Jumat, 09 Maret 2012

"Arwah Syuhada Dalam Tubuh Burung Hijau Di Surga"

"Arwah Syuhada" berada dalam tubuh "burung hijau" yang berada di "surga".


Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim mengeluarkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
"Tatkala rekan-rekan kalian gugur di Uhud, Allah menjadikan "arwah" mereka di dalam tubuh "burung hijau" yang mendatangi sungai-sungai di "surga", makan buah-buahnya, dan kembali ke sangkar yang (terbuat) dari emas yang bergantung di naungan Arsy".

Imam Muslim mengeluarkan dalam Sahihnya dari Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
"Arwah" para "syuhada" berada di sisi Allah di dalam tubuh "burung hijau" yang bepergian di sungai-sungai di mana ia suka, kemudian kembali ke sangkarnya di bawah Arsy".

Minggu, 04 Maret 2012

"Waktu-waktu Yang Dianjurkan Untuk Berwudhu"

"Mengingat begitu besarnya keutamaan dan rahasia yang terdapat dalam "Wudhu", maka sangat dianjurkan kepada kita untuk melaksanakan "Wudhu" pada saat-saat berikut ini:"


1. Ketika Akan Tidur.
Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat al-Bukhari dan at-Tirmidzi:
'Al-Barrak bin 'Azib ra., telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: 'Jika kalian hendak tidur, maka ber"Wudhu"lah sebagaimana ketika hendak shalat, lalu setelah itu berbaring dengan rusuk kanan sebelah bawah dan membaca do'a, yang artinya:
"Ya Allah, aku pasrahkan diriku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu. Tiada tempat bersandar dan tidak ada tempat berlindung dari (murka) Mu kecuali hanya kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan aku beriman kepada Nabi yang telah Engkau utus."

Hadits Riwayat Ibnu Hibban, menjelaskan:
'Umar ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda:
"Barang siapa yang tidur dalam keadaan suci (ber"Wudhu"), maka di seluruh badannya bersemayam malaikat. Maka tidaklah ia terbangun melainkan malaikat berkata: 'Ya Allah, karuniakanlah ampunan untuk hamba-Mu si Fulan ini, karena sesungguhnya ia tidur dalam keadaan suci (ber"Wudhu")."

Hadits Riwayat ath-Thabrani, menjelaskan:
'Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Sucikanlah jasad-jasad ini, niscaya Allah SWT. akan mensucikan kalian. Sesungguhnya tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci melainkan akan bersemayam dalam dirinya malaikat. Tidak sesaatpun ia berbalik di "waktu" malam kecuali malaikat itu mengucapkan, 'Ya Allah, karuniakanlah ampunan untuk hamba-Mu ini, karena sesungguhnya ia tidur dalam keadaan suci (ber"Wudhu")."

2. Ketika Janabah.
Hadits Riwayat Jama'ah, menjelaskan:
'Dari Aisyah ra. meriwayatkan: "Rasulullah SAW. apabila hendak tidur sedangkan beliau dalam keadaan junub, maka bliau membersihkan farajnya dan ber"Wudhu" seperti "Wudhu" akan shalat."

Hadits Riwayat Jama'ah, juga menjelaskan:
'Umar ra. pernah bertanya kepada Rasulullah SAW.: "Bolehkah salah seorang kami tidur padahal ia dalam keadaan junub?, Rasulullah SAW. menjawab: 'Boleh, apabila ia telah ber"Wudhu".

Hadits Riwayat Ahmad, menjelaskan:
Amar bin Yasir ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Tiga orang yang tidak didekati oleh Malaikat, yaitu bangkai orang kafir, laki-laki yang melumuri tubuhnya dengan wangi-wangian (sejenis kunyit), dan orang yang sedang junub kecuali ia telah ber"Wudhu" (terlebih dahulu)."

3. Ketika Hendak Mengulangi Jimak.
Hadits Riwayat Al-Jama'ah kecuali Bukhari, menjelaskan:
Abi Sa'id meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Bila salah seorang di antara kalian selesai bersetubuh dengan istrinya, kemudian bermaksud hendak mengulangi, maka ia hendaklah ber"Wudhu" (terlebih dahulu), karena demikian itu lebih dapat membangkitkan semangat baru untuk mengulanginya."

