Sabtu, 26 Oktober 2013

"CARA TUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA PADA ANAK"

"Menjadi pe"wirausaha" dianggap sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai masalah di dunia kerja". 



Bahkan, Mary Mazzio, pembuat film sekaligus seorang pengusaha di Amerika, mengatakan bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk menjadi "wirausaha". "Namun Anda harus bertanya bagaimana cara menciptakan nilai lebih pada produk, dan mengetahui cara bisnis yang lebih baik," ungkap Mazzio.

Untuk menambah ilmunya tentang "wirausaha", Mazzio banyak mewawancarai para pengusaha sukses seperti Richard Branson, pemilik Virgin Group, dan Arthur Blank, co-founder The Home Depot. Dalam wawancaranya, satu hal yang paling diingat oleh Mazzio adalah sifat ke"wirausaha"an ini bisa diajarkan pada "anak"-"anak", agar mereka memiliki jiwa "jiwa wirausaha" sejak kecil. 

Menurut Psikolog "Anak", Rina Mutaqinah Taufik, pendidikan "wirausaha" untuk anak sejak dini ini sangat baik. Namun sebelumnya, si anak harus dibekali tentang nilai tanggung jawab, cara mengelola uang secara sederhana, dan mengelola waktu untuk belajar dan ber"wirausaha".

Misalnya, mengajarkan
"anak" tanggung jawab ketika buang air kecil ke toilet, dan mengelola uang jajan yang diberikan—sebagian untuk jajan makanan yang sehat, sebagian untuk menabung, dan sebagian lagi untuk sedekah.

Latihan seperti ini sudah bisa dilakukan sejak
"anak" berusia dua tahun. Karena, sejak kecil pun "anak" sudah mampu berkomunikasi. “Jangan anggap "anak" tidak mengerti apa-apa dengan mengatakan, ‘Ah, masih "anak" kecil,’” ujarnya.

Sementara itu, menurut Zainun Mu’tadin, M.Psi, Dosen Psikologi UPI YAI, orangtua harus menanyakan
"anak"nya hal-hal yang memancing kreativitas. Misalnya, jangan bertanya 5 x 5 berapa. Tapi, tanyalah berapa kali berapa saja sama dengan 25. "Anak" akan dilatih untuk memiliki beberapa alternatif jawaban dan solusi. Dengan alternatif tersebut, "anak" mampu mengambil keputusan yang tepat dari berbagai pilihan yang ada.

Tentu saja "jiwa wirausaha" pada diri
"anak" tidak serta-merta ada, tapi memerlukan latihan bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas keseharian "anak". Misalnya, membereskan mainan selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur, dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan latihan untuk berdisiplin, bertanggung jawab, dan awal pengajaran tentang kepemilikan.

Latihan selanjutnya, mengajarkan
"anak" untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah, dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan.

Tahap selanjutnya, si
"anak" mulai diajarkan berbisnis kecil-kecilan. Misalnya, menjual makanan ringan ke teman-teman sekolahnya. Dengan syarat, orangtua harus benar-benar melihat kemampuan si "anak", agar tidak membebani ketika belajar di sekolah. “Kalau kita tahu "anak" bermasalah dalam konsentrasi belajar, sebaiknya jangan dulu diizinkan,” tegas Zainun.

Dengan demikian,
"anak" akan memiliki keahlian mendasar untuk menjadi seorang pengusaha. Ia akan belajar mengetahui modal awal, harga jual, dan laba dari penjualan. Secara mental, akan merangsang kreativitas "anak" dan membentuk kesadaran bahwa mencari uang itu tidak mudah. Dan secara tidak langsung, ia juga belajar matematika, marketing, komunikasi, dan lain sebagainya.

Untuk menanamkan "jiwa wirausaha" pada "anak"-"anak", ini yang harus Anda lakukan:

1. Tumbuhkan rasa percaya diri
"Anak" saya sangat pemalu ketika masih kecil, dan ia akan mengarang berbagai alasan untuk menolak permintaan saya untuk mulai ber
"wirausaha", ungkap Mazzio. Sebaiknya didik "anak" untuk lebih percaya diri dan menghilangkan rasa malu dalam dirinya. Berhenti berpikir tentang rasa malu terhadap orang lain, dan berhentilah untuk hanya berpikir tentang diri sendiri. Ajak "anak" untuk mulai berani berinteraksi dengan orang lain, dan tampil lebih percaya diri akan kemampuan mereka.

2. Membuat kamar inspirasi
Dimana para pengusaha mendapatkan inspirasi dan ide-ide terbaik mereka? Menurut Mazzio, sebagian besar ide terbaik para pengusaha dihasilkan dari sebuah ruang untuk berpikir kreatif. Buatlah sebuah ruang bermain yang penuh dengan berbagai hal yang bisa meningkatkan kreativitas "anak".

