Jumat, 09 Agustus 2013

"T E L E P A T I"

"Telepati" adalah kemampuan untuk berkomunikasi atau saling menukarkan informasi dengan orang lain tanpa menggunakan indera".



"Telepati" berasal dari dua kata yaitu : “tele” berarti “jauh” dan “pathos” berarti “perasaan”. "Telepati" secara harfiah artinya adalah “merasakan dari jarak jauh”.

"Telepati" adalah gejala alamiyah yang sudah ada sejak kita masih bayi. Semua anak bayi memiliki kemampuan "Telepati" secara alamiyah. Anak bayi belum mampu mengungkapkan perasaan dan keinginannya dengan kata kata. Ia menyampaikan dan mengungkapkan keinginannya melalui perasaan yang dipancarkan.

Ketika seorang ibu pergi berbelanja kepasar dan anak bayinya yang masih menyusu ditinggal sedang tidur di rumah, tiba tiba ia merasa gelisah dan ingat pada anak bayinya di rumah. Ia tidak bisa berkonsentrasi untuk belanja, fikirannya hanya tertuju pada bayinya. Air susunyapun mengalir dengan sendirinya, ia tidak bisa menahan keinginannya nuntuk segera pulang menemui bayinya. Ia segera kembali ke rumah, dan didapatinya anak bayinya sedang menangis, ia segera menggendong dan menyusui bayinya. Hatinya menjadi tentram dan anak bayinya pun berhenti menangis. Itulah hubungan "Telepati" yang dilakukan seorang bayi kepada ibunya.



Sejak bayi kita sudah mempunyai kemampuan telepati, karena pada anak bayi otak kanannya lebih dominan daripada otak kiri. Seiring dengan pertumbuhan usia, peranan otak kiri semakin dominan dan peranan otak kananpun berkurang, maka kemampuan berkomunikasi dengan "Telepati"pun berkurang pula. Sebenarnya kemampuan "Telepati" ini bisa diasah dan dirawat terus dengan melakukan latihan. "Telepati" adalah cara berkomunikasi menggunakan fikiran bawah sadar atau otak kanan. Setiap orang bisa melakukannya asal mau mencoba dan melatihnya, karena pada dasarnya ketika masih bayi semua orang pernah melakukan komunikasi dengan "Telepati". Kemampuan "Telepati" jadi berkurang karena kita lebih banyak menggunakan otak kiri daripada otak kanan. Pancaran sinyal "Telepati" dilakukan oleh fikiran bawah sadar melalui otak belahan kanan, dan diterima oleh penerima melalui otak belahan kanan pula. 

Signal yang diterima umumnya berupa perasaan. Hubungan "Telepati" biasanya lebih mudah dilakukan antara orang yang mempunyai hubungan emosi. Misalnya antara ibu/bapak dengan anaknya, abang dengan adik, dua orang yang sedang pacaran, karib kerabat, teman bisnis yang akrab, suami istri dan lain sebagainya. Saya pernah menerima signal "Telepati" dari ayah saya yang sedang sakit. Satu waktu ketika saya baru sampai di kantor saya, tiba-tiba saya ingat ayah saya dan ingin sekali menemuinya dengan segera. Keinginan saya untuk bertemu beliau begitu kuat, saya tidak bisa konsentrasi kerja. Akhirnya saya minta staf saya menyiapkan kendaraan dan mengantar saya ke rumah ayah di rumah. Sampai di rumah ayah, beliau keluar sambil memegang mulutnya yang tampak agak miring dan berkata: ”Bapak… sakit !” . Rupanya beliau terkena serangan stroke ringan, dan ingin sekali bertemu dengan saya, karena ketika itu belum ada fasilitas telepon sedang ia sangat butuh pada saya, tanpa sengaja fikiran yang kuat telah memancarkan signal "Telepati" yang kuat dan dapat saya terima. 

Sebenarnya dalam kehidupan sehari hari kita sering menerima pesan "Telepati", hanya saja kita kurang begitu memperhatikan. Satu ketika kita ingat seorang teman yang sudah lama tidak jumpa, ketika kita sedang melamun tentang teman tersebut, tiba-tiba telepon berdering, ternyata telepon dari teman yang sedang kita ingat itu. Ketika anda ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba teman yang di depan anda sudah mengucapkannya lebih dahulu. Ketika anda ingin menyusul seseorang yang bersepeda di depan anda, tiba-iba orang itu menengok pada anda. Dan banyak lagi kejadian sehari hari yang kurang kita perhatikan. 

Dalam sejarah tercatat nama Emanuel Swedenborgh seorang sarjana Swedia hidup di abad 18. Semula ia lebih cenderung mempelajari ilmu alam tetapi belakangan ia lebih tertarik dengan ilmu ghaib/occoultisme. Dalam suatu rapat yang dihadiri kalangan cendekiawan, tiba tiba Swedenborgh berlarian kesana kemari, mukanya pucat penuh kekawatiran. Seperti orang kurang waras ia mengatakan, baru saja terjadi kebakaran besar di Stockholm, rumah sahabatnya terbakar namun rumahnya selamat dari amukan api. Tiga hari kemudian ada kabar dari Stockholm bahwa kota itu mengalami kebakaran besar. Umumnya signal "Telepati" akan memancar kuat secara otomatis ketika saat seseorang berada pada kondisi terjepit, tertekan dan terdesak, dan saat seseorang dipengaruhi oleh perasaan emosi, takut, gembira, cemas, yang kuat. Pada saat itu fikiran bawah sadar (otak kanan) lebih dominan daripada fikiran sadar (otak kiri). 

Seorang dokter di Perancis bernama Andral mengisahkan suatu peristiwa ketika terjadi pertengkaran antara seorang petani dengan pandai besi. Petani itu mengeluh bahwa setiap malam jam 22 .00 – 24.00 telinganya diganggu suara gemuruh seperti besi beradu sehingga menyebabkan ia tidak bisa tidur. Mendengar penuturan petani itu, pagi harinya Andral memanggil pandai besi tetangganya dan bertanya kepada pandai besi itu, aktivitas apa saja yang dilakukannya sekitar jam 22.00 – 24.00. Pandai besi itu mengaku bahwa pada jam itu ia bekerja menempa besi sambil membayangkan wajah petani tetangganya yang telah mendholimnya, dan ia berharap suara besi yang ditempanya mampu menembus tembok kamarnya. Andral lalu berkata:” Baik keingananmu telah tercapai, mulai saat ini hentikanlah ulah jahatmu itu , atau aku adukan engkau kepada polisi” . Malam hari berikutnya pandai besi itu menghentikan kegiatannya tersebut dan petani itupun bisa tidur dengan tenang. 

Itulah beberapa gejala"Telepati"  yang bisa saja terjadi pada diri kita. Kasus serangan mental seperti yang dialami petani itu bisa saja terjadi pada siapapun. Terjadinya biasanya tidak disadari oleh pelaku maupun orang yang mengalami serangan, karena aktivitas ini memang berada pada wilayah fikiran bawah sadar. Untuk menghindari terjadinya serangan mental ini Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu berlaku santun , jangan sampai menyakiti hati tetangga, atau orang di sekitar kita. Rasulullah mengingatkan kepada kita :”Takutilah do’a (jeritan) orang yang teraniaya , karena do’a orang yang teraniaya itu di ijabah”. 

Keluhan atau jeritan orang yang teraniaya biasanya diikuti dengan emosi yang kuat, ini akan memancarkan signal "Telepati". Karena itu Rasulullah mengingatkan kita agar jangan sampai mendholimi tetangga atau orang lain. Berlaku ramah dan santun terhadap tetangga sangat dianjurkan oleh Rasulullah. Kita juga dianjurkan untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain. Karena kebencian, kemarahan yang disertai emosi yang kuat juga bisa memancarkan kekuatan "Telepati" . Getaran "Telepati" yang merusak ini disebut juga serangan mental. Untuk melindungi diri dari serangan ini Islam mengajarkan kita untuk selalu berlaku santun, jangan menyakiti hati orang lain. Disamping itu juga dianjurkan untuk membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nash. 

Serangan mental yang berupa "Telepati" ini biasanya terjadi pada orang yang berhubungan dekat atau memiliki hubungan emosi, seperti orang tua dengan anak, antara adik dan kakak, antara tetangga, sahabat karib, pasangan suami istri, orang yang berpacaran, antara majikan dengan karyawan dan lain sebagainya. Pasangan suami istri yang tidak akur , biasanya sering melakukan serangan ,mental antara satu dengan yang lainnya. Kalau sudah begitu ada saja kesialan yang akan dialami oleh rumah tangga itu, rezeki jadi seret, usaha terancam bangkrut, suasana di rumah tidak nyaman, panas dan selalu ingin bertengkar. Soal kecil jadi besar.
 
Kebanyakan kasus "Telepati" yang dialami orang terdiri dari dua hal mendasar, yakni "Telepati" terjadi antara dua orang atau lebih yang memiliki hubungan dekat (misalnya antara suami dan istri atau ibu dan anak), serta dalam situasi berbahaya. Ambil contoh kasus diatas. Seorang Ibu  terpeleset di kamar mandi. Untuk sesaat dalam kondisi sangat kesakitan, ia sangat kuat memikirkan Anaknya. Ia mungkin berpikir tidak akan lagi bisa melihat Anaknya. Oleh karena itu, secara bersamaan Anaknya menerima "Telepati" dari sang ibu. Anaknya menjadi gelisah, memikirkan sang ibu dan terdorong untuk pulang ke rumah.

"Telepati" dipercaya melibatkan fisiologis tubuh. Tidak semata-mata pikiran yang bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang menyampaikan sebuah informasi "Telepati"k kepada orang lain, terjadi perubahan fisiologis dalam diri pengirim. Pada saat seorang pengirim pesan diminta berkonsentrasi memikirkan penerima pesan, respon kulit galvanik atau GSR, yang merupakan detektor alamiah terhadap stres psikologis dalam diri seseorang, meningkat. Pada saat relaks, GSR-nya kembali menurun.

Penelitian di laboratorium tersebut juga menunjukkan bahwa pada saat pengirim pesan berkonsentrasi pada penerima pesan, dimana terjadi peningkatan GSR, penerima pesan juga mengalami kenaikan GSR. Saat pengirim pesan dalam kondisi relaks, secara otomatis, GSR penerima pesan juga ikut menurun. Padahal, penerima pesan tidak tahu apakah pengirim pesan sedang berkonsentrasi atau sedang relaks. Jadi, secara fisiologis, penerima pesan merespon perubahan fisiologis pengirim pesan.

Dalam bidang parapsikologi, "Telepati" dianggap sebagai suatu bentuk indera keenam di mana informasi dihubungkan melalui kemampuan psi. Hal ini sering dikategorikan sama dengan prekognisi dan kewaskitaan. Berbagai percobaan telah digunakan untuk menguji kemampuan "Telepati". Di antara yang paling terkenal adalah penggunaan kartu Zener dan metode Ganzfeld.
 
Banyak orang beranggapan, bahwa kemampuan "Telepati" tidak membutuhkan latihan apapun, dan menganggapnya itu adalah bagian dari BAKAT ALAMI saja, yang tidak perlu latihan. Tapi bagi orang yang telah mengerti, pasti menyadari bahwa kemampuan "Telepati" pada awalnya harus dilatih dan dibangun lebih dulu, kemudian semakin memantapkan kekuatannya dengan melatihnya secara hati-hati dan terus menerus…sehingga akan didapatkan hasil-hasil yang bermanfaat.
 
"Telepati", seperti kecakapan berpikir lainnya…dapat dipergunakan untuk maksud baik dan jahat. Di sini, kita dihadapkan pada masalah ETIKA dan MORAL. Apakah alasan Anda belajar dan berlatih "Telepati"? Coba Anda melihat dengan cermat alasan pribadi Anda untuk berlatih dan menggunakan kecakapan "Telepati" ini.
 
Secara umum, ada 3 pandangan pernyataan dari yang berhasrat untuk berlatih kecakapan "Telepati", yaitu:
  • Pertama, sekedar punya hasrat untuk mengetahui "Telepati", dan hanya ingin mengembangkannya untuk keuntungan pribadi tanpa melibatkan orang lain secara langsung.
  • Kedua, sangat berhasrat untuk bisa menguasai kekuatan "Telepati" dan mengembangkannya untuk melayani dan membantu orang lain.
  • Ketiga, merasa harus menggunakan kekuatan "Telepati" untuk menguasai orang lain, dan menentang keinginan mereka, agar mau menuruti kemauannya.

Sejauh mana pokok persoalan menyangkut hubungan "Telepati", tentu saja ada pertimbangan-pertimbangan dasar tertentu yang harus diperhitungkan…yaitu tentang tanggung jawab moral.
 
Kemampuan"Telepati"  adalah peranan dari OTAK KANAN, yang bertanggung jawab pada sisi emosi, imajinasi, dan intuisi kita…yang kesemuanya itu terpendam di dalam alam PIKIRAN BAWAH SADAR. Oleh sebab itu, langkah awal untuk berlatih kemampuan "Telepati" adalah Anda harus menghidupkan “mesin mental” di pikiran sadar Anda untuk bersiaga penuh kesadaran, bekerja sama dengan pikiran bawah sadar Anda.
 
Keyakinan dan percaya diri Anda adalah hal utama yang harus Anda punyai sebelum memulai berlatih "Telepati". Karena perlengkapan sebenarnya dari kemampuan "Telepati" adalah pada bagian tingkat SADAR PIKIRAN Anda yang dilingkupi oleh perasaan EMOSI JIWA secara rileks…baik Anda sebagai Pengirim atau Penerima.
 
Cobalah berkonsentrasi selama beberapa saat pada BAYANGAN PIKIRAN yang hendak Anda kirimkan kepada seseorang, juga pikirkan bahwa Anda sangat ingin memproyeksikan PESAN tersebut dari tempat Anda berada ke beberapa tempat yang jauh. Kemudian konsentrasikan bahwa si penerima pesan Anda di beberapa tempat yang jauh dari Anda, bisa menerima pesan dari Anda. Dan, jangan lupa untuk memberikan segenap perasaan emosi Anda pada saat berkonsentrasi mengirimkan pesan secara "Telepati" itu. Kekurangan dari nilai emosional atau jika tanpa ada perasaan emosi yang menyelubungi pesan…maka itu sering menyebabkan proses "Telepati" menjadi gagal.
 
Kebanyakan para Pemula gagal pada tahap awal ini, karena mereka merasa TEGANG saat melakukan konsentrasi dengan sepenuh emosi jiwa. Ketegangannya biasanya dilihat dari bahasa tubuhnya yang otomatis sudah menjelaskannya…misalnya dari alis mata yang berkerut, mata yang dipejamkan dengan sangat rapat, mengatupkan bibir rapat-rapat sampai monyong atau terlihat dari otot-otot tubuhnya yang keras menegang saat mencoba berkonsentrasi itu. Hal-hal TEGANG seperti ini harus Anda hindari…janganlah tegang pada saat melakukan konsentrasi.
 
Pada Latihan "Telepati", semua bagian tubuh dan pikiran haruslah rileks meskipun tetap konsentrasi dengan tingkat keheningan yang semakin dalam. Oleh sebab itu, sebelumnya Anda harus melatih diri untuk bisa rileks dan santai…meskipun dalam waktu bersamaan sedang melakukan KONSENTRASI PIKIRAN. 
 
Dengan mencapai kondisi atau keadaan rileks dan santai secara FISIK dan PIKIRAN, maka Anda sebagai si Pengirim pesan "Telepati" akan mendapatkan gambaran mental yang jelas, beserta balutan emosi Anda di sana. Gambaran mental yang Anda ciptakan dengan jelas ini juga seiring dengan kemauan dan kemampuan Anda untuk melatih kekuatan imajinasi visualisasi Anda, sehingga Anda mampu membentuk dan menggambarkan pesan Anda sejelas mungkin, yang selanjutnya itu akan otomatis tersimpan di dalam pikiran bawah sadar Anda…dan bisa Anda gunakan berulang-ulang.
 
Sumber:
1. id.wikipedia.org/wiki/Telepati
2. wuryanano.wordpress.com/.../mencoba-latihan-telepat...
3. www.fadhilza.com/.../mengasah-kemampuan-telepati....
4. laely.widjajati.photos.facebook/ASSALAMU'ALAIKUM-Wr-Wb-Met-Pagi-Smuanya-.....
5. laely.widjajati.photos.facebook/Jangan pernah katakan umurlah telah bertambah, tapi.....
6. laely.widjajati.photos.facebook/NARSIS dulu sm MBAKKU......
7. laely.widjajati.photos.facebook/Anak2 (10 Th Yg Lalu).......

0 komentar:


MusicPlaylistView Profile