Sabtu, 28 Januari 2012

"Buah Segar Untuk Masker Wajah"

"Buah" stroberi, alpukat, anggur  dan jeruk ternyata tidak hanya enak di lidah, namun juga bagus untuk kulit."

Boleh juga kita coba membuat "masker" dan lotion dari "buah"-"buah" tersebut. Jika adonan kelewat kental, campur dengan yoghurt natural. Sebelum ber"masker", wajah harus bersih dari polesan makeup.

"Buah" Stroberi.
Sapukan langsung ke wajah dua sendok makan "buah" stoberi gerus, diamkan 15 menit, lalu bilas dengan air dingin atau air mawar. Untuk toning, campur kocokan putih telur, 1 sendok makan air mawar dan gerusan "buah" stroberi. Kandungan asam saisilat (beta-hydroxy acid), silika dan vitamin B, C, E dan K dapat merontokkan sel kulit mati. Cocok untuk segala jenis kulit. Disarankan, gunakan dua kali seminggu. 

"Buah" Alpukat.
"Buah" yang kaya asam amino dan vitamin ini "masker" untuk awet muda. Anda yang berkulit kering, "masker"lah dengan daging "buah" alpukat yang masak benar, biarkan 30 menit dan cuci bersih. Untuk kulit kombinasi, tambahkan kocokan kuning telur ke adonan "buah" alpukat. Anda berusia separuh baya? Buat "masker" "buah" alpukat plus kocokan kuning telur dan sesendok makan madu asli.


"Buah" Anggur.
Jenis dan warna "buah" anggurnya terserah, asalkan segar. "Masker" "buah" anggur bagus untuk kulit yang mulai terasa kering, lelah dan bermasalah. Kalsium, magnesium, potasium, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, C dan flafonoidnya akan membantu memulihkan kesegaran kulit anda. Lumatlah "buah" anggur, buang bijinya dan langsung dibalurkan ke wajah.
 

"Buah" Jeruk.
"Masker" ini khusus untuk kulit berminyak, meski tetap efektif bagi kulit kombinasi. Vitamin A, C, B1, B2 dan B3-nya dapat menetralisir produksi minyak yang berlebih. Campur sesendok air jeruk ke kocokan putih telur, sapukan ke wajah, biarkan selama 10 menit. lalu cuci bersih. Untuk lotion, satukan sesendok teh air jeruk ke 100 ml air mawar dan tepuk-tepuk ke wajah dengan kapas. (Melly).

(Sumber: Majalah Wanita Kartini, edisi Nomor 2022. 2 s/d. 16 November 2000).

"Menghilangkan Bau Ketiak"

"Pada umumnya "bau" badan diakibatkan oleh kelenjar keringat yang terdapat pada "ketiak".


"Bau" badan pada umumnya diakibatkan oleh keringat yang dihasilkan dari dua kelenjar. Yang pertama kelenjar apocrine, terdapat di tempat-tempat tertentu, terutama di daerah perakaran rambut, seperti "ketiak", kemaluan, di dalam hidung. Kelenjar apocrine bersifat aktif setelah masa pubertas. Dan yang kedua kelenjar accrine, memproduksi keringat bening dan tidak ber"bau" yang dikeluarkan sejak bayi dan biasanya muncul di tangan, punggung, serta dahi.

Nah yang menjadikan "bau" badan berlebihan adalah kelenjar keringat yang pertama, yaitu apocrine. Pada umumnya "bau" badan diakibatkan oleh kelenjar keringat yang terdapat pada "ketiak". Sebenarnya, cairan yang dihasilkan oleh kelenjar apocrine hanya ber"bau" lemak. Namun, karena di setiap helai rambut terdapat satu apocrine dan mengandung bakteri yang berperan dalam proses pembusukan, maka timbullah "bau" badan yang tak sedap. Terkadang ada orang yang mempunyai kelenjar apocrine lebih besar, sehingga produksi keringatnya lebih besar dan pembusukan bakterinya juga lebih banyak.

