kayu Manis" selain digunakan untuk bumbu makanan dan pembalsaman mumi, minyak atsiri "Kayu Manis" juga ber"khasiat" sebagai antiseptik."


Ini disebabkan minyak atsiri pada "Kayu Manis" memiliki daya bunuh terhadap mikroorganisme. Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa minyak "Kayu Manis"dapat membunuh baksil tipus hanya dalam waktu 12 menit, berbeda dengan minyak cengkih yang waktunya mencapai 25 menit.

Minyak atsiri "Kayu Manis"juga dipakai sebagai komponen dalam obat tradisional. Kloppenburg Verstegh menganjurkan bahwa "Kayu Manis" dapat dijadikan jamu untuk disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta, dan Kiangsiu mengatakan bahwa minyak "Kayu Manis" sudah ratusan tahun dikenal di belahan dunia Barat dan Timur yang ber"khasiat" sebagai penyembuh reumatik, mencret, pilek, sakit usus. jantung. pinggang dan darah tinggi. Sementara Sumaryo Syu dalam buku Resep Jamu Jawa mengemukakan bahwa untuk kesuburan wanita, "Kayu Manis" dijadikan komponen jamu besama dengan tanaman lain seperti bawang putih, kencur, dan jungrahap.

"Khasiat" lain minyak "Kayu Manis" adalah memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik). Selain itu minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum dan cream.

Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak "Kayu Manis" sudah lama dimanfaatkan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink). agar-agar, kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup.

(Sumber: "Kayu Manis" - Budi Daya & Pengolahan, Oleh: Rismunandar dan Farry B. Paimin).

"Sejarah Kayu Manis"

"Kayu Manis" yang dalam Bahasa Jawa disebut '"Kayu Manis" Jangan' termasuk jenis rempah (Spices)."


'Rempah adalah sesuatu atau beberapa substansi nabati seperti cengkih, "Kayu Manis", pala, lada dan sebagainya yang dimanfaatkan untuk meningkatkan cita rasa makanan'. Disamping Spices, juga dikenal istilah Herbs yang berarti tanaman rempah penyembuh. Namun, pada kenyataannya sulit untuk memisahkan antara Spices dan Herbs. Ini disebabkan Herbs pun dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan cita rasa makanan.

Spices dan Herbs atau singkatnya disebut rempah sudah dikenal manusia beberapa ribu tahun sebelum Masehi, tepatnya tahun 2600 - 2100 SM (Sebelum Masehi). Di Mesir, "Kayu Manis" (Cinnamon) dimnfaatkan untuk membalsam mayat raja-raja yang akan dijadikan mumi. Namun, sejarah menyatakan bahwa "Kayu Manis" sudah masuk Mesir dan Eropa sekitar abad ke 5 Sebelum Masehi. Bangsa Saba bertanggung jawab atas berlangsungnya perdagangan "Kayu Manis" dari India dan Srilanka (Ceylon) ke negara Arab bagian Selatan. Pedagang Saba saat itu masih menyembunyikan asal-usul tanaman ini.

Beberapa tehun setelah 2100 SM, Mesir mengimport "Kayu Manis" dari Cina dan Asia Selatan khusus untuk membalsam mayat-mayat raja. Memang, untuk membuat mumi, selain "Kayu Manis" juga dimanfaatkan jenis rempah lain yang wangi, misalnya cumin (Cumimum cymmimum), anis (Anijs pimpinella anisum L.), dan majoraan (Origanum vulgaris L.).

Pada sekitar tahun 40 sesudah Masehi, Hippalus, seorang pedagang Yunani menyadari bahwa setiap tahun arah angin berhembus dari Timur ke Barat atau sebaliknya pada bulan-bulan tertentu. Angin tersebut yang kini disebut angin musim dimanfaatkan penjelajah untuk ke Timur, yaitu dari Laut Merah menuju India. Daerah pantai Barat India, yaitu Malabar, sangat kaya dengan jenis rempah. Aktivitas pedagang Yunani tersebut disusul oleh pedagang Romawi sehingga perdagangan rempah di belahan dunia Barat semakin ramai.

