"Orang "teraniaya" atau orang yang di"dzalimi" yaitu orang yang
diperlakukan secara tidak benar oleh orang lain".
"Dzalim" secara bahasa mengandung pengertian "aniaya"/celaka" . "Dzalim" secara istilah mengandung pengertian
"berbuat "aniaya"/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan
cara-cara bathil yang keluar dari jalur syariat Agama Islam". Disisi lain "Dzalim" bisa berarti "menempatkan sesuatu tidak sesuai dengan tempatnya".
"Dzalim" merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat "Dzalim" akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Asy-Syura : 42
"Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat "Dzalim" kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih".
"Dzalim" merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat "Dzalim" akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Asy-Syura : 42
"Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat "Dzalim" kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih".
Orang-orang ini tidak
mendapatkan hak yang wajib diterimanya. Misalnya, seseorang menagih
uangnya kepada orang lain, tetapi yang ditagih ternyata mengingkari
hutangnya. Penagih semacam ini termasuk dalam kategori orang yang "teraniaya". Seorang buruh menuntut gaji kepada majikannya. Oleh majikannya
gaji tersebut tidak dibayarkan atau dibayar kurang dari seharusnya dia
terima. Buruh semacam ini termasuk orang-orang yang "teraniaya".
Contoh
lain ialah seseorang dituduh melakukan suatu kejahatan, padahal yang
bersangkutan sama sekali tidak melakukannya. Ia lalu dijatuhi hukuman.
Seorang istri tidak diberi uang belanja oleh suaminya, bahkan disuruh
mencari nafkah sendiri. Orang-orang ini termasuk golongan yang "teraniaya".
Bilamana orang yang yang "teraniaya" memohon
kepada Allah agar membinasakan peng"aniaya"nya, maka "do’a"nya dijanjikan
oleh Allah akan dikabulkan. Karena itu, kita wajib takut kepada
orang-orang yang "teraniaya" oleh perbuatan kita. Sebab walaupun mereka
tidak mampu membalas kejahatan kita secara langsung, namun "do’a" mereka
akan menjadi senjata yang ampuh untuk menghancurkan kita melalui adzab
dan siksa yang diturunkan oleh Allah.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Tiga "do’a" yang dikabulkan, yaitu "do’a" orang yang berpuasa, "do’a" orang yang bepergian, dan "do’a" orang yang "teraniaya". (HR. Uqaili, dari Abu Hurairah)
”Ada tiga "do'a"
yang tak akan ditolak oleh Allah SWT, yakni "do'a" orang tua kepada
anaknya, "do'a" orang yang "teraniaya", dan "do'a" seorang musafir.” (HR. Abu
Hurairah)
“Artinya
: Takutlah kepada "do'a" orang-orang yang "teraniaya", sebab tidak ada
hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)”.(Shahih Muslim, kitab
Iman 1/37-38)
Orang-orang yang "teraniaya" tidak perlu berputus asa menghadapi
keperkasaan dan kekuatan peng"aniaya"nya. Mereka dijanjikan oleh Allah
untuk mendapat pembelaan, perlindungan, dan pertolongan guna melawan
peng"aniaya" itu. Cara memperoleh jaminan tersebut adalah dengan selalu
ber"do’a" kepada Allah agar para peng"aniaya" itu mendapat adzab dan siksa
dari Allah sehingga mereka tidak merajalela berbuat ke"dzalim"an di tengah
masyarakat. Karena itu, mereka seharusnya tidak meremehkan senjata "do’a"
sebagai saran melawan ke"dzalim"an orang-orang yang berbuat "dzalim", karena
permohonan mereka dikabulkan oleh Allah. Sebaliknya, orang-orang yang
suka meng"aniaya" seharusnya takut dan berhati-hati menghadapi orang-orang
yang "teraniaya", karena orang-orang yang "teraniaya" itu pasti dibela dan
dilindungi oleh Allah. Permohonan apa saja untuk peng"aniaya"nya akan
dikabulkan oleh Allah.
Allah SWT telah mengingatka dalam Al Qur'an bahwa setiap perbuatan
yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana
firman-Nya dalam Al-Qur'an, Surat Al Zaljalah : 7-8
"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula".
Juz 6 Surah An-Nisa' ayat 148 yang berbunyi:
artinya: "Allah tidak menyukai perbuatan buruk yang diucapkan secara terus terang, kecuali oleh orang yang di"dzalimi". Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui."
Ayat ini “melegalkan” perkataan buruk atau sumpah serapah yang dilakukan oleh orang orang yang "teraniaya" atau "terdzalimi", dan itu semua dikategorikan kedalam “do'a”. "Do'a" orang orang yang"terdzalimi" adalah mujarab alias “tokcer” langsung didengar dan dikabulkan oleh-Nya, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits, yang berbunyi:
“Hati-hatilah terhadap "do'a" orang yang "terdzalimi", karena tidak ada suatu penghalang pun antara "do'a" tersebut dan Allah.” (HR Bukhari).
Di tangan mereka, "do'a" lebih tajam dari pedang dan lebih hebat dari pasukan bersenjata. Maka, hati-hatilah terhadap "do'a" orang "terdzalimi"! Karena jika sudah keluar dari mulut, ia akan berjalan menuju langit. Segera melampaui cakrawala, menembus angkasa, dan diijabahi Sang Maha kuasa.
Tetapi dalam kelanjutan ayat tersebut diatas, selanjutnya Allah menjelaskan:
Artinya: Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya dan memaafkan sesuatu kesalahan orang lain, Maka sungguh Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa.
Agama Islam secara tegas dan jelas mengharamkan kepada umatnya untuk melakukan perbuatan "dzalim" dimanapun dan dengan siapapun. Sebagai bentuk nasihat dan muhasabah diri agar sering-sering mengintrospeksi diri setiap saat dan setiap waktu.
"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula".
Juz 6 Surah An-Nisa' ayat 148 yang berbunyi:
لا یحب الله الجهر باالسوء من القول الا من ظلم وکان الله سمیعا علیما
artinya: "Allah tidak menyukai perbuatan buruk yang diucapkan secara terus terang, kecuali oleh orang yang di"dzalimi". Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui."
Ayat ini “melegalkan” perkataan buruk atau sumpah serapah yang dilakukan oleh orang orang yang "teraniaya" atau "terdzalimi", dan itu semua dikategorikan kedalam “do'a”. "Do'a" orang orang yang"terdzalimi" adalah mujarab alias “tokcer” langsung didengar dan dikabulkan oleh-Nya, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits, yang berbunyi:
“Hati-hatilah terhadap "do'a" orang yang "terdzalimi", karena tidak ada suatu penghalang pun antara "do'a" tersebut dan Allah.” (HR Bukhari).
Di tangan mereka, "do'a" lebih tajam dari pedang dan lebih hebat dari pasukan bersenjata. Maka, hati-hatilah terhadap "do'a" orang "terdzalimi"! Karena jika sudah keluar dari mulut, ia akan berjalan menuju langit. Segera melampaui cakrawala, menembus angkasa, dan diijabahi Sang Maha kuasa.
Tetapi dalam kelanjutan ayat tersebut diatas, selanjutnya Allah menjelaskan:
ان تبدو خیرا او تخفوه او تعفو عن سوء فان الله عفو قدیرا.
Artinya: Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya dan memaafkan sesuatu kesalahan orang lain, Maka sungguh Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa.
Agama Islam secara tegas dan jelas mengharamkan kepada umatnya untuk melakukan perbuatan "dzalim" dimanapun dan dengan siapapun. Sebagai bentuk nasihat dan muhasabah diri agar sering-sering mengintrospeksi diri setiap saat dan setiap waktu.
Sumber:
1. https://id-id.facebook.com/.../doa-orang-teraniaya.../2...
2. https://id-id.facebook.com/...doa-orang...teraniaya/10...
5. laely.widjajati.facebook/Ad-a-description....
7. laely.widjajati.facebook/Suatu Pagi di #TelagaSarangan......
0 komentar:
Posting Komentar