"Jika
"anak"-"anak" merasa bosan, hindari untuk membeli mainan untuk mereka. Ajari mereka untuk memikirkan cara menghibur diri mereka sendiri," sarannya. Proses ini bertujuan untuk mengajarkan "anak"-"anak" memecahkan masalah mereka, lebih kreatif, dan punya inisiatif yang tinggi. Inilah salah satu modal seorang pengusaha yang sukses.

3. Tingkatkan produktivitas
Ketika bekerja atau ber
"wirausaha", uang memang merupakan imbalan yang akan didapatkan sebagai hasil dari produktivitas dan kreativitas mereka. Namun, biasakan untuk mengajarkan pada "anak"-"anak" bahwa uang tidak selalu bisa menjamin kebahagiaan mereka. Beri pengertian pada "anak", bahwa sebenarnya proses produktiflah yang terpenting dalam pekerjaan. Karena proses produktif akan memberi mereka rasa kebebasan dan kemerdekaan. "Pacu mereka untuk giat belajar matematika dan keterampilan menulis, karena dua pelajaran ini bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari, dan bisa digunakan untuk memenangkan rencana bisnis untuk investor," tukasnya.

4. Jangan remehkan kegagalan
Mazzio mengungkapkan bahwa nilai ke
"wirausaha"an bukan hanya dibutuhkan untuk menciptakan bisnis yang sukses. Ke"wirausaha"an juga merupakan cara hidup dan cara berpikir seseorang. Ketika yang tertanam pada diri kita adalah "wirausaha" merupakan cara untuk mendapat kesuksesan dan menghasilkan uang yang banyak, jangan heran bila kita mengalami kegagalan.
"Banyak orang yang meremehkan kegagalan, dan kadang bicara dalam konteks menghina. Padahal dari kegagalan kita bisa belajar. Pengusaha yang besar adalah orang yang bisa bangun dan menarik diri kembali setelah gagal," tukasnya. Belajar dari kegagalan bisa memperluas karakter Anda, dan membuat Anda berpikir lebih kreatif tentang bagaimana mencapai berbagai hal yang sulit dicapai. Ajarkan "anak"-"anak" untuk siap menghadapi berbagai kegagalan yang mungkin terjadi, dan ajarkan mereka untuk lebih berani menghadapi berbagai risiko.


Sebenarnya "anak"-"anak" sudah menunjukkan bakatnya–dan kita harus mulai awas mencarinya. Kita harus membesarkan "anak"-"anak" menjadi pe"wirausaha", ketimbang pengacara (Ini tentu kiasan umum Sistem Pendidikan yang dikotomis, Red.). Namun sayangnya Sistem Sekolah (Pendidikan) membesarkan dunia ini dengan bilang: “Hei, ayo jadi pengacara atau ayo jadi dokter.” Dan kita kehilangan peluang itu karena tidak ada yang bilang: “Hei, ayo jadi "wirausaha"wan.”

Peran serta universitas dalam menciptakan transformasi perekonomian Indonesia adalah mendidik sumber daya manusia penerus agar memiliki pengetahuan dan kemampuan nalar yang memadai, mempromosikan ke"wirausaha"an kepada "anak" didik, serta menyediakan forum dan media yang diarahkan untuk mendorong penguatan jiwa ke"wirausaha"an. Semoga apa yang disampaikan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam dunia usaha dan menjadi inspirasi dalam meraih kehidupan yang lebih baik.

Sumber:
1. female.kompas.com/.../4.Cara.Tumbuhkan.Jiwa.Wirausaha.pada.Anak
2. komunitasduakaki.blogspot.com/.../mendidik-jiwa-wirausaha-anak-sejak...
3. remahhikmah.wordpress.com/.../apa-kata-cameron-bag-1-ayo-bangkitka...
4. www.unand.ac.id/.../1435-chairul-tanjung-si-anak-singkong-tularkan-jiw...
5. laely.widjajati.photos.facebook/jagoanku....
6. laely.widjajati.photos.facebook/jagoanku-di-sawah....
7. laely.widjajati.photos.facebook/He-he-he......Senyumnya-manaaaaaa.......

"KEUTAMAAN MEMPUNYAI ANAK PEREMPUAN (WANITA) MENURUT ISLAM"

"Anak" adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada setiap pasangan suami isteri". 



Keberadaan mereka di tengah-tengah kehidupan rumah tangga sangat didambakan. Rumah terasa sepi jika tidak ada "anak" yang bisa diajak bercanda dan bermain. Uang yang dicari dengan susah payah terasa tidak ada artinya. 