Dengan semakin ramainya perdagangan rempah akhirnya pemanfaatan rempah pun menjadi meningkat. Kalau sebelumnya hanya dimanfaatkan untuk pembuatan mumi maupun untuk keperluan religius, akhirnya pada sekitar tahun 40 Masehi tersebut pemanfaatannya semakin meningkat, yaitu untuk keperluan penambah cita rasa makanan. Hal ini didukung oleh sebuah buku tentang seni memasak yang ditulis oleh seorang ahli masakan berbangsa Romawi, yaitu Apicius. Dalam buku tersebut dicantumkan tentang penggunaan rempah dari Asia untuk masakan berselera tinggi.

Peranan pedagang Romawi memperdagangkan rempah akhirnya bangkrut setelah pedagang Arab dalam mengembangkan agama Islam menundukkan kerajaan Romawi. Kota Aleksandria diduduki tentara Islam pada tahun 641 Masehi. Saat itulah praktis perdagangan rempah antara Timur dan Barat berakhir. Pada abad ke-12, perdagangan rempah dinyatakan ramai kembali.

Pada abad ke-16 bangsa Portugis berlayar ke India yang merupakan sumber segala jenis rempah dan berusaha menguasai perdagangan. Namun, sekitar 100 tahun kemudian, yaitu tahun 1656, perdagangan rempah termasuk "Kayu Manis", diambil alih bangsa Belanda. Hasil "Kayu Manis" dari Srilanka sangat populer di Belanda dengan nama Canel. Kata 'Canel' berasal dari kata 'Cana' yang berarti pipa. Oleh karena bentuknya tersebut sehingga pipa kulit yang berdiameter kecil dapat masuk ke dalam pipa berdiameter lebih besar.

Untuk dapat lebih menguasai perdagangan "Kayu Manis" akhirnya Bangsa Belanda membentuk organisasi perdagangan dengan nama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagni). Nama VOC sendiri hingga kini masih tergores dalam benak setiap rakyat Indonesia.

"Kayu Manis"   yang semula merupakan tanaman hutan akhirnya diusahakan penanamannya oleh bangsa Belanda menjadi lebih teratur dalam bentuk perkebunan di Srilanka (1770). Tahun 1796, monopoli Belanda dalam perdagangan "Kayu Manis" diambil alih bangsa Inggris.

Di Indonesia, tanaman "Kayu Manis" dari Srilanka (Cinnamomum zeylanicum) didatangkan ke Pulau Jawa tahun 1825 yang kemudian menyebar ke India Selatan, Madagaskar, hingga Brazil. Walaupun demikian, hasil kulit "Kayu Manis" dari Srilanka masih tetap terkenal karena kualitasnya melebihi hasil dari negara lain.

Pada hakekatnya, lama sebelum bangsa Belanda merajai perdagangan "Kayu Manis", sudah ada dua jenis kulit "Kayu Manis" yang dihasilkan oleh dua jenis tanaman yang berbeda. "Kayu Manis" dari India Selatan dan Srilanka berasal dari Cinnamomum zeylanicum, sedangkan dari Vietnam Selatan dan Himalaya Timur berasal dari Cinnamomum cassia. Dibanding Cinnamomum zeylanicum kulit dari Cinnamomum cassia  masih lebih kasar dan tebal serta aroma lebih tinggi karena kadar minyak atsirinya lebih tinggi. Hanya saja kualitasnya tidak setinggi minyak atsiri dari Cinnamomum zeylanicum. Dalam perdagangan, kulit bagian luar Cinnamomum zeylanicum dibuang, sedangkan Cinnamomum cassia dipertahankan.