Apabila anda mempunyai masalah dengan "bau ketiak", tidak perlu khawatir. Ada beberapa resep tradisional yang dapat anda lakukan untuk menghilangkan "bau ketiak".
Resep Pertama:
1. Ambil sebuah jeruk nipis, potong, lalu peras.
2. Kemudian canpurkan 1/2 sendok kapur sirih ke dalam perasan jeruk, lalu aduk sampai kental.
3. Setelah itu, oleskan ke "ketiak" anda sebelum keluar rumah, gunakan setiap hari supaya mendapat hasil maksimal.

Resep Kedua:
Rajin makan daun beluntas muda yang direbus, seperti untuk lalap. Daun ini tinggi khasiatnya untuk menghilangkan "bau" yang kurang sedap. Niscaya "bau ketiak" anda akan semakin berkurang.

Selamat mencoba..... Semoga anda berhasil.....


Referensi:
1. tipsku.info/cara-menghilangkan-bau-ketiak/
2. Majalah Wanita Kartini, edisi Nomor 2022. 2 s/d. 16 November 2000.

"Mengatasi Sulit Makan Pada Anak"

"Sulit makan" pada "anak" balita memang sering menjadi keluhan para ibu. Para ibu yang memiliki "anak" kurus karena "sulit makan" biasanya 'iri hati' melihat "anak" yang gemuk karena lahap "makan".

Sebetulnya, para ibu tidak perlu 'iri hati', karena "anak" yang kurus belum tentu kurang sehat. Demikian pula sebaliknya, "anak" gemuk bukan berarti sehat. Yang penting, para ibu sebaiknya mempunyai Kartu Menu Sehat/KMS, sehingga dapat menilai apakah "anak"nya memiliki berat badan yang cukup atau kurang.

Ke"sulit"an "makan" bisa saja dipengaruhi keturunan, tetapi faktor lingkungan memiliki pengaruh besar pula. Supaya "anak" menjadi gampang "makan", cobalah ajak "anak" mulai belajar "makan" bersama di meja "makan". Atau, bisa pula, berilah "makan" "anak" ketika "anak" sedang bermain-main dengan tetangga dekat. Dengan cara seperti ini, biasanya "anak" mau "makan" banyak.

Cobalah memberi "makan" "anak" dengan menu "makan"an yang beraneka ragam. Namun, mungkin "anak" anda sudah tidak suka "makan" 'bubur-buburan', tetapi sudah menyukai "makan"an dalam bentuk lain, seperti: sup, telur, mie, bakso dan lain-lain. Boleh saja "makan"an apapun diberikan pada "anak", asalkan bersih, termasuk "makan"an suplemen, Hanya bila "makan"an sehari-hari sudah cukup baik dari segi jumlah dan gizi, sebenarnya tidak diperlukan "makan"an suplemen.
(Sumber: Majalah Wanita Kartini, edisi Nomor 2022. 2 s/d. 16 November 2000).

"Tips Memilih Rempah"

"Rempah"-"rempah" adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat yang digunakan dalam jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau perisa dalam masakan."


Untuk membuat masakan yang lezat dibutuhkan bahan-bahan masakan yang baik termasuk bumbunya. Untuk membuat gulai dan kari yang sedap pemilihan bumbu yang terdiri dari berbagai jenis "rempah" adalah penting. Ada  beberapa jenis "rempah" yang dipakai membuat gulai dan kari, misalnya jintan dan kapulaga. Untuk jintan pilih yang bersih dan tidak hancur. Begitu juga untuk kapulaga, yang bagus berwarna coklat tua. Di samping itu ada pula berbagai "rempah" yang dapat dipakai untuk membuat masakan seperti semur dan sop, misalnya cengkeh, pala dan kayu manis. Untuk cengkeh carilah yang batangnya coklat dan keras. Begitu pula untuk kayu manis. Sedangkan untuk pala pilihlah yang bentukya utuh dan terasa berat bila dipegang.

Referensi:
1. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
2. Majalah Wanita Kartini, edisi Nomor 2022. 2 s/d. 16 November 2000.

Perawatan Kulit Leher"

"Selain wajah, "kulit leher" juga memerlukan "perawatan". Bukankah "kulit" wajah dan "kulit leher" berbeda?"

