"Telepati" adalah kemampuan untuk berkomunikasi atau saling menukarkan informasi dengan orang lain tanpa menggunakan indera".
"Telepati" berasal dari dua kata yaitu : “tele” berarti “jauh” dan “pathos” berarti “perasaan”. "Telepati" secara harfiah artinya adalah “merasakan dari jarak jauh”.
"Telepati" adalah gejala alamiyah yang sudah ada sejak kita masih bayi. Semua anak
bayi memiliki kemampuan "Telepati" secara alamiyah. Anak bayi belum mampu
mengungkapkan perasaan dan keinginannya dengan kata kata. Ia
menyampaikan dan mengungkapkan keinginannya melalui perasaan yang
dipancarkan.
Ketika
seorang ibu pergi berbelanja kepasar dan anak bayinya yang masih
menyusu ditinggal sedang tidur di rumah, tiba tiba ia merasa gelisah dan
ingat pada anak bayinya di rumah. Ia tidak bisa berkonsentrasi untuk
belanja, fikirannya hanya tertuju pada bayinya. Air susunyapun mengalir
dengan sendirinya, ia tidak bisa menahan keinginannya nuntuk segera
pulang menemui bayinya. Ia segera kembali ke rumah, dan didapatinya anak
bayinya sedang menangis, ia segera menggendong dan menyusui bayinya.
Hatinya menjadi tentram dan anak bayinya pun berhenti menangis. Itulah
hubungan "Telepati" yang dilakukan seorang bayi kepada ibunya.
Sejak
bayi kita sudah mempunyai kemampuan telepati, karena pada anak bayi
otak kanannya lebih dominan daripada otak kiri. Seiring dengan
pertumbuhan usia, peranan otak kiri semakin dominan dan peranan otak
kananpun berkurang, maka kemampuan berkomunikasi dengan "Telepati"pun
berkurang pula. Sebenarnya kemampuan "Telepati" ini bisa diasah dan
dirawat terus dengan melakukan latihan. "Telepati" adalah cara
berkomunikasi menggunakan fikiran bawah sadar atau otak kanan. Setiap
orang bisa melakukannya asal mau mencoba dan melatihnya, karena pada
dasarnya ketika masih bayi semua orang pernah melakukan komunikasi
dengan "Telepati". Kemampuan "Telepati" jadi berkurang karena kita lebih
banyak menggunakan otak kiri daripada otak kanan. Pancaran sinyal "Telepati" dilakukan oleh fikiran bawah sadar melalui otak belahan kanan,
dan diterima oleh penerima melalui otak belahan kanan pula.
Signal
yang diterima umumnya berupa perasaan. Hubungan "Telepati" biasanya lebih
mudah dilakukan antara orang yang mempunyai hubungan emosi. Misalnya
antara ibu/bapak dengan anaknya, abang dengan adik, dua orang yang sedang pacaran, karib kerabat, teman bisnis yang akrab, suami istri dan lain sebagainya. Saya pernah menerima signal "Telepati"
dari ayah saya yang sedang sakit. Satu waktu ketika saya baru sampai
di kantor saya, tiba-tiba saya ingat ayah saya dan ingin
sekali menemuinya dengan segera. Keinginan saya untuk bertemu beliau
begitu kuat, saya tidak bisa konsentrasi kerja. Akhirnya saya minta staf
saya menyiapkan kendaraan dan mengantar saya ke rumah ayah di rumah.
Sampai di rumah ayah, beliau keluar sambil memegang mulutnya yang tampak
agak miring dan berkata: ”Bapak… sakit !” . Rupanya beliau terkena
serangan stroke ringan, dan ingin sekali bertemu dengan saya, karena
ketika itu belum ada fasilitas telepon sedang ia sangat butuh pada saya,
tanpa sengaja fikiran yang kuat telah memancarkan signal "Telepati" yang
kuat dan dapat saya terima.
Sebenarnya
dalam kehidupan sehari hari kita sering menerima pesan "Telepati", hanya
saja kita kurang begitu memperhatikan. Satu ketika kita ingat seorang
teman yang sudah lama tidak jumpa, ketika kita sedang melamun tentang
teman tersebut, tiba-tiba telepon berdering, ternyata telepon dari teman
yang sedang kita ingat itu. Ketika anda ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba teman yang di depan anda sudah mengucapkannya lebih dahulu. Ketika
anda ingin menyusul seseorang yang bersepeda di depan anda, tiba-iba
orang itu menengok pada anda. Dan banyak lagi kejadian sehari hari yang
kurang kita perhatikan.
Dalam
sejarah tercatat nama Emanuel Swedenborgh seorang sarjana Swedia hidup
di abad 18. Semula ia lebih cenderung mempelajari ilmu alam tetapi
belakangan ia lebih tertarik dengan ilmu ghaib/occoultisme. Dalam suatu
rapat yang dihadiri kalangan cendekiawan, tiba tiba Swedenborgh
berlarian kesana kemari, mukanya pucat penuh kekawatiran. Seperti orang
kurang waras ia mengatakan, baru saja terjadi kebakaran besar di
Stockholm, rumah sahabatnya terbakar namun rumahnya selamat dari amukan
api. Tiga hari kemudian ada kabar dari Stockholm bahwa kota itu
mengalami kebakaran besar. Umumnya signal "Telepati" akan memancar kuat
secara otomatis ketika saat seseorang berada pada kondisi terjepit, tertekan dan terdesak, dan saat seseorang
dipengaruhi oleh perasaan emosi, takut, gembira, cemas, yang kuat. Pada
saat itu fikiran bawah sadar (otak kanan) lebih dominan daripada
fikiran sadar (otak kiri).
Seorang
dokter di Perancis bernama Andral mengisahkan suatu peristiwa ketika
terjadi pertengkaran antara seorang petani dengan pandai besi. Petani
itu mengeluh bahwa setiap malam jam 22 .00 – 24.00 telinganya diganggu
suara gemuruh seperti besi beradu sehingga menyebabkan ia tidak bisa
tidur. Mendengar
penuturan petani itu, pagi harinya Andral memanggil pandai besi
tetangganya dan bertanya kepada pandai besi itu, aktivitas apa saja yang
dilakukannya sekitar jam 22.00 – 24.00. Pandai besi itu mengaku bahwa
pada jam itu ia bekerja menempa besi sambil membayangkan wajah petani
tetangganya yang telah mendholimnya, dan ia berharap suara besi yang
ditempanya mampu menembus tembok kamarnya. Andral
lalu berkata:” Baik keingananmu telah tercapai, mulai saat ini
hentikanlah ulah jahatmu itu , atau aku adukan engkau kepada polisi” .
Malam hari berikutnya pandai besi itu menghentikan kegiatannya tersebut
dan petani itupun bisa tidur dengan tenang.
Itulah beberapa gejala"Telepati" yang bisa saja terjadi pada diri kita. Kasus serangan mental seperti
yang dialami petani itu bisa saja terjadi pada siapapun. Terjadinya
biasanya tidak disadari oleh pelaku maupun orang yang mengalami
serangan, karena aktivitas ini memang berada pada wilayah fikiran bawah
sadar. Untuk menghindari terjadinya serangan mental ini Rasulullah
mengajarkan kita untuk selalu berlaku santun , jangan sampai menyakiti
hati tetangga, atau orang di sekitar kita. Rasulullah mengingatkan kepada kita :”Takutilah do’a (jeritan) orang yang teraniaya , karena do’a orang yang teraniaya itu di ijabah”.
Keluhan atau jeritan orang yang teraniaya biasanya diikuti dengan emosi yang
kuat, ini akan memancarkan signal "Telepati". Karena itu Rasulullah
mengingatkan kita agar jangan sampai mendholimi tetangga atau orang
lain. Berlaku ramah dan santun terhadap tetangga sangat dianjurkan oleh
Rasulullah. Kita juga dianjurkan untuk selalu memaafkan kesalahan orang
lain. Karena kebencian, kemarahan yang disertai emosi yang kuat juga
bisa memancarkan kekuatan "Telepati" . Getaran "Telepati" yang merusak ini
disebut juga serangan mental. Untuk melindungi diri dari serangan ini
Islam mengajarkan kita untuk selalu berlaku santun, jangan menyakiti
hati orang lain. Disamping itu juga dianjurkan untuk membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nash.
Serangan
mental yang berupa "Telepati" ini biasanya terjadi pada orang yang
berhubungan dekat atau memiliki hubungan emosi, seperti orang tua dengan
anak, antara adik dan kakak, antara tetangga, sahabat karib, pasangan
suami istri, orang yang berpacaran, antara majikan dengan karyawan dan
lain sebagainya. Pasangan
suami istri yang tidak akur , biasanya sering melakukan serangan
,mental antara satu dengan yang lainnya. Kalau sudah begitu ada saja
kesialan yang akan dialami oleh rumah tangga itu, rezeki jadi seret,
usaha terancam bangkrut, suasana di rumah tidak nyaman, panas dan selalu
ingin bertengkar. Soal kecil jadi besar.
Kebanyakan kasus "Telepati" yang dialami orang terdiri dari dua hal
mendasar, yakni "Telepati" terjadi antara dua orang atau lebih yang
memiliki hubungan dekat (misalnya antara suami dan istri atau ibu dan
anak), serta dalam situasi berbahaya. Ambil contoh kasus diatas. Seorang Ibu terpeleset di kamar mandi. Untuk sesaat dalam kondisi sangat
kesakitan, ia sangat kuat memikirkan Anaknya. Ia mungkin berpikir tidak
akan lagi bisa melihat Anaknya. Oleh karena itu, secara bersamaan Anaknya
menerima "Telepati" dari sang ibu. Anaknya menjadi gelisah, memikirkan sang
ibu dan terdorong untuk pulang ke rumah.
"Telepati" dipercaya melibatkan fisiologis tubuh. Tidak semata-mata
pikiran yang bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang
menyampaikan sebuah informasi "Telepati"k kepada orang lain, terjadi
perubahan fisiologis dalam diri pengirim. Pada saat seorang pengirim
pesan diminta berkonsentrasi memikirkan penerima pesan, respon kulit
galvanik atau GSR, yang merupakan detektor alamiah terhadap stres
psikologis dalam diri seseorang, meningkat. Pada saat relaks, GSR-nya
kembali menurun.
Penelitian di laboratorium tersebut juga menunjukkan bahwa pada saat
pengirim pesan berkonsentrasi pada penerima pesan, dimana terjadi
peningkatan GSR, penerima pesan juga mengalami kenaikan GSR. Saat
pengirim pesan dalam kondisi relaks, secara otomatis, GSR penerima pesan
juga ikut menurun. Padahal, penerima pesan tidak tahu apakah pengirim
pesan sedang berkonsentrasi atau sedang relaks. Jadi, secara fisiologis,
penerima pesan merespon perubahan fisiologis pengirim pesan.
Dalam bidang parapsikologi, "Telepati" dianggap sebagai suatu bentuk indera keenam
di mana informasi dihubungkan melalui kemampuan psi. Hal ini sering
dikategorikan sama dengan prekognisi dan kewaskitaan. Berbagai percobaan
telah digunakan untuk menguji kemampuan "Telepati". Di antara yang paling
terkenal adalah penggunaan kartu Zener dan metode Ganzfeld.
Banyak orang
beranggapan, bahwa kemampuan "Telepati" tidak membutuhkan latihan apapun,
dan menganggapnya itu adalah bagian dari BAKAT ALAMI saja, yang tidak
perlu latihan. Tapi bagi orang yang telah mengerti, pasti menyadari
bahwa kemampuan "Telepati" pada awalnya harus dilatih dan dibangun lebih
dulu, kemudian semakin memantapkan kekuatannya dengan melatihnya secara
hati-hati dan terus menerus…sehingga akan didapatkan hasil-hasil yang
bermanfaat.
"Telepati",
seperti kecakapan berpikir lainnya…dapat dipergunakan untuk maksud baik
dan jahat. Di sini, kita dihadapkan pada masalah ETIKA dan MORAL.
Apakah alasan Anda belajar dan berlatih "Telepati"? Coba Anda melihat
dengan cermat alasan pribadi Anda untuk berlatih dan menggunakan
kecakapan "Telepati" ini.
Secara umum, ada 3 pandangan pernyataan dari yang berhasrat untuk berlatih kecakapan "Telepati", yaitu:
- Pertama, sekedar punya hasrat untuk mengetahui "Telepati", dan hanya ingin mengembangkannya untuk keuntungan pribadi tanpa melibatkan orang lain secara langsung.
-
Kedua, sangat berhasrat untuk bisa menguasai kekuatan "Telepati" dan mengembangkannya untuk melayani dan membantu orang lain.
-
Ketiga, merasa harus menggunakan kekuatan "Telepati" untuk menguasai orang lain, dan menentang keinginan mereka, agar mau menuruti kemauannya.
Sejauh
mana pokok persoalan menyangkut hubungan "Telepati", tentu saja ada
pertimbangan-pertimbangan dasar tertentu yang harus diperhitungkan…yaitu
tentang tanggung jawab moral.
Kemampuan"Telepati" adalah peranan dari OTAK KANAN, yang bertanggung jawab pada
sisi emosi, imajinasi, dan intuisi kita…yang kesemuanya itu terpendam di
dalam alam PIKIRAN BAWAH SADAR. Oleh sebab itu, langkah awal untuk
berlatih kemampuan "Telepati" adalah Anda harus menghidupkan “mesin
mental” di pikiran sadar Anda untuk bersiaga penuh kesadaran, bekerja
sama dengan pikiran bawah sadar Anda.
Keyakinan dan percaya diri Anda adalah hal utama yang harus Anda punyai sebelum memulai berlatih "Telepati".
Karena perlengkapan sebenarnya dari kemampuan "Telepati" adalah pada
bagian tingkat SADAR PIKIRAN Anda yang dilingkupi oleh perasaan EMOSI
JIWA secara rileks…baik Anda sebagai Pengirim atau Penerima.
Cobalah
berkonsentrasi selama beberapa saat pada BAYANGAN PIKIRAN yang hendak
Anda kirimkan kepada seseorang, juga pikirkan bahwa Anda sangat ingin
memproyeksikan PESAN tersebut dari tempat Anda berada ke beberapa tempat
yang jauh. Kemudian konsentrasikan bahwa si penerima pesan Anda di
beberapa tempat yang jauh dari Anda, bisa menerima pesan dari Anda. Dan,
jangan lupa untuk memberikan segenap perasaan emosi Anda pada saat
berkonsentrasi mengirimkan pesan secara "Telepati" itu. Kekurangan dari
nilai emosional atau jika tanpa ada perasaan emosi yang menyelubungi
pesan…maka itu sering menyebabkan proses "Telepati" menjadi gagal.
Kebanyakan para
Pemula gagal pada tahap awal ini, karena mereka merasa TEGANG saat
melakukan konsentrasi dengan sepenuh emosi jiwa. Ketegangannya biasanya
dilihat dari bahasa tubuhnya yang otomatis sudah menjelaskannya…misalnya
dari alis mata yang berkerut, mata yang dipejamkan dengan sangat rapat,
mengatupkan bibir rapat-rapat sampai monyong atau terlihat dari
otot-otot tubuhnya yang keras menegang saat mencoba berkonsentrasi itu.
Hal-hal TEGANG seperti ini harus Anda hindari…janganlah tegang pada saat
melakukan konsentrasi.
Pada
Latihan "Telepati", semua bagian tubuh dan pikiran haruslah rileks
meskipun tetap konsentrasi dengan tingkat keheningan yang semakin dalam.
Oleh sebab itu, sebelumnya Anda harus melatih diri untuk bisa rileks
dan santai…meskipun dalam waktu bersamaan sedang melakukan KONSENTRASI
PIKIRAN.
Dengan
mencapai kondisi atau keadaan rileks dan santai secara FISIK dan
PIKIRAN, maka Anda sebagai si Pengirim pesan "Telepati" akan mendapatkan
gambaran mental yang jelas, beserta balutan emosi Anda di sana. Gambaran
mental yang Anda ciptakan dengan jelas ini juga seiring dengan kemauan
dan kemampuan Anda untuk melatih kekuatan imajinasi visualisasi Anda,
sehingga Anda mampu membentuk dan menggambarkan pesan Anda sejelas
mungkin, yang selanjutnya itu akan otomatis tersimpan di dalam pikiran
bawah sadar Anda…dan bisa Anda gunakan berulang-ulang.
Sumber:
1. id.wikipedia.org/wiki/Telepati
2. wuryanano.wordpress.com/.../mencoba-latihan-telepat...
3. www.fadhilza.com/.../mengasah-kemampuan-telepati....
4. laely.widjajati.photos.facebook/ASSALAMU'ALAIKUM-Wr-Wb-Met-Pagi-Smuanya-.....
5. laely.widjajati.photos.facebook/Jangan pernah katakan umurlah telah bertambah, tapi.....
6. laely.widjajati.photos.facebook/NARSIS dulu sm MBAKKU......
7. laely.widjajati.photos.facebook/Anak2 (10 Th Yg Lalu).......
0 komentar:
Posting Komentar