Kalau pedagang kulit "Kayu Manis"  di dunia Barat hanya mengenal kedua jenis "Kayu Manis"  tersebut hingga sebelum tahun 1800-an. Di Indonesia sendiri sudah ada jenis "Kayu Manis"  lain, yaitu Cinnamomum burmanni. Jenis "Kayu Manis" yang brbeda dengan Cinnamomum zeylanicum dan Cinnamomum cassia, ini benar-benar merupakan tanaman asli Indonesia. Cinnamomum burmanni merupakan tanaman hutan di Sumatera Barat. Hingga kini Cinnamomum burmanni masih tetap merupakan penghasil kulit dengan nama 'padang kaneel'. Ada juga yang menamakan kulit "Kayu Manis"  tersebut dengan 'cassiavera'. Kualitas kulit "Kayu Manis" dari Padang tersebut memang masih jauh di bawah kualitas "Kayu Manis"  Srilanka.

Selain Cinnamomum burmanni, Indonesia pun masih memiliki beberapa jenis tanaman dari keluarga Cinnamomum. Hanya saja kualitas kulitnya masih lebih rendah dibanding Cinnamomum burmanni. Cina dan Vietnam pun mengeksport "Kayu Manis"  dari jenis Cassia lignea dan Cassia Cina, tetapi kualitasnya masih di bawah cassavera.

Memang bukan hanya di Sumatera Barat saja, daerah lain di Indonesia seperti Jawa, Flores, Timor, Bali, Sulawesi dan Sumatera (selain Sumatera Barat) pun dapat dijumpai tanaman Cinnamomum burmanni ini. Selain terdapat di hutan sebagai tanaman liar, tanaman ini pun banyak ditanam di kebun dan tegalan, baik sebagai tanaman perkebunan maupun tanaman pagar.

(Sumber: "Kayu Manis" - Budi Daya & Pengolahan, Oleh: Rismunandar dan Farry B. Paimin).

Kamis, 23 Februari 2012

"Jeruk Nipis dan Kecap Sebagai Obat Batuk"

"Orangtua kita dulu meng"obat"i "batuk" dengan "jeruk nipis" dan "kecap". Sebenarnya apa khasiat "jeruk nipis" dan "kecap"?

"Jeruk nipis" tidak diragukan lagi memang terbukti memiliki banyak khasiat, termasuk meredakan "batuk". Sari "jeruk nipis" banyak  digunakan  di  dalam "obat"-"obat"  tradisional, termasuk di dalam   OB ("Obat""Batuk") Herbal. Tapi "kecap"? Kita tidak pernah menjumpai "kecap" masuk dalam formula "obat" "batuk" buatan pabrik. Banyak "obat" "batuk" sirup berwarna cokelat seperti "kecap", namun jelas isinya bukan "kecap".

Guru Besar Farmasi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo, mengatakan bahwa: "kecap" bukan "obat" utamanya, ia hanya sebagi pembawa. Yang utama adalah "jeruk nipis". Lalu mengapa orangtua kita memilih "kecap", bukan yang lain? Menurut Sumali, itu hanya perkara ketersediaan di dapur. Mungkin pada saat orang-orangtua kita mencoba-coba resep tradisional ini, mereka merasa sari "jeruk nipis" terlalu asam. Lalu mereka mencampurya dengan bahan-bahan yang ada di dapur. Dari hasil coba-coba itu, mereka menemukan bahwa hasil kombinasi sari "jeruk nips" dan "kecap" paling manjur meredakan "batuk". 'Sebetulnya tidak harus "kecap". Bisa pakai madu atau air gula', kata Prof. Sumali.

Sekarang kita punya lebih banyak pilihan dari pada orang-orangtua kita. Kini di apotek tersedia banyak "obat" "batuk" tradisional yang lebih praktis dan lebih berkhasiat karena berisi lebih banyak herbal. "Obat" "Batuk" Herbal, misalnya tidak hanya berisi sari "jeruk nipis", tapi juga kencur, jahe, timi, mint dan akar manis. Semua bahan herbal ini sudah diteliti dan terbukti dapat meredakan "batuk".