Biasanya sampai pada tahap pembersih dan penyegar dapat digunakan produk yang sama. Namun untuk "perawatan kulit leher" dibutuhkan cream/lotion yang kadar/konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan dengan cream yang digunakan untuk wajah. Memang "kulit" wajah lebih peka dibandingkan dengan "kulit leher".

Jumat, 27 Januari 2012

"WASTRA (Kain Batik) MADURA"

"Dibandingkan dengan "kain batik" dari tempat lain, "wastra Madura" mempunyai keunikan dan keistimewaan tersendiri."


"Wastra" adalah sehelai "kain" tradisional yang biasanya ditenun tangan yang mempunyai sarat makna. Sehelai "kain batik" dapat berfungsi sebagai selendang pakaian adat, salah satu bentuk mas kawin, penutup jenazah, benda wasiat dan lain-lain. "Wastra" yang akan dibahas disini adalah "kain batik" yang berasal dari "Madura".

"Kain batik" selain berfungsi untuk dipakai sehari-hari, juga mempunyai fungsi emosional yang dalam, misalnya sebagai benda pusaka tang mengingatkan seseorang kepada asalnya, siapa nenek moyangnya, sebagai benda koleksi, sebagai benda kenangan yang menyenangkan atau mungkin sebagai pemanis ruangan.

"Kain batik" yang dibuat dengan menggunakan lilin (malam, parafin) dengan bantuan canting dan pencelupan dengan zat warna berasal dari Jawa. Motif hiasnya mendapat pengaruh dari budaya Hindu, Budha dan Islam. Di Jawa dikenal "batik" Yogyakarta, "batik" Surakarta dan di luar kedua tempat tersebut dikenal sebagai "batik" pesisiran. Karena itu "batik" dari "Madura" dapat digolongkan sebagai "batik" pesisiran. "Batik" pesisiran pada umumnya berasal dari daerah pesisir Pulau Jawa motif hias serta pewarnaannya lebih banyak dipengaruhi oleh budaya mancanegara, seperti dari India, Cina dan Eropa. Motif bunga, motif binatang dan motif obyek lain yang lebih naturalistik memperkaya penampilan "batik" pesisiran.
"Batik" dari "Madura" sampai saat ini kebanyakan masih menggunakan zat warna dari alam, antara lain warna merah dari sari kulit akar mengkudu(Morinda citrifolia), warna biru dari pohon tarum atau nila (Indigofera suffruticosa) dan warna cokelat atau sogan berasal dari kulit pohon jambal (Pelthophorum pterocarpa). Ciri khas lain dari "batik Madura" ialah latar belakang yang lebih penuh tidak dibiarkan kosong. Isen latar digambarkan dengan jelas, misalnya dengan motif sisik ikan atau sisik ular (gringsing), motif garis berombak (galaran), motif swastika (banji), kipas, segitiga, persegi atau hanya nitik yaitu berupa titik-titik. Motif hias "batik Madura" selain menerapkan motif tradisional yang mempunyai arti simbolis juga mengambil obyek yang ada di sekitar perajinnya.

Motif flora fauna terutama burung merak masih sering ditampilkan. Bulu dan ekor burung ini dapat disitir yang dapat dijadikan obyek kreativitas para perajin. Pengaruh dari Cina dengan burung hong yang melambangkan panjang umur juga melanda pem"batik Madura". Pengaruh Eropa tampak pada penerapan penggambaran obyek fauna seperti motif kupu-kupu, gajah dan kuda. Di samping itu motif geometris yang diulang-ulang seperti kawung, ceplokan dan parang juga ada di "Madura". Motif Tasikmalaya berupa garis diagonal dengan pinggiran bunga.