Agama sangat menyukai untuk ber"Wudhu" terlebih dahulu bagi siapa saja yang ingin mengulangi jimak, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Ahmad dan Para Penulis Kitab as-Sunan:
"Rasulullah SAW. menggilir para istrinya pada suatu malam, beliau mandi setiap selesai melakukannya. Ada yang bertanya: 'Ya Rasulullah, tidakkah cukup dengan hanya satu kali mandi saja? Jawab beliau: 'Ini adalah agar lebih suci dan lebih baik (bersih)."

4. Ketika Akan Mandi.
Disunatkanpula ber"Wudhu" sebelum mandi, baik mandi wajib ataupun mandi sunat. Disyariatkan bagi orang yang mandi wajib, supaya menunaikan semua rukun "Wudhu"  secara berurutan di antara segala anggota "Wudhu"  sejak dari niat, membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai dengan siku, menyapu kepala dan telinga, sedangkan membasuh kedua kaki dilaksanakan setelah selesai mandi.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah ra. ia berkata:
"Apabila Nabi SAW. mandi janabah beliau terlebih dahulu mencuci tangannya, lalu beliau tuangkan air dengan tangan kanan ke tangan kiri kemudian dibasuhnya farajnya, setelah itu beliau ber"Wudhu"  seperti "Wudhu"  ketika akan shalat, sesudah itu beliau ambil air lalu masukkan dengan ujung-ujung jarinya ke pangkal rambut, sehingga apabila beliau rasa sudah rata, maka beliau siram kepalanya tiga kali dengan tiga tuangan air. Sesudah itu barulah beliau menyiram seluruh tubuhnya."

5.Memperbaharui "Wudhu"  Setiap Kali Akan Shalat.
Disunnahkan bagi siapa yang belum batal "Wudhu"nya, setelah melaksanakan suatu shalat, kemudian bertahan terus sampai masuk "waktu" shalat berikutnya untuk memperbaharui "Wudhu"nya kembali. Begitu juga bagi orang yang telah ber"Wudhu" jauh sebelum "waktu" shalat masuk, disunnahkan agar ia memperbaharui "Wudhu"nya. Sebagaimana Hadits Riwayat Imam Ahmad, menjelaskan:
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW. bersabda: "Jika tidak akan memberatkan bagi umatku, tentu aku suruh mereka untuk ber"Wudhu" setiap kali akan melaksanakan shalat, dan bersiwak setiap kali ber"Wudhu".

Hadits Riwayat Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad yang dha'if:
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Siapa yang ber"Wudhu", padahal ia masih dalam keadaan suci, ditulis untuknya sepuluh kebajikan."

6. Senantiasa Dalam Keadaan Suci.
Hadits Riwayat Ibnu Majah dengan sanad yang sahih, menjelaskan:
Sauban ra. berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Istiqamahlah kamu (konsekwen dalam keimanan dan ketaatan) dan sekli-kali kamu tidak akan bisa menghitung (betapa tingginya nilai istiqamah). Dan ketahuilah, bahwa sebaik-baik amal kamu adalah shalat. Dan tidak akan ada yang sanggup memelihara "Wudhu"  kecuali seorang mukmin."

Hadits Riwayat ath-Thabrani, menjelaskan:
Rabi'ah al-Jurassyi menyampaikan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Istiqamahlah kamu, dan alangkah baiknya jika kamu beristiqamah. Peliharalah "Wudhu"  karena sesungguhnya sebaik-baik amalanmu adalah shalat. Waspadalah kamu terhadap (apa yang kamu lakukan) di bumi, karena sesungguhnya ia adalah ibumu (tempat berkumpul dan jadi kubur), dan tidak seorangpun yang melakukan suatu perbuatan di atasnya, baik atau buruk, melainkan ia memberitahu (menjadi saksi) nanti di akhirat."  

7. Ketika Berdzkir.
Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah, menjelaskan:
Al-Muhajir bin Qantaz pada suatu kali mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW., ketika itu beliau sedang ber"Wudhu", ucapan salam tersebut tidak beliau jawab hingga beliau selesai ber"Wudhu", lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya tidak ada yang menghambaku untuk menjawab salammu, melainkan aku tidak suka menyebut nama Allah jika aku tidak dalam keadaan suci."