(Sumber: Majalah Intisari. Edisi Juli 2011). 

Rabu, 22 Februari 2012

"Ide Liburan Tanpa Menguras Kantong"

"Liburan" tidak harus menghabiskan puluhan juta rupiah dengan pergi ke negeri tetangga, apalagi tetangga jauh."


Lihat di sekitar kita, masih banyak tempat yang belum kita kunjungi. Berikut ini beberapa ide "Liburan":
1. "Liburan" ilmiah seperti mengunjungi musium.

2. "Liburan" kreatif seperti mengambil kursus singkat memasak atau melukis.

3. "Liburan" sosial seperti mengunjungi panti asuhan atau panti werda

4. "Liburan" alam, dengan ber"libur" ke alam terbuka seperti perkebunan teh, kebun raya, kebun binatang, pemancingan atau peternakan.


(Sumber: Majalah Intisari. Edisi Juli 2011).

Selasa, 21 Februari 2012

"Agar Tidak Stres Pasca Liburan"

"Berapa kali anda ber"libur" dalam satu tahun? Satu atau dua kali karena jatah cuti yang umumnya hanya 12 hari dalam satu tahun?"


Bagaimana anda ber"libur"? Me"libur"kan diri saat anak-anak "liburan" sekolah agar tidak dobel "libur"? Apa yang anda rasakan saat "liburan"? Senang namun juga pusing memikirkan pekerjaan? Bagaimana "pasca" "liburan"? Merasa segar kembali tapi hanya sebentar karena yang mendominasi adalah "stres" "pasca" "liburan" atau bahkan sama sekali tidak tersegarkan?

Berikut ini tips agar anda tidak merasa "stres" "pasca" "liburan", ada beberapa langkah yang dapat anda lakukan:

1. Apabila hendak melakukan "liburan" panjang, persiapkan dengan matang termasuk anggarannya. Untuk yang satu ini, siapkan dengan cukup detail, termasuk mempersiapkan biaya tidak terduga.

2. Jangan ragu mengerem diri dan anak-anak apabila sudah melampaui budget di tengah-tengah "liburan".

3. Apabila kondisi keuangan tidak memungkinkan, tidak perlu berhutang kesana-kemari atau mengandalkan kartu kredit untuk "liburan". Banyak ide "liburan" menarik yang murah meriah.

4. Siap-siap adanya perbedaan pendapat dengan anggota keluarga atau teman-teman saat "liburan". Sebaiknya sudah disepakati sejak awal beberapa hal penting seperti pilihan objek wisata yang hendak dikunjungi.

5. Apabila anda merasa sulit mentoleransi perbedaan karakter, sebaiknya ber"libur" hanya dengan teman-teman yang sudah anda kenal dengan baik. "Liburan" dapat menimbulkan "stres" dan menciptakan hubungan yang tidak baik ketika anda kesulitan beradaptasi dengan karakter teman-tman baru.

6. Kenali lingkungan yang akan anda kunjungi, misalnya sedang musim apa daerah tersebut pada saat ke sana. Dengan demikian anda dapat mempersiapkan pakaian yang tepat atau hal-hal lain yang diperlukan.

7. Jaga kesehatan selama "liburan" . Jangan menyantap makanan yang seharusnya dipantang hanya karena sedang "liburan" . Sedapat mungkin jangan mengubah jadwal makan dan tidur karena dapat mengganggu ketahanan tubuh.

8. Persiapkan diri dengan obat-obatan yang biasa dikonsumsi dan perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan.

(Sumber: Majalah Intisari. Edisi Juli 2011). 

Senin, 20 Februari 2012

"Pentingnya Do'a Saat Sakit"

"Sesungguhnya ber"do'a" saat "sakit", baik yang "sakit" itu diri sendiri maupun orang lain, sangat penting."