Kalau "batik" Yogyakarta, "batik" Surakarta atau Pekalongan kepala jarik-nya ("kain" panjang) terdapat pada bagian tepi yang vertikal, pada "batik Madura" kepala jarik-nya ada di tengah "kain". Hal ini mungkin karena penggunaan "kain" untuk busana berupa "kain" sarung yang tidak harus menggunakan wiru (lipit-lipit) di tengah seperti pemakaian jarik di Jawa Tengah. Wanita "Madura" memakai "kain" untuk sarung hanya sampai sebatas betis. Hal ini karena salah satu bagian yang penting dari aksesori busana "Madura" adalah gelang kaki (binggel) yang tidak boleh tertutup oleh "kain" panjang.
Seperti pada "batik" Pekalongan, "kain batik Madura" juga sering dibuat berpola pagi/sore. Artinya satu helai "kain batik" dibagi dua menyerong. yang setiap bagian mempunyai motif yang berbeda. Satu sisi dipakai untuk busana sarung pagi hari, bagian sisi yang lain dipakai untuk sore hari. Hal demikian dimaksudkan untuk efisiensi supaya busana pagi dan busana sore hari tampak berbeda. Pada "kain" sarung juga sering diberi hiasan pinggiran sepanjang tepi "kain". Karena pengaruh dari Belanda, sering pinggiran ini dibuat seperti renda dengan liku-liku terawang.

"Batik" dari berbagai daerah di Indonesia masing-masing mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri. Diharapkan seni lukis dan seni kerajinan tradisional yang diterapkan pada sehelai "kain" akan tetap dapat berkembang walaupun tidak selalu berfungsi sebagai busana tetapi mungkin berubah jadi penunjang interior atau koleksi yang berharga. (Anur Mulhadiono).

(Sumber: Majalah Griya ASRI, edisi Nomor 247/051, Maret 2004).

"Wayang Kulit - Penuh Makna"

"Wujud "wayang kulit" sangat indah, dibuat dari "kulit" kerbau yang sudah disamak, diproses sehingga warnanya putih atau krem."


"Wayang kulit" adalah hasil karya asli nenek moyang kita yang kapan mulai diciptakannya sampai sekarang tidak dapat dilacak. Diduga teknik permainan "wayang kulit" yang dilihat hanya bayangannya saja itu telah dimulai sejak zaman prasejarah. Dengan adanya pengaruh Hindu dari India pada awal tahun Masehi, maka cerita dalam pe"wayang"an berkembang, dan wujud dari tokoh-tokoh "wayang" juga berkembang seperti yang kita temukan sekarang.

Padamulanya permainan "wayang kulit" adalah permainan yang diadakan untuk keperluan ritual kepercayaan atau agama tertentu yang sakral. Permainan itu dianggap suci, karena itu penonton hanya boleh melihat bayangannya saja. Dahulu untuk mendapatkan bayangan tersebut harus melalui sumber cahaya yang didapat dari blencong yaitu lampu tradisional dengan sumbu dari lawe (tali dijalin dari kapas) yang dibakar. Karena tiupan angin, sumbu lampu bergoyang-goyang yang mengakibatkan bayangan juga bergoyang yang dianggap menampilkan suasana magis.

Cerita "wayang" masuk ke Pulau Jawa melalui agama Hindu. Sebagai media untuk menyebarkan agama, cerita "wayang" berkembang antara lain dari cerita Mahabarata dan Ramayana. Mahabarata pada garis besarnya menceritakan dua keluarga besar yang berasal dari leluhur yang sama yaitu keluarga Pandawa yang terdiri dari tokoh Yudhistira, Bima, Arjuna, se kembar Nakula dan Sadewa dan keluarga Korawa yang jumlahnya 100 orang. Adapun keluarga Pandawa berkarakter baik sedangkan keluarga Korawa berkarakter sebaliknya. Antara dua keluarga ini selalu terjadi pertentangan dan akhirnya kemenangan ada di pihak yang baik. Demikianlah pada umumnya cerita dalam pe"wayang"an. Karena itu dunia pe"wayang"an menjadi pelajaran yang baik bagi masyarakat umum.

Cerita Ramayana mengisahkan percintaan antara Rama dan Shinta yang menggambarkan kesetiaan dan moral yang baik.

Karena cara dan pertunjukan "wayang" itu sangat menarik, maka agama Hindu cepat diterima masyarakat dan mendesak kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut penduduk sebelumnya. Untuk mengembangkan agama Islam di Jawa, para walisongo juga menggunakan "wayang" sebagai media untuk berdakwah. Kemudian berbagai bentuk "wayang" juga berkembang pesat sesuai dengan adat dan budaya daerah yang sangat bervariasi.