Disunnahkan ber"Wudhu" ketika akan berdzikir, begitu juga ketika akan membaca Al-Qur'an, tidak lain hanya untuk mengkondisikan diri supaya ketika menyebutt nama Allah Yang Maha Suci seseorang itu dalam keadaan suci disamping untuk mencari keutamaan dan keridhaan-Nya.

8. Ketika Akan Memegang Al-Qur'an.
Hadits Riwayat Al-Asram dan ad-Daraqutni, menjelaskan:
Abdullah bin 'Umar ra. berkata: "Tidak boleh menyentuh Al-Qur'an kecuali orang yang suci."

Hadits Riwayat ath-Thabrani, Hakim dan Ibnu Hazm:
"Janganlah engkau menyentuh Al-Qur'an melainkan engkau dalam keadaan suci."

Allah berfirman dalam Surat Al-Waqi'ah ayat 77-80:
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam."

9. Ketika Adzan Dan Iqamah.
Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah, menjelaskan:
Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya ra. ia berkata: "Di suatu hari ketika "waktu" subuh, Rasulullah SAW. memanggil Bilal, lalu beliau berkata: 'Ya Bilal, apa yang engkau lakukan sehingga engkau mendahului aku di surga? Sesungguhnya semalam aku masuk surga, lalu aku dengar bunyi alas kakimu berada di hadapanku'. Berkata Bilal: 'Ya Rasulullah. tidaklah aku adzan melainkan aku shalat dua rakaat, dan tidak pula menimpaku suatu peristiwa melainkan aku ber"Wudhu" karenanya'. Rasulullah SAW. lalu bersabda, 'Inilah penyebabnya." 

10.Setelah Berbuat Salah.
Deanjurkan ber"Wudhu" setiap kali tergelincir kepada kesalahan, seperti ghibah, dusta, adu domba dan lain sebagainya, karena kebaikan-kebaikan itu dapat menghapus kesalahan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Imam Malik, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah ra. yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Maukah kamu aku tunjukkan kepada hal-hal yang bila dilakukan Allah menghapus dosa-dosa dan akan mengangkat derajatmu di sisi-Nya?. 'Mau ya Rasulullah', jawab para sahabat. Lalu beliau bersabda: 'Menyempurnakan "Wudhu" atas makarih (hal yang tidak disukai), demikian itu adalah ribath (kesiapsiagaan atau perjuangan), maka demikian itu adalah ribath, maka demikian itu adalah ribath."

11.Ketika Marah Sedang Bergelora.
Orang ingin mengendalikan marahnya, dianjurkan untuk berlindung kepada Allah dari syaitan dan berusaha merubah posisi. Jika sebelumnya sedang berdiri, hendaklah ia duduk, jika sebelumnya sedang duduk, hendaklah ia berbaring, dan sebaliknya, akan tetapi yang lebih baik adalah agar ia mengambil "Wudhu".

Hadits Riwayat Abu Daud, Ahmad dan Baihaqi, menjelaskan tentang hikmah "Wudhu" saat marah, yang diriwayatkan Abu Wail: "Suatu ketika kami berada bersama Urwah bin Muhammad. Lalu muncul seseorang yang berbicara dengannya, sehingga membuatnya sangat marah. Lalu Urwah bangkit dan ber"Wudhu". Kemudian ia datang lagi sambil berkata: Ayahku memberitahu kepadanya, dari kakekku, Arthiyah (seorang sahabat), ia berkata: Rasulullah SAW.bersabda: "Sesungguhnya marah itu berasal dari syaitan, dan sesungguhnya syaitan itu diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka jika salah seorang di antara kamu marah, hendaklah ia ber"Wudhu"."

12.Mengusung Jenazah.
Bagi orang yang telah mengusung atau membawa jenazah dianjurkan untuk ber"Wudhu". Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Abu Daud, bahwa Rasulullah bersabda:
"Siapa yang memandikan mayat hendaklah ia mandi, dan barang siapa yang mengusungnya hendaklah ia ber"Wudhu".

Perintah mandi ini bersifat sunnah, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda: "Tidaklah ada kemestian bagi kalian yang memandikan mayat untuk mandi. Sesungguhnya mayat di antara kalian bukanlah najis, namun cukuplah bagi kalian mencuci tangan saja."

13.Ketika Akan Membaca Buku-buku Hadits, Tafsir, Fiqih dan lain-lain.
 Ini hanyalah berupa anjuran dari para ulama, dalam rangka menghormati dan memuliakan ilmu. Dikisahkan bahwa Imam Malik sebelum mendiktekan dan memberikan pelajaran hadits beliau ber"Wudhu" terlebih dahulu, sebagai bentuk penghormatan terhadap hadits Rasulullah SAW. Bahkan Imam Bukhari, sebelum menuliskan hadits pada kitabnya, beliau shalat dua raka'at terlebih dahulu.

14.Setelah Makan Makanan Yang Sudah Dimasak.
 Hadits Riwayat Ahmad, Muslim dn an-Nasa'i, menjelaskan:
Aisyah ra. berkata, Nabi SAW bersabda: "Ber"Wudhu"lah kamu karena memakan makanan yang disentuh api (yang dimasak)."

Ibrahim bin Abdillah bin Qarith berkata: "Saya pernah lewat di hadapan Abu Hurairah yang mana ketika itu ia sedang ber"Wudhu" lantas ia bertanya: "Tahukah engkau kenapa aku ini ber"Wudhu"?. Karena aku memakan susu kering, aku pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: "Ber"Wudhu"lah kamu karena memakan makanan yang disentuh api (yang dimasak)."

Perintah ber"Wudhu" dalam hadits di atas menunjukkan kepada perintah sunnah, bukan wajib. Sebab Rasulullah SAW pernah memotong daging kambing lalu memakannya, dan setelah itu terdengar adzan yang memanggil untuk shalat dan beliaupun langsung berdiri dan melemparkan pisau, kemudian shalat sedang beliau tidak mengulangi "Wudhu" lagi.

15.Setelah Makan Daging Unta.
Hadits Riwayat Ahmad dan Muslim, menjelaskan:
 Jabir bin Samurah berkata, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW.: "Apakah kami harus ber"Wudhu" karena makan daging kambing?" Beliau menjawab: "Jika engkau suka, jika tidak, maka tidak apa-apa kamu tidak melakukannya".
Orang itu bertanya lagi: "Apakah kami harus ber"Wudhu" setelah makan daging unta? Jawab beliau: "Ya, ber"Wudhu"lah karena makan daging unta."
Orang itu bertanya lagi: "Apa boleh saya shalat di kandang kambing?" Jawab beliau: "Boleh. Dia bertanya lagi: "Apa boleh di kandang unta?". Jawab beliau: "Jangan".

16.Setelah Tertawa Terbahak-bahak.
Di dalam kitab al-Fiqh wa Adillatuhu jilid 1 dijelaskan bahwa tertawa terbahak-bahak dapat merubah raut muka, untuk itu dianjurkan ber"Wudhu".   

(Sumber: Bagaimana Berkomunikasi dengan Allah. Oleh Muhammad Hamdi, MS.)

Sabtu, 03 Maret 2012

"Pentingnya Shalat Bagi Manusia"

"Shalat" merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara "manusia" dengan Allah SWT., hubungan yang sangat dibutuhkan oleh jiwanya."


"Shalat" mempunyai kedudukan yang sangat mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain. "Shalat" bukan hanya sekedar kewajiban, yang apabila tidak dilaksanakan akan berdosa dan masuk neraka, melainkan juga merupakan kebutuhan secara ruhani maupun jasmani, individu maupun masyarakat.

"Shalat" merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara "manusia" dengan Allah SWT., hubungan yang sangat dibutuhkan oleh jiwanya. Hubungan tersebut tidak harus dibuktikan dengan terpenuhinya permohonan seseorang yang melakukan "Shalat". "Manusia" membutuhkan "Shalat" kecuali jika naluri ke"manusia"an mereka mengalami perubahan yang tidak kita ketahui atau tidak kita duga.

Allah SWT. telah mewajibkan "Shalat" terhadap kaum muslimin untuk menyampaikan pujian, karena memang Dia berhak untuk mendapatkan pujian dan terima kasih atas segala nikmat-Nya yang tidak terhingga. Sebagaimana Dia telah mewajibkan "manusia"  untuk mengingat perintah-perintah-Nya, dan supaya "manusia" dapat memohon pertolongan melalui "Shalat"  tersebut untuk meringankan beban kesulitan serta cobaan yang dialami oleh "manusia" dalam menjalani kehidupan di dunia.

"Shalat"  ibarat strum aqi, alat penghimpun tenaga listrik. Apabila aqinya baik, maka baik pula jalannya mesin. Begitu juga dengan "Shalat" , apabila "Shalat"  telah selesai dilaksanakan, maka tenaga akan pulih kembali dan akal pikiran akan menjadi lebih jernih.

Kedudukan "Shalat" , urgensi, peran dan juga fungsi "Shalat"  dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. "Shalat"  adalah tiang agama, yang agama tidak akan dapat berdiri tegak kecuali dengan "Shalat".
Hal ini sebagaimana Hadits Riwayat Tirmidzi, yang artinya:
'Pokok urusan ialah Islam, sedang tiangnya adalah "Shalat", dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.'  

2. "Shalat" merupakan ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah SWT.
 Perintah "Shalat" kepada kaum muslimin yang diwajibkan di Mekkah sekitar satu setengah tahun sebelum hijrah, bahkan merupakan satu-satunya ibadah yang diwajibkan di langit pada malam Isra' dan Mi'raj saat terjadi pembicaraan langsung dari Allah kepada Rasul-Nya tentang kewajiban "Shalat". Ini merupakan bukti tentang adanya perhatian dari Allah SWT akan pentingnya kedudukan "Shalat".

3. "Shalat" merupakan wasiat terakhir Rasulullah SAW.
Sebagaimana Hadits Riwayat Ibnu Majah, Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud dan Nasa'i, yang artinya:
Dari Anas bin Malik ra. ia berkata:
 'Mayoritas wasiat Rasulullah SAW. ketika detik-detik terakhir beliau akan wafat (bahkan sampai saat) nyawa beliau sudah di tenggorokan adalah (peliharalah) "Shalat" dan hamba sahaya yang kamu miliki.'

4. "Shalat" adalah ibadah yang pertama kali dipertanggung-jawabkan nanti di akhirat.
 Sebagaimana Hadits Riwayat Ahmad dan Para Penulis Kitab as-Sunan, yang artinya:
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAWn bersabda:
'Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal perbuatan "manusia" nanti di hari kiamat ialah "Shalat". Allah berfirman (pada hari itu) kepada para Malaikat-- sedangkan Dia (Allah) Maha Mengetahui: 'Periksalah "Shalat" hamba-Ku, apakah ia menyempurnakannya atau menguranginya?'. Maka jika "Shalat" yang dikerjakannya itu sempurna, akan ditetapkan sebagai "Shalat" yang sempurna baginya, tetapi jikalau terdapat kekurangan, Allah berfirman: 'Periksalah! Apakah hamba-Ku itu mengerjakan "Shalat" sunat?' Dan jika hamba itu memiliki ibadah sunah, maka Allah berkata: 'Cukupkanlah (sempurnakanlah) kekurangan "Shalat" fardlu hambaKu itu dengan "Shalat" sunatnya. Kemudian amal-amal itu diperhitungan berdasarkan yang demikian itu.'

Hadits Riwayat ath-Thabrani, yang artinya:
Dari Abdullah bin Qurth, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
'Yang pertama kali dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat adalah "Shalat". Maka jika baik, baiklah seluruh amalannya, sebaliknya, jika rusak, maka rusaklah semua amalannya.'

5. Meninggalkan "Shalat" dapat menjerumuskan ke dalam siksaan Allah di Akhirat.
Allah berfirman dalam Surat al-Muddatstsir, ayat 42-43:
'Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?': 'Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan "Shalat", dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.'
Saqar adalah salah satu nama tempat penyiksaan (neraka) di hari kemudian. Menurut al-Qurtubi, berdasarkan satu riwayat yang dinisbatkan kepada sahabat Nabi, Ibnu Abas, Saqar adalah lapis keenam dari tujuh lapis neraka.

6. "Shalat" sebagai kontrol terhadap moral dan mental.
Menurut Hadits Riwayat Muslim, yang artinya:
Dari Jabir ra. berkata, bersabda Rasulullah SAW:
'Perumpamaan "Shalat" lima waktu seperti sebuah sungai dekat pintu rumah seseorang, yang airnya mengalir dan melimpah, dan ia mandi di sungai itu lima kali setiap hari.'

7. "Shalat" dapat mencegah pelakunya dari berbuat perbuatan keji dan mungkar.
Firman Allah dalam Surat al-Ankabut, ayat 45:
'Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah "Shalat". Sesungguhnya "Shalat" itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah ("Shalat") adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.'

8. "Shalat" sebagai sarana untuk mohon pertolongan kepada Allah.
Firman Allah dalam Surat al-Baqarah, ayat 153:
'Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) "Shalat" , sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.' 

9. "Shalat" dapat meredam kebencian.
Firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 109-110:
'Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan dirikanlah "Shalat" dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.'

10."Shalat" dapat menghapuskan kesalahan.
Firman Allah dalam Surat Hud ayat 13-114, yang artinya:
'Dan laksanakan  "Shalat" pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuata yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.'

Hadits Riwayat Muslim, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
"Shalat" yang lima, Jum'at yang satu hingga Jum'at berikutnya dan Ramadhan yang satu hingga Ramadhan berikutnya menghapuskan kesalahan yang terdapat diantaranya, jika menjauhi dosa-dosa besar.'

Penghapusan dosa-dosa adalah merupakan balasan yang besar dan rahmat yang luas dari Allah, sebagai penutup dari kekurangan, kelemahan dan keterbatasan. Tetapi dosa-dosa yang dapat dihapus oleh Allah melalui "Shalat" adalah dosa-dosa kecil, yang kita sulit terhindar darinya dan hampir setiap saat dilakukan. Sedangkan dosa-dosa besar hanyalah dapat dihapus dengan jalan bertaubat, mohon ampun kepada Allah dengan segenap penyesalan, dan bertekad tidak akan mngulanginya lagi.

11.Dengan "Shalat" dapat memperoleh rahmat.
Dalam firman Allah SWT dalam Surat an-Nur ayat 56:
'Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kemada rasul, supaya kamu diberi rahmat.'

Curahan rahmat Allah di dunia berupa terhindar dari kerusakan, penyimpangan, ketakutan, kekhawatiran, kesesatan dan lain sebagainya akan senantiasa tercurah kepada hamba-hamba yang selalu menjalin hubungan dengan-Nya, meluruskan hati dengan mendirikan "Shalat", menguasai sifat bakhil dan kikir, mensucikan jiwa dan jama'ah dengan menunaikan zakat, mentaati Rasulullah dan ridha dengan keputusan hukumnya. Dan di akhirat nanti akan terbebas dari kemurkaan, azab, dan penyiksaan.

12.Dengan "Shalat" dapat memperoleh keberuntungan.
Allah berfirman dalam Surat al-Mukminun ayat 1-2, yang artinya:
'Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam "Shalat"nya.'

Ayat di atas menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin yang mantap imannya dan mereka membuktikan kebenarannya melalui amal-amal saleh, seperti "Shalat" yang khusyu', berpaling dari perbuatan sia-sia, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, memelihara segala amanah dan janji, senantiasa memelihara dan menjaga "Shalat" pasti memperoleh keberuntungan.

13. "Shalat" merupakan perniagaan yang laba dan keuntungannya tidak ada tandingannya.
Motivasi "manusia" beribadah kepada Allah sangatlah beragam, ada yang melakukannya sebagai perlakuan hamba sahaya kepada tuannya, dia melakukan aktivitas karena takut menerima hukuman, ada juga seperti pelaku bisnis yang selalu memperhitungkan untung dan rugi, dan ada lagi yang terdorong oleh cinta, bagaikan cinta ibu kepada anak-anaknya, atau bagaikan seorang pecinta kepada kekasihnya.

Ayat di bawah ini seakan-akan tertuju kepada para pelaku bisnis yang selalu mempertimbangkan untung dan rugi dalam setiap usaha yang dilakukan. Untuk mereka yang tidak ingin melakukan aktivitas kecuali bila memperoleh keuntungan, Al-Qur'an juga merespon mereka dengan menawarkan satu perniagaan yang tidak mengenal kerugian, penipuan, dan kecurangan lainnya, yaitu firman Allah dalam Surat Fathir ayat 29-30, yang artinya:
'Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan "Shalat" dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.'

14."Shalat" dapat membebaskan diri dari keluh kesah.
Allah berfirman dalam Surat al-Ma'arij ayat 19-23, yang artinya:
'Sesungguhnya "manusia" diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan "Shalat", yang mereka itu tetap mengerjakan "Shalat"nya.'

Ada tiga sifat "manusia" yang digambarkan oleh ayat di atas:
a. Cepat gelisah.
b. Keluh kesah ketika ditimpa suatu musibah.
c. Sangat kikir apabila mendapat nikmat.

"Shalat"   yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan senantiasa memelihara dan menjaganya adalah "Shalat" yang tidak pernah terputus dengan meninggalkannya karena sembrono atau malas. Dengan senantiasa melaksanakan ini, berarti ia terus menerus berhubungan kepada Allah tanpa pernah terputus. Rasulullah SAW. selalu melakukan suatu ibadah dengan mantap, yakni konsisten dan berkelanjutan. Sebagaimana Hadits Riwayat Muslim, yang artinya:
'Amalan yang paling disenangi Allah ialah yang dilakukan secara berkesinambungan meskipun sedikit.'

"Shalat"   yang dilaksanakan seperti ini akan mendatangkan buah dan hasil yang tiada ternilai dalam kehidupan, terutama bila dilakukan secara rutin dan berjamaah, diantaranya adalah:
a. Dapat meredam kegelisahan, duka-nestapa dan keluh kesah.
b. Dapat melunturkan sifat tamak dan serakah yang bersarang pada diri.
c. Dapat meluluhkan sifat egois yang mengakibatkan tidak peduli kepada orang lain.

15."Shalat" Mendidik "Manusia" Untuk Berdisiplin dan Mematuhi Peraturan.
Allah berfirman dalam Surat an-Nisa' ayat 103, yang artinya:
'Jika kalian telah melaksanakan "Shalat" maka ingatlah Allah dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun tidur. Jika kamu telah tenang maka laksanakanlah "Shalat" , sesungguhnya "Shalat"  itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.'

"Shalat"  adalah kewajiban atas setiap muslim yang telah ditentukan waktunya, yakni Subuh, Dzuhur, 'Ashar, Maghrib dan 'Isya. Masing-masingnya telah ditetapkan oleh Allah kepada Rasul-Nya melalui malaikat Jibril, sekembalinya dari perjalanan Isra' dn Mi'raj.

Adanya waktu-waktu untuk "Shalat" dan aneka ibadah yang ditetapkan Islam mengharuskan adanya pembagian teknis menyangkut masa (dari milenium sampai ke detik). Ini pada gilirannya mengajar ummat agar memiliki rencana jangka pendek dan panjang, serta menyelesaikan setiap rencana pada waktunya.

Disamping kaum muslimin diperintah menunaikan "Shalat"  pada waktu yang telah ditentukan, maka tata cara, tata laksana, dan tata krama harus juga sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. sebagaimana sabda Rasulullah yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari:
"Shalat"lah kamu sebagaimana kamu melihatku "Shalat".

Hadits di atas menekankan betapa pentingnya nilai disiplin kepada tata cara, tata laksana dan perincian-perincian "Shalat"  yang sudah dituntunkan oleh Rasulullah. Apalagi jika "Shalat"  itu didirikan dalam jamaah. Di mana dalam "Shalat"  jamaah ini mutlak diperlakukan disiplin dan kepatuhan kepada imam yang mengimami para makmum. Demikian disiplin yang ditekankan dalam "Shalat" , terutama dalam "Shalat"  berjamaah, sehingga oleh ulama-ulama fiqih ditandaskan, bahwa orang-orang yang mendahului imam "Shalat"nya batal, atau paling tidak pahala jamaahnya hilang.  

(Sumber: Bagaimana Berkomunikasi dengan Allah. Oleh Muhammad Hamdi, MS.)


"Manfaat/Khasiat Kulit Mangga"

"Kulit mangga" yang biasanya kita buang begitu saja, ternyata ber"khasiat"/"manfaat" untuk mengatasi pendarahan yang berlebihan pada saat haid."


Apabila anda membeli "mangga", disamping rasanya yang segar dan banyak mengandung gizi tinggi, berarti anda dengan tidak sengaja sudah memiliki keuntungan ganda, yakni buah dan "kulit"nya.

Apabila kebetulan anda sedang datang bulan (haid/menstruasi), maka tepat sekali membeli "mangga", "kulit"nya jangan dibuang, karena "khasiat"nya sangat besar sekali.

"Kulit mangga" yang digoreng merupakan obat yang mujarab untuk pendarahan yang berlebihan selama haid. Ambillah "kulit mangga" yang masih hijau warnanya. goreng dengan minyak yang sudah panas. Setelah masak makanlah, ulangi sampai pendarahan itu berkurang. Niscaya penderitaan itu akan hilang. Anda akan sehat kembali. Selamat mencoba. Semoga anda berhasil.............

"Rumput Teki Sebagai Obat Desentri"

"Siapa sangka bahwa "rumput teki" yang hidup liar itu mempunyai khasiat sebagai "obat desentri"?


Siapa saja dapat mudah terserang "desentri". Apalagi jika sering makan makanan yang kurang bersih. Misalnya makanan yang tidak tertutupi rapat, sehingga dimasuki lalat.

Maka dari itu jagalah kebersihan selalu, terutama makanan anda. Supaya tidak terserang "desentri". Namun apabila anda sudah menjaganya dan tetap terserang "desentri", maka anda tidak perlu khawatir. Berikut ini ada resep kuno yang manjur untuk meng"obat"i "desentri".

Carilah lima buah "rumput teki". Cucilah "rumput teki" tersebut sampai bersih dan keringkan. Setelah kering ditumbuk sampai lembut/halus. Tepung dari "rumput teki" tersebut diseduh dengan air panas. Air seduhan ini lalu diminum pada waktu pagi dan malam hari. Insya'Allah.... "Desentri" anda akan hilang. Selamat mencoba.......

"Cara Melenyapkan Panas Dalam"

"Panas dalam" adalah "panas" dimana tubuh seakan-akan tidak dapay bertahan dari suhu "panas" tubuh bagian "dalam" sehingga kulit menjadi kering dan seluruh kelenjar tubuh seperti tidak berfungsi lagi."


Bibir retak-retak pecah, mata agak merah, "panas" kering dan sengau "panas" agak memburu. Gejala-gejala seperti ini yang disebut "panas dalam". Biasanya terjadi pada diri anak-anak, maka untuk melenyapkan "panas dalam" tersebut, dapat anda pergunakan rebusan daun randu.

Ambillah daun randu secukupnya, cuci yang bersih kemudian masukkan ke "dalam" panci, isi air secukupnya dan rebuslah sampai mendidih selama 10 menit. Airnya disaring dan diberikan kepada yang "panas dalam", sehari tiga kali. Lakukan selama tiga hari, niscaya "panas dalam" itu akan lenyap.

Apabila mau, dapat dicampur dengan akar alang-alang, direbus menjadi satu. Ini akan bermanfaat besar sekali melenyapkan "panas dalam". Akar alang-alang dan daun randu direbus menjadi satu dan air rebusan itu diminum. Dalam satu hari "panas dalam" itu akan lenyap, tidak jarang didahului dengan pecah "panas"nya dan yang menderita "panas dalam" itu akan buang air mencret, "panas"nya turun dan selanjutnya buang airnya akan biasa, karena itu tidak perlu kaget apabila anak yang "panas dalam" setelah minum rebusan air itu menjadi mencret karena pecah "panas"nya. 

Jumat, 02 Maret 2012

"Irama Jantung Normal"

"Irama" "Jantung" "Normal" adalah 60-100 kali per menit".


Gangguan "irama" "jantung" adalah "irama" yang tidak beraturan atau "irama" "jantung" bukan dari sumber utama (sinus node) yang terletak di kanan atas serambi kanan atas "jantung".

Gangguan "irama" "jantung" dapat berupa:
1. Tidak beraturan.
2. Lebih cepat (>100 kali).
3. Lebih lambat (<100 kali).

(Sumber: Menaklukkan Pembunuh No. 1, Oleh Dr. A. Fauzi Yahya, Sp.J.P.(K), FIHA.


MusicPlaylistView Profile