Dalam Surat Al-Mu'min ayat 60, dijelaskan:
'Dan Tuhanmu berfirman, 'Ber"do'a"lah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.'

"Do'a", sebagai kata yang berasal dari bahasa Arab du'a, artinya 'seruan, menyampaikan ungkapan, permintaan, permohonan pertolongan'. Sedangkan sebagai istilah adalah berpalingnya seseorang dengan tulus ikhlas kepada Allah, dan memohon pertolongan dari-Nya. Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, dengan kesadaran bahwa dirinya adalah wujud yang memiliki kebergantungan.

Penyakit adalah salah satu dari contoh tersebut, yang dengan penyakit manusia paling merasakan kebergantungan ini dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Harus disadari, penyakit adalah sebuah ujian, yang direncanakan menurut hikmah Allah, yang terjadi dengan kehendak-Nya, dan sebagai peringatan bagi manusia akan kefanaan dan ketidaksempurnaan kehidupan ini, dan juga sebagai sumber pahala di akhirat atas kesabaran dan ketaatan karenanya.

Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki iman meyakini bahwa yang menyembuhkan adalah dokter, obat, atau kemampuan teknologi mutakhir dari ilmu pengetahuan modern. Mereka tidak pernah merenung bahwa Allah-lah yang menyebabkan keseluruhan perangkat tubuh mereka untuk bekerja di saat mereka sedang sehat, atau Dia-lah yang menciptakan obat yang membantu penyembuhan dan para dokter yang menolong mereka ketika "sakit".

Banyak orang hanya kembali menghadap kepada Allah di saat mereka sadar bahwa para dokter dan obat-obatan tidak memiliki kesanggupan. Orang-orang yang berada pada keadaan tersebut memohon pertolongan hanya kepada Allah setelah menyadari bahwa hanya Dia-lah yang dapat membebaskan mereka dari kesulitan. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Yunus ayat 12:
'Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia ber"do'a" kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat). seolah-olah ia tidak pernah ber"do'a" kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.'

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 186, dijelaskan:
'Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) behwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang ber"do'a" apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'

Karena itu, separah apapun "sakit" yang anda derita, jangan sekali-kali berputus-asa akan rahmat Allah. Kewajiban kita meminta kepada Allah, Yang Maha Agung, Tuhan Pencipta singgasana yang agung, agar berkenan menyembuhkan "sakit" kita.

Sekalipun dalam keadaan sehat, atau tanpa cobaan atau kesulitan lain, seseorang wajib ber"do'a" dan bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan, kesehatan dan seluruh karunia yang telah Dia berikan.

Perlu pula diingat, "do'a" tidak semestinya hanya dilakukan untuk menghilangkan rasa "sakit", atau kesulitan-kesulitan duniawi lainnya. Orang beriman sejati haruslah senantiasa ber"do'a" kepaa Allah dan menerima apa pun yang datang dari-Nya. Kenyataan bahwa sejumlah manfaat "do'a" yang diwahyukan di dalam banyak ayat Al-Qur'an kini telah diakui kebenarannya secara ilmiah, sekali lagi bahwa hal itu mengungkapkan keajaiban yang dimiliki Al-Qur'an.

Disamping ber"do'a", seseorang yang "sakit" sepatutnya juga ke dokter,menggunakan obat-obatan yang berkhasiat, dan menjalani perawatan rumah "sakit" jika perlu, atau perawatan khusus dalam bentuk lain. Sebab, Allah mengkaitkan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada sebab-sebab tertentu. Segala sesuatu di dunia dan di alam semesta terjadi mengikuti sebab-sebab ini. Oleh karena itu, seseorang haruslah melakukan segala hal yang diperlukan dalam kerangka sebab-sebab ini, sambil berharap hasilnya dari Allah, dengan kerendahan hati, berserah diri dan bersabar, dengan menyadari bahwa Dia-lah yang menentukan hasilnya.


MusicPlaylistView Profile