Senin, 09 Januari 2012

"Menangkap Basah Si Pembohong"

"Meski kita mati-matian menutupi ke"bohong"an dengan gerak-gerik yang direkayasa sedemikian rupa, pasti ada yang terungkap lewat bahasa tubuh. Sekecil apapun. Pasalnya ucapan dan tingkah laku selalu berhubungan."

"Apa yang kita rasakan terwujud dalam tingkah laku", kata  ahli bahasa tubuh  Lorna Marshall dalam buku The Body Speaks (Methuen). Tertarik untuk mencoba? Ikuti saja temuan FBI ini, niscaya anda dapat langsung membuka kedok si penipu ulung dalam sekejap!

1. KATA-KATA YANG TERUCAP.

Para "pembohong" selalu berusaha menghilangkan jejak diri saat bercerita. Secara alami, saat ber"bohong" seseorang merasa tidak nyaman. Karena itu mereka akan mengambil jarak dengan ke"bohong"an yang mereka buat sendiri, papar Dr. Wiseman.

Jika orang yang anda interogasi tidak pernah menyebut kata saya, anda patut curiga. Para "pembohong" juga enggan menyebut nama orang yang disangkalnya.

2. PANCING LEWAT PERTANYAAN SAMA.

"Pembohong" biasanya sudah menyiapkan sebuah jawaban. Jadi saat anda bertanya, dia akan serta merta menjawab dengan lancar. Jika anda menanyakan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya, dijamin jawaban itu juga yang meluncur dari mulutnya. Tapi, ketika anda bertanya untuk yang ketiga kalinya, kemungkinan besar ke"bohong"annya akan terbongkar. Bagaimana mungkin?

Manusia punya kecenderungan alami untuk jujur. Ber"bohong" adalah suatu keadaan yang direkayasa secara fisik maupun psikis, kata Mandy Cresswell ahli bahasa tubuh. "Detak jantung dan tekanan darah naik, tenggorokan terasa kering ketika ber"bohong". Jadi cara terbaik untuk mengorek ke"bohong"an seseorang: Ajukan beberapa pertanyaan yang sama beberapa kali. Tanyakan dulu dua kali. Lihat responsnya. Kemungkinan besar mereka akan memberi respons yang sama. Tunggu beberapa saat sebelum anda bertanya ketiga kalinya. Biarkan mereka rileks sebentar dan mengira telah lolos dari kejaran anda. Begitu lengah, sergap dengan pertanyaan sama. Saat itu, secara fisik dan psikis, mereka pasti tidak siap. Jadi kemungkinan besar, mereka akan keceplosan bicara."

3. MATA IKUT BICARA.

Para "pembohong" setengah mati berkonsentrasi memfoluskan tatapan mata mereka ke mata anda. Saking konsentrasinya, bola mata mereka menjadi kering dan membuat mereka lebih sering mengerdipkan mata.

Tes yang lebih akurat adalah dengan memperhatikan arah tatapan mata seseorang ketika sedang mengingat-ingat sebuah peristiwa yang anda tanyakan. Dr. Harry Alder dalam buku NLP in 21 Days, mengatakan: "Mayoritas orang melihat ke arah kanan ketika sedang mereka-reka sebuah cerita atau bayangan (dengan kata lain Sedang ber"bohong"). Jika seseorang sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu yang memang pernah terjadi, mata akan mengarah ke kiri. Itu sebuah tindakan instingtif yang spontan dan hampir tidak mungkin dibuat-buat."

4. "PEMBOHONG" TAK PERNAH LUPA.

Menurut Wiseman, "Kalau jujur, orang itu pasti sulit menceritakan kembali kegiatannya dengan lancar dan teratur sesuai urutan kejadian. Sesekali dia akan merevisi ucapan sebelumnya, "Sampai di rumah, saya nonton TV, eh bukan, saya telepon teman dulu sebentar, baru nonton TV. Tapi kalau "bohong", cerita akan mengalir  selancar air. Pasalnya, si "pembohong" sudah menyiapkan skenario lengkap di kepala", jelasnya. Mereka tidak bakal bilang, 'Sebentar ya, rasanya bukan begitu'. Salah omong pantangan besar bagi "pembohong". Resikonya fatal. Ke"bohong"an bisa terbongkar."  

5. MAKNA SEBUAH SENYUM.

Perhatikan senyum yang tersungging di wajah orang yang dicurigai. Kalau cukup jeli, anda bisa menangkap senyum kaku si penipu, meski hanya beberapa detik. "Senyum yang tulus bentuknya simetris, ujung bibir tertarik ke atas dengan seimbang, terjadi secara spontan, lalu hilang perlahan-lahan", jelas Susan Qulliam, penulis buku Body Language Secrets (Harper Collins). "Senyum itu menggerakkan sekian banyak garis wajah mulai dari hidung sampai sudut mulut, termasuk kerutan di sekitar mata. Biasanya terjadi pada detik ke -48 setelah anda mengatakan sesuatu yang membuat lawan bicara tersenyum"

"Senyum "pembohong" biasanya agak telat dan sedikit asimetris. Satu sisi wajah ingin berkata jujur, tapi sisi lainnya tidak", kata Qulliam lagi. "Pada senyum yang dibuat-buat, otot garis samping hidung dan mata tidak terlalu tertarik, layaknya senyum dingin penjahat di film aksi laga." 

6. SEKELEBAT KEJUJURAN.

Dalam keadaan terjepit, ekspresi asli seseorang terpampang jelas di wajahnya, yaitu sesaat sebelum dia mengenakan 'topengnya'. Para psikolog menyebutnya 'ekspresi mikro'. "Kalau terlewat membaca ekspresi sekelebat itu, gunakan perubahan ekspresi yang terjadi sebagai patokan anda. Ekspresi wajah yang muncul belakangan adalah ekspresi palsu," kata ahli perilaku manusia David J Lieberman dalam buku Never Be Lied To Again (St. Martin's Press).

Seperti kata Mandy Cresswell, "Ekspresi mikro adalah kerutan  kecil di dahi. Dalam keadaan normal, ekspresi wajah seseorang biasanya bertahan beberapa detik, tapi saat ber"bohong", orang cepat sekali mengubah ekspresinya. Terutama saat menghilangkan ekspresi mikro di dahi. Jadi fokuskan perhatian ke daerah itu. 

7. HIDUNG TAK PERNAH BER"BOHONG".

"Tahukah anda bahwa "hidung" kita akan mengembang saat ber"bohong"? "Jadi dongeng Pinokio itu ada benarnya," kata Cresswell. Saat ber"bohong", tubuh akan bereaksi akibat aliran darah yang berlebih di wajah. Ada orang yang wajahnya langsung merah. Ada juga yang "hidung"nya memerah dan agak mengembang, kira-kira satu milimeter. Reaksi ini memang tidak terlihat dengan mata telanjang, tapi si "pembohong" akan merasakan sendiri sensasi menggelitik itu di "hidung". Karena secara tak sengaja saat ber"bohong" orang suka memegang "hidung". Ini pertanda jelas kalau mereka ber"bohong".

(Sumber: Majalah Cosmopolitan, edisi Agustus 2002).

"Menjebak Si Pembohong"

"Haruskah menggunakan alat pendeteksi ke"bohong"an untuk membuktikan ke"bohong"an seseorang? Tidak perlu!"


Berterimakasihlah pada sebuah temuan yang fantastis di bidang psikologi. Dengan temuan ini, seorang penipu ulung sekalipun tidak bisa seratus persen menutupi ke"bohong"annya. Sinyal-sinyal yang muncul secara spontan lewat bahasa tubuhnya saat otak mulai merekayasa sebuah cerita, dapat langsung terdeteksi.
Bagaimana memancing si "pembohong" agar mengaku. Ikuti tips dari Mandy Creswell berikut ini:

1. Jangan main tuduh dengan pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan seperti ini, "Kenapa tidak datang?" atau, "Kamu "bohong" ya?". Dia malah akan bersikap defensif dan mempertahankan ke"bohong"annya. Ajukan pertanyaan terbuka seperti ini, "Jam berapa kamu kembali ke rumah?"
2. Tunjukkan bahasa tubuh yang benar. Tatap matanya langsung, miringkan kepala anda ke satu sisi dan majukan tubuh ke arahnya. Jangan silangkan tangan ke depan tubuh. Bahasa tubuh yang terbuka akan mendorongnya berkata jujur.

3. Minta dia mengulang cerita. Simak baik-baik kata demi kata, apakah ada yang meleset dari cerita sebelumnya.

4. Beri dia kesempatan sekali lagi. Kalau dia masih mengulang cerita yang sama, tapi anda tetap tidak yakin, gunakan tak-tik seolah-olah anda tidak peduli lagi pada ke"bohong"annya. Katakan saja begini, "Oke, sekarang bagaimana saya bisa tahu tidak akan terjadi seperti ini lagi?" Ucapan ini mengesankan anda memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri. Walhasil, dia jadi lebih percaya diri untuk mengaku.

(Sumber: Majalah Cosmopolitan, edisi Agustus 2002).

"Hidung Tak Pernah Berbohong"

"Tahukah anda bahwa "hidung" kita akan mengembang saat "berbohong"?

"Jadi dongeng Pinokio itu ada benarnya," kata Cresswell. Saat "berbohong", tubuh akan bereaksi akibat aliran darah yang berlebih di wajah. Ada orang yang wajahnya langsung merah. Ada juga yang "hidung"nya memerah dan agak mengembang, kira-kira satu milimeter. Reaksi ini memang tidak terlihat dengan mata telanjang, tapi si pem"bohong" akan merasakan sendiri sensasi menggelitik itu di "hidung". Karena secara tak sengaja saat "berbohong" orang suka memegang "hidung". Ini pertanda jelas kalau mereka "berbohong".

(Sumber: Majalah Cosmopolitan, edisi Agustus 2002).


MusicPlaylistView Profile