Permainan "wayang" dikendalikan oleh seorang dalang yang dapat mengisahkan dengan sangat menarik isi cerita "wayang", menirukan setiap tokoh yang berbeda. menggerakkan dan memainkan "wayang" dengan lincah. Setiap "wayang kulit"  ada pegangannya yang dimainkan oleh si dalang. Permainan "wayang" adalah olah seni secara total karena meliputi seni pentas, seni drama, seni tari, seni suara (karawitan), seni sastra dan seni rupa. Karena itu seorang dalang yang baik harus menguasai semuanya.

Wujud "wayang"nya sendiri, walaupun hanya permainan di balik layar, dibuat sangat indah dengan warna-warni yang menarik. Setiap tokoh yang karakternya berbeda digambarkan dengan wujud yang berbeda pula. Warna muka, bentuk hidung, rambut, pakaian masing-masing mempunyai pakem yang tidak boleh terlalu dilanggar si seniman "wayang". Misalnya tokoh Arjuna atau Kresna tidak boleh memakai kain yang coraknya kawung atau parang rusak. Dengan demikian bila melihat sebuah "wayang" kita akan mengenal siapa dia.

Selain "wayang kulit", juga ada "wayang" beber yaitu cerita "wayang" yang digambar pada selembar kertas Ponorogo yang tahan air terbuat dari "kulit" kayu yang dimasak. Pada kertas yang ukurannya sekitar 50cm panjangnya 200cm. digambarkan satu atau dua adegan cerita. Dalam bercerita sang dalang membeberkan kisahnya di depan penonton, dan setelah selesai kertas digulung.

Kemudian ada "wayang" klitik terbuat dari kayu yang ukurannya lebih kecil dari "wayang kulit"  dan bentuknya hampir tiga dimensi karena pipih. Ada pula "wayang" golek yang bentuknya seperti boneka, "wayang" wong (orang) dan lain-lain. Dengan berkembangnya kebutuhan media komunikasi dan pendidikan masyarakat, maka berkembang pula bentuk fisik "wayang", sesuai dengan budaya daerah masing-masing.

Wujud "wayang kulit"  sangat indah, dibuat dari "kulit" kerbau yang sudah disamak kemudian diproses sehingga warnanya putih atau krem. Untuk membentuk dan menghiasinya para seniman menggunakan tatah, yaitu alat seperti pisau yang tajam di ujung-ujungnya. Menggunakannya dengan melubangi atau membentuk gambar dengan ujung pisau yang ditekan dengan pukulan dari sebuah palu dari kayu. Seniman "wayang" yang trampil menghasilkan tatahan yang halus dan transparan. Pegangan utama yang mengapit "wayang" disebut cempurit sedangkan untuk tangan "wayang" disebut tudingan, dibuat dari tanduk kerbau yang bentuknya dapat diatur oleh pemanasan api.

Pada permulaan atau antara adegan yang satu ke adegan periode yang lain, dalang selalu menggunakan gunungan untuk menandainya. Gunungan berbentuk khas, lancip di bagian atas. Digambarkan simetris bagian kiri dan kanan, berisi flora dan fauna. Dipercaya sebagai sumber hidup yang menyiratkan keseimbangan. Di bagian bawah kiri dan kanan biasanya ada penjaga berupa harimau, atau gupolo dan menjulang ke puncak ada pohon hayat yang penuh sulur dan daun dengan ukuran terawang yang indah.

Demikian sekelumit tentang "wayang kulit", seni budaya peninggalan nenek moyang kita yang indah. Inti sari cerita dalam pe"wayang"an sangat luas dan sangat dalam falsafahnya yang bercerita tentang berbagai hal yang menarik dan masih relevan dengan kehidupan modern saat ini. Karena itu seni yang indah ini patut untuk dilestarikan. (Oleh Anur E.Mulhadiono).

(Sumber: Majalah Griya ASRI, edisi Nomor 247/051, Maret 2004).     


MusicPlaylistView Profile