Kehadiran "anak" dalam rumah tangga muslim merupakan nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Namun, sebagian orang ada yang lebih mendambakan kehadiran "anak" laki-laki dari pada "anak perempuan"
 
"Anak" laki-laki dianggap lebih mulia dari pada "anak perempuan". Mereka bangga dan bergembira tatakala dikaruniai "anak" laki-laki. Sebaliknya, bagi sebagian orang kehadiran "anak perempuan" merupakan aib dan dianggap bencana. Mereka sedih dan kecewa jika dikaruniai "anak perempuan". Padahal kehadiran "anak perempuan" juga termasuk nikmat dari Allah. Bahkan "Islam" secara khusus menjelaskan tentang "Keutamaan anak perempuan" dan ganjaran bagi orangtua yang memelihara dan mendidik "anak"-"anak perempuan" mereka.

Al Imam Muslim rahimahullah membuat sebuah bab dalam kitab shahihnya dengan judul (باب فَضْلِ الإِحْسَانِ إِلَى الْبَنَاتِ) Keutamaan" Berbuat Baik kepada "Anak"-"anak perempuan". Beliau membawakan tiga hadits sebagai berikut :
Pertama. Hadits dari  ‘Aisyah ra., beliau berkata, 

جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ »

Ada seorang "wanita" yang datang menemuiku dengan membawa dua "anak perempuan"nya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali satu buah kurma. Lalu aku berikan sebuah kurma tersebut untuknya. "Wanita" itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua "anak"nya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian "wanita" itu bangkit dan keluar bersama "anak"nya. Setelah itu Nabi SAW. datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi SAW. bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan "anak"-"anak perempuan", kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka "anak"-"anak perempuan" tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka” (H.R Muslim 2629)

Kedua. Diriwayatkan juga dari ‘Aisyah ra., beliau berkata,

جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ »

Seorang "wanita" miskin datang kepadaku dengan membawa dua "anak perempuan"nya, lalu  aku memberinya tiga buah kurma. Kemudian dia memberi untuk "anak"nya masing-masing satu buah kurma, dan satu kurma hendak dia masukkan ke mulutnya untuk dimakan sendiri. Namun kedua "anak"nya meminta kurma tersebut. Maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dia makan untuk diberikan kepada kedua "anak"nya. Peristiwa itu membuatku takjub sehingga aku ceritakan perbuatan "wanita" tadi kepada Rasulullah SAW. Maka Nabi SAW. bersabda, : Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka” (H.R Muslim 2630)

Ketiga. Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik ra., dia berkata  bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

“Barangsiapa yang mengayomi dua "anak perempuan" hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)

Masih banyak lagi hadist yang meriwayatkan "keutamaan" mempunyai "anak perempuan", diantaranya sebagai berikut: 

1. Hadist Abu Said al-Khudri r.a. Rasulullah SAW. bersabda "Barangsiapa diantara kalian mempunyai tiga orang "anak" gadis atau tiga orang saudari "perempuan" kemudian berbuat baik kepada mereka, niscaya akan masuk surga" (H.R. Tirmidzi, beliau meragukan sanadnya karena ada rawi lain yang dimasukkan).

2. Dari Uqbah bin Amir r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa diantara kalian mempunyai tiga orang "anak" gadis lalu ia sabar merawatnya, memberi makan, memberi minum dan pakaian dari jerih payahnya, maka mereka akan menjadi pelindung dari api di hari kiamat" (H.R. Abnu Majah). 

3. Dari Abu Harairah r.a. Rasulullah SAW. bersabda ""Barangsiapa diantara kalian mempunyai tiga orang "anak" gadis lalu ia sabar merawatnya dalam keadaan susah dan senang, maka Allah akan memasukkan dia surga berkat kasih sayang orang itu kepada ketiganya", lalu seseorang bertanya:"Bagaimana dengan dua wahai Rasulullah?", beliau menjawab "Demikian juga dengan dua", lalu orang itu bertanya lagi: "Bagaimana dengan satu wahai Rasulullah?" beliau menjawab "Demikian juga dengan satu" (H.R. Ahmad).

4. Dari Anas bin Malik r.a., "Barangsiapa diantara kalian merawat dan mendidik mempunyai dua atau tiga "anak perempuan", saudari "perempuan" hingga mereka meninggal dunia atau dia meninggal dunia, maka aku dan dia (orang tersebut) seperti dua jari ini", beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah" (H.R. Ahmad).

5. Hadist Abu Said al-Khudri r.a. Rasulullah SAW. bersabda "Barangsiapa diantara kalian merawat dan mendidik dua atau tiga orang"anak perempuan"  lalu menikahkannya dan berbuat baik kepada mereka, niscaya akan masuk surga" (H.R. ABu Dawud).

Jadi menurut pandangan "Islam", "anak perempuan" mempunyai kedudukan yang penting dalam kehidupan orang tuanya kelak di akhirat, tanpa mengecilkan arti seorang anak laki-laki. Sebagaimana yang diungkapkan dalam Hadist-hadits di atas. Maha Besar Allah yang memberikan derajat yang tinggi bagi para muslimah. Mungkin ini merupakan “hadiah” bagi kita para orang tua yang mempunyai "anak perempuan", karena Allah tahu bahwa tantangan dan cobaan membesarkan dan mendidik "anak perempuan" itu lebih berat dibandingkan dengan "anak" laki-laki. "Anak perempuan" yang dididik dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Ajaran "Islam", akan tumbuh menjadi serang "wanita" yang berakhlak mulia dan shalihah, yang kemudian juga akan menghasilkan generasi2 mulia. Aamiin YRA.....
 
Sumber:
1. www.pesantrenvirtual.com/index.php?...keutamaan...a...
2. muslim.or.id/.../ganjaran-memelihara-dan-mendidik-a...
3. inspiring-renianggraini.blogspot.com/.../keutamaan-an...
4. yeni.muly.yana.photos.facebook/keutamaan-anak-perempuan.....
5. muji.kusrini.photos.facebook/mekarsari.....
6. ida.amy.photos.facebook/Buah-n-sayur-menu-malam-nanti..

"SELAMATAN KEMATIAN (ORANG MENINGGAL) MENURUT AGAMA ISLAM"

"Sebagai "agama" yang mencerahkan dan mencerdaskan, "Islam" membimbing kita menyikapi sebuah "kematian" sesuai dengan hakekatnya yaitu amal shalih, tidak dengan hal-hal duniawi yang tidak berhubungan sama sekali dengan alam sana seperti kuburan yang megah, bekal kubur yang berharga, tangisan yang membahana, maupun pesta besar-besaran".


Bila diantara saudara kita menghadapi musibah "kematian", hendaklah sanak saudara menjadi penghibur dan penguat kesabaran, sebagaimana Rasulullah memerintahkan membuatkan makanan bagi keluarga yang sedang terkena musibah tersebut, dalam hadits:

“Kirimkanlah makanan oleh kalian kepada keluarga Ja’far, karena mereka sedang tertimpa masalah yang menyesakkan”.(HR Abu Dawud (Sunan Aby Dawud, 3/195), al-Baihaqy (Sunan al-Kubra, 4/61), al-Daruquthny (Sunan al-Daruquthny, 2/78), al-Tirmidzi (Sunan al-Tirmidzi, 3/323), al- Hakim (al-Mustadrak, 1/527), dan Ibn Majah (Sunan Ibn Majah, 1/514)

Namun ironisnya kini, justru uang jutaan rupiah dihabiskan tiap malam untuk sebuah "selamatan kematian" yang harus ditanggung keluarga yang terkena musibah. Padahal ketika Rasulullah ditanya shodaqoh terbaik yang akan dikirimkan kepada sang ibu yang telah meninggal, Beliau menjawab ‘air’.
Bayangkan betapa banyak orang yang mengambil manfaat dari sumur yang dibuat itu (menyediakan air bagi masyarakat indonesia yang melimpah air saja sangat berharga, apalagi di Arab yang beriklim gurun), awet dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir.

Rasulullah telah mengisyaratkan amal jariyah kita sebisa mungkin diprioritaskan untuk hal-hal yang produktif, bukan konsumtif; memberi kail, bukan memberi ikan; seandainya seorang pengemis diberi uang atau makanan, besok dia akan mengemis lagi; namun jika diberi kampak untuk mencari kayu, besok dia sudah bisa mandiri. Juga amal jariyah yang manfaatnya awet seperti menulis mushaf, membangun masjid, menanam pohon yang berbuah (reboisasi; reklamasi lahan kritis), membuat sumur/mengalirkan air (fasilitas umum, irigasi), mengajarkan ilmu, yang memang benar-benar sedang dibutuhkan masyarakat.

Bilamana tidak mampu secara pribadi, toh bisa dilakukan secara patungan. Seandainya dana umat "Islam" yang demikian besar untuk "selamatan" berupa makanan (bahkan banyak makanan yang akhirnya dibuang sia-sia; dimakan ayam; lainnya menjadi isyraf) dialihkan untuk memberi beasiswa kepada anak yatim atau kurang mampu agar bisa sekolah, membenahi madrasah/sekolah "Islam" agar kualitasnya sebaik sekolah faforit (yang umumnya milik umat lain),atau menciptakan lapangan kerja dan memberi bekal ketrampilan bagi pengangguran, niscaya akan lebih bermanfaat. Namun shodaqoh tersebut bukan suatu keharusan, apalagi bila memang tidak mampu. Melakukannya menjadi keutamaan, bila tidak mau pun tidak boleh ada celaan.

Kebanyakan umat "Islam" dalam menjalankan ajaran "agama" ini hanya berdasarkan warisan turun temurun dari apa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka dan dari apa yang dikatakan dan dilakukan oleh kyai-kyai mereka begitu saja tanpa menanyakan atau ditunjukkan dalil-dalilnya. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT sebagai berikut:

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah Diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk. [Q.S. Al-Baqarah : 170]

Padahal sudah kita ketahui semua bahwa sebelum "Islam" datang di negara kita sudah ada "agama"-"agama" selain "Islam". Berakar pada ajaran "agama" nenek moyang kita terdahulu inilah yang dipakai dasar kebanyakan umat "Islam" saat ini dalam menjalankan ajaran "agama", misalnya acara-acara "selamatan" seperti acara "selamatan" 3 hari "orang meninggal", 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, penggunaan kembar mayang, menginjak telur pada acara pernikahan, acara "selamatan" 7 bulan kehamilan, "selamatan" sepasaran bayi, selapanan bayi, acara "selamatan" pada bulan suro, acara penempatan sesaji-sesaji, acara ruwatan dan sebagainya. Segala macam bentuk "selamatan" itu semua bukan dari ajaran "Islam".  Dicari dalilnya dalam Al Qur’an maupun dalam Sunnah Rasulullah pun tidak akan ditemukan karena itu memang bukan dari ajaran"Islam" . (Untuk mendapatkan informasi yang sahih, silakan mengunduh file audio ceramah mantan pendeta Hindu, ustadz Abdul Aziz, di menu DOWNLOAD pada blog ini, atau di sini: –> Abdul Aziz).

Apapun bentuk dan tujuannya, "selamatan" itu adalah perbuatan syirik, dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT karena itu perbuatan mensekutukan Allah. Dan yang lebih mencengangkan lagi, yang membuat hati kita menangis adalah bahwa sebenarnya segala macam bentuk "selamatan" tersebut adalah ajaran dari "agama" Hindu dan dalil-dalilnya tertulis dalam kitab Weda. Sungguh sangat menyedihkan ternyata kita selama ini sebagai orang "Islam" tapi mengamalkan ajaran dari "agama" Hindu. Informasi ini saya peroleh dari ceramah pengajian yang disampaikan Ustadz Abdul Aziz, yang mana Ustadz Abdul Aziz ini adalah mantan seorang pendeta Hindu dari kasta Brahmana yang sudah mendapat hidayah-Nya dengan memeluk "agama Islam".

Kalau kita mengaku ber"agama Islam" seharusnya kita tinggalkan segala amalan-amalan yang tidak kita ketahui dasar hukumnya, apalagi yang bukan berasal dari ajaran "Islam" itu sendiri. Kalau kita tahu itu bukan dari ajaran "Islam" maka harus kita tinggalkan, jangan campur adukkan antara yang haq dan yang bathil.

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam "Islam" secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah : 208)

Mungkin Anda bisa bilang begini, kita kan orang Jawa yang hidup di tanah Jawa, kita bukan orang Arab. Okelah kalau Anda berpendapat begitu, tapi perlu diingat bahwa "Islam" itu diturunkan bukan hanya untuk orang Arab. Al Qur’an kitab suci umat "Islam" ini diturunkan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk umat "Islam" di Arab saja tapi untuk seluruh umat manusia, bahkan bukan hanya untuk umat "Islam" saja.

Mungkin ada orang atau organisasi yang merasa amaliyahnya dijelek-jelekkan atau dipojokkan dari tulisan ini, tapi sekali lagi tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan atau memojokkan, karena baik buruk itu bukan dari pendapat seseorang walaupun dia seorang kyai sekalipun akan tetapi baik buruk itu menurut Allah SWT. Coba perhatikan hadits-hadits berikut ini:

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam "agama" kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Kami (para sahabat Nabi) menganggap berkumpul-kumpul ke rumah ahli mayit,  dan (keluarga si mayit) membuat makanan untuk orang-orang  sesudah dikuburnya itu termasuk meratap. [HR. Ahmad]

Coba direnungkan benar-benar dengan hati yang jernih apa yang saya sampaikan di atas. Tapi semua amalan itu kan tergantung niatnya, innamal a’malu bin niyat, seperti pada hadits berikut ini:

Dari Umar bin Khathab Ra. berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw.bersabda, “Sesungguhnya segala amalan itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, ia akan sampai pada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrahnya menuju dunia yang akan di perolehnya atau menuju wanita yang akan dinikahinya, ia akan mendapatkan apa yang dituju.” (HR. Bukhari & Muslim)


Tiga contoh seperti berikut ini:
  1. Kita semua tahu kalau mencuri itu perbuatan dosa dan kita tahu kalau mencari nafkah itu perbuatan baik. Dengan menggunakan dalil di atas (innamal a’malu bin niyat), apakah orang yang sudah tahu kalau mencuri itu dosa kemudian diniatkan untuk mencari nafkah menjadikan perbuatan mencurinya itu jadi perbuatan baik? Tidak kan? Mencuri tetaplah dosa walaupun diniatkan untuk mencari nafkah.
  2. Contoh kedua, ada seorang WTS (maaf hanya sebagai contoh saja), dia tahu kalau perbuatannya itu adalah perbuatan zina, karena tahu kalau zina itu dilaknat oleh Allah maka dia niatkan untuk shodaqoh dengan memberi kenikmatan kepada orang lain, yang dipakai dasar innamal a’malu bin niyat.  Bagaimanakah dengan perbuatan yang dilakukan WTS tersebut? Zina tetaplah zina walaupun niatnya baik.
  3. Contoh ketiga, Si Fulan sedang bepergian dan pada waktu sholat Asar tiba dia mampir di masjid. Waktu masuk masjid Si Fulan mendapati orang yang baru takbiratul ihram untuk melaksanakan sholat. Tanpa pikir panjang Si Fulan langsung bermakmum pada orang tersebut, akan tetapi baru dapat dua rakaat orang tersebut langsung salam, artinya orang tersebut melaksanakan sholat sunnah. Si Fulan pun tidak ikut salam tetapi melanjutkan rakaatnya hingga empat rakaat. Bagaimanakah dengan sholat Si Fulan tadi? Berdasarkan hadits di atas, innamal a’malu bin niyat, orang yang dijadikan imam tersebut tetap mendapatkan pahala sholat sunah, sedangkan Si Fulan yang karena tidak tahu kalau yang dijadikan imam tersebut sholat sunnah maka Si Fulan tetap mendapatkan pahala sholat wajib karena niatnya memang sholat wajib.
Berdasarkan ketiga contoh di atas coba renungkan dengan hati yang jernih untuk menerima kebenaran ajaran "Islam". Bagaimana kalau "selamatan"-"selamatan" itu kita niatkan untuk shodaqoh? Jawabnya bisa Anda temukan dari hasil renungan yang Anda lakukan. Ingat, sekali lagi renungkan dengan hati yang jernih, jangan kedepankan rasa kedengkian.

FATWA PARA ULAMA "ISLAM" DAN IJMA’ MEREKA DALAM MASALAH INI

Apabil para shahabat telah ijma’ tentang sesuatu masalah seperti masalah yang sedang kita bahas ini, maka para tabi’in dan tabi’ut-tabi’in dan termasuk di dalamnya Imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’iy dan Ahmad) dan seluruh Ulama
"Islam" dari zaman ke zamanpun mengikuti ijma’nya para sahabat yaitu berkumpul-kumpul di tempat ahli mayit dan makan-makan di situ adalah haram dan termasuk dari adat/kebiasaan jahiliyyah.

Oleh karena itu, agar  para pembaca yang terhormat mengetahui atas dasar ilmu dan hujjah yang kuat, maka di bawah ini saya turunkan sejumlah fatwa para Ulama
"Islam" dan Ijma’ mereka dalam masalah selamatan kematian.

1. Telah berkata Imamnya para Ulama, mujtahid mutlak, lautan ilmu, pembela Sunnah. Al-Imam Asy-Syafi’iy di ktabnya ‘Al-Um” (I/318).

“Aku benci al ma'tam yaitu berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbaharui kesedihan"[1]

Perkataan imam kita diatas jelas sekali yang tidak bisa dita'wil atau ditafsirkan kepada arti dan makna lain kecuali bahwa beliau dengan tegas mengharamkan berkumpul-kumpul di rumah keluarga/ahli mayit. Ini baru berkumpul saja, bagaimana kalau disertai dengan apa yang kita namakan disini sebagai Tahlilan ?"

2. Telah berkata Imam Ibnu Qudamah, di kitabnya Al Mughni (Juz 3 halaman 496-497 cetakan baru ditahqiq oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Muhsin At Turki):

“Adapun ahli mayit membuatkan makanan untuk orang banyak maka itu satu hal yang dibenci ( haram ). Karena akan menambah kesusahan diatas musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka [2] dan menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyyah.

Dan telah diriwayatkan bahwasannya Jarir pernah bertamu kepada Umar. Lalu Umar bertanya,.Apakah mayit kamu diratapi ?" Jawab Jarir, " Tidak !" Umar bertanya lagi, " Apakah mereka berkumpul di rumah ahli mayit dan mereka membuat makanan ? Jawab Jarir, " Ya !" Berkata Umar, " Itulah ratapan !"

3. Telah berkata Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna, di kitabnya : Fathurrabbani tartib musnad Imam Ahmad bin Hambal ( 8/95-96) :


"Telah sepakat imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi'i dan Ahmad) atas tidak disukainya ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak yang mana mereka berkumpul disitu berdalil dengan hadits Jarir bin Abdullah. Dan zhahirnya adalah HARAM karena meratapi mayit hukumnya haram, sedangkan para Shahabat telah memasukkannya (yakni berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit) bagian dari meratap dan dia itu (jelas) haram.

Dan diantara faedah hadits Jarir ialah tidak diperbolehkannya berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit dengan alasan ta'ziyah /melayat sebagaimana dikerjakan orang sekarang ini.

Telah berkata An Nawawi rahimahullah : Adapun duduk-duduk (di rumah ahli mayit ) dengan alasan untuk ta'ziyah telah dijelaskan oleh Imam Syafi'i dan pengarang kitab Al Muhadzdzab dan kawan-kawan semadzhab atas dibencinya (perbuatan tersebut)........

Kemudian Nawawi menjelaskan lagi, " Telah berkata pengarang kitab Al Muhadzdzab : “Dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit ) dengan alasan untuk ta'ziyah. Karena sesungguhnya yang demikian itu adalah muhdats (hal yang baru yang tidak ada keterangan dari "Agama"), sedang muhdats adalah " Bid'ah."

Kemudian Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna di akhir syarahnya atas hadits Jarir menegaskan : “Maka, apa yang biasa dikerjakan oleh kebanyakan orang sekarang ini yaitu berkumpul-kupmul (di tempat ahli mayit) dengan alasan ta’ziyah dan mengadakan penyembelihan, menyediakan makanan, memasang tenda dan permadani dan lain-lain dari pemborosan harta yang banyak dalam seluruh urusan yang bid’ah ini mereka tidak maksudkan kecuali untuk bermegah-megah dan pamer supaya orang-orang memujinya bahwa si fulan telah mengerjakan ini dan itu dan menginfakkan hartanya untuk tahlilan bapak-nya. Semuanya itu adalah HARAM menyalahi petunjuk Nabi SAW., dan Salafush shalih dari para shahabat dan tabi’in dan tidak pernah diucapkan oleh seorangpun juga dari Imam-imam "Agama" (kita).

Kita memohon kepada Allah ke"selamatan" !”

4. Al Imam An Nawawi, dikitabnya Al Majmu' Syarah Muhadzdzab (5/319-320) telah menjelaskan tentang bid'ahnya berkumpul-kumpul dan makan-makan di rumah ahli mayit dengan membawakan perkataan penulis kitab Asy -Syaamil dan lain-lain Ulama dan beliau menyetujuinya berdalil dengan hadits Jarir yang beliau tegaskan sanadnya shahih. Dan hal inipun beliau tegaskan di kitab beliau “Raudlotuth Tholibin (2/145).

5. Telah berkata Al Imam Asy Syairoziy, dikitabnya Muhadzdzab yang kemudian disyarahkan oleh Imam Nawawi dengan nama Al Majmu' Syarah Muhadzdzab : "Tidak disukai /dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit) dengan alasan untuk Ta'ziyah karena sesungguhnya yang demikian itu muhdats sedangkan muhdats adalah " Bid'ah ".

Dan Imam Nawawi menyetujuinya bahwa perbatan tersebut bid’ah. [Baca ; Al-Majmu’ syarah muhadzdzab juz. 5 halaman 305-306]

6. Al Imam Ibnul Humam Al Hanafi, di kitabnya Fathul Qadir (2/142) dengan tegas dan terang menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah " Bid'ah Yang Jelek". Beliau berdalil dengan hadits Jarir yang beliau katakan shahih.

7. Al Imam Ibnul Qayyim, di kitabnya Zaadul Ma'aad (I/527-528) menegaskan bahwa berkumpul-kumpul (di rumah ahli mayit) dengan alasan untuk ta'ziyah dan membacakan Qur'an untuk mayit adalah " Bid'ah " yang tidak ada petunjuknya dari Nabi SAW.

8. Al Imam Asy Syaukani, dikitabnya Nailul Authar (4/148) menegaskan bahwa hal tersebut Menyalahi Sunnah.

9. Berkata penulis kitab ‘Al-Fiqhul Islamiy” (2/549) : “Adapaun ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak maka hal tersebut dibenci dan Bid’ah yang tidak ada asalnya. Karena akan menambah musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka dan menyerupai (tasyabbuh) perbuatan orang-orang jahiliyyah”.

10. Al Imam Ahmad bin Hambal, ketika ditanya tentang masalah ini beliau menjawab : " Dibuatkan makanan untuk mereka (ahli mayit ) dan tidaklah mereka (ahli mayit ) membuatkan makanan untuk para penta'ziyah." [Masaa-il Imam Ahmad bin Hambal oleh Imam Abu Dawud hal. 139]

11. Berkata Syaikhul
"Islam" Ibnu Taimiyyah, " Disukai membuatkan makanan untuk ahli mayit dan mengirimnya kepada mereka. Akan tetapi tidak disukai mereka membuat makanan untuk para penta'ziyah. Demikian menurut madzhab Ahmad dan lain-lain." [Al Ikhtiyaaraat Fiqhiyyah hal.93]

12. Berkata Al Imam Al Ghazali, dikitabnya Al Wajiz Fighi Al Imam Asy Syafi'i (I/79), " Disukai membuatkan makanan untuk ahli mayit."

KESIMPULAN.

Pertama : Bahwa berkumpul-kumpul ditempat ahli mayit hukumnya adalah BID'AH dengan kesepakatan para Shahabat dan seluruh imam dan ulama' termasuk didalamnya imam empat.

Kedua : Akan bertambah bid'ahnya apabila ahli mayit membuatkan makanan untuk para penta'ziyah.

Ketiga : Akan lebih bertambah lagi bid'ahnya apabila disitu diadakan tahlilan pada hari pertama dan seterusnya.

Keempat : Perbuatan yang mulia dan terpuji menurut SUNNAH NABI SAW. kaum kerabat /sanak famili dan para jiran/tetangga memberikan makanan untuk ahli mayit yang sekiranya dapat mengenyangkan mereka untuk mereka makan sehari semalam. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW. ketika Ja'far bin Abi Thalib wafat.

"Buatlah makanan untuk keluarga Ja'far ! Karena sesungguhnya telah datang kepada mereka apa yang menyibukakan mereka (yakni musibah "kematian")." [Hadits Shahih, riwayat Imam Asy Syafi'i ( I/317), Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad (I/205)]

Hal inilah yang disukai oleh para ulama kita seperti Syafi’iy dan lain-lain (bacalah keterangan mereka di kitab-kitab yang kami turunkan di atas).

Berkata Imam Syafi’iy : “Aku menyukai bagi para tetangga mayit dan sanak familinya membuat makanan untuk ahli mayit pada hari "kematian"nya dan malam harinya yang sekiranya dapat mengenyangkan mereka, karena sesungguhnya yang demikian adalah (mengikuti) SUNNAH (Nabi).... “ [Al-Um I/317]
 
Begitulah pesan yang dapat saya sampaikan, kalau ada salah dalam penyampaian ataupun ada kesalahan dari apa yang saya sampaikan itu karena kebodohan saya yang belum tahu apa-apa tentang masalah "agama", dan jika ada benarnya itu semata-mata dari Allah SWT. Walau ada perbedaan pendapat dan perbedaan pemahaman namun tetap jaga kerukunan. Yang bisa kita kerjakan bersama-sama mari kita kerjakan bersama, sedangkan yang tidak bisa kita kerjakan bersama karena perbedaan pendapat dan perbedaan pemahaman tersebut mari kita kerjakan sesuai yang kita yakini dan pahami. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Tolong artikel ini disharing biar ummat "Islam" dapat berpikir jernih tentang apa yang mereka amalkan selama ini karena dalam tulisan ini saya sertakan link download dari sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.

Sumber:
1. nguditjahjono.widyagama.ac.id/...islam/selamatan-bukan-dari-ajaran-isla...
2. almanhaj.or.id/.../tahlilan-selamatan-kematian-adalah-bidah-munkar-den...
3. muhibbulislam.wordpress.com/.../tahlilan-dalam-pandangan-nu-muham...
4. laely.widjajati.photos.facebook/Ayo-KONDANGAN-dulu..Smoga-Jalanx-Gk...
5. laely.widjajati.photos.facebook/Add-a-description.....
6. laely.widjajati.photos.facebook/NYANTAI-BANGEEET.............
7. hepi.say.photos.facebook/3 angel...-Menyelesaikan-misi..


MusicPlaylistView Profile