"Menjadi "guru" "profesional" dan "idaman" merupakan cita-cita semua pendidik. "Profesional" dalam bidangnya dan "idaman" karena kepribadiannya yang menginspirasi".
Berikut ini beberapa kriteria "guru" "profesional" dan "idaman" (menurut Mohammad Faisal, S.Pd):
1. SABAR.
Sabar adalah refleksi dari jiwa yang menahan dari apa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan sekaligus menguatkan diri untuk terus berusaha meraih apa yang diinginkan. "Guru" harus dapat menjadi pribadi yang realistis dengan memahami bahwa kondisi setiap siswanya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan bermodalkan kesabaran, Insya'Allah "guru" dapat memetik kemenangan karena mampu menaklukkan hal-hal yang tidak diharapkan di dalam kelas lewat solusi-solusi bijak dan cerdas.
2. CERDAS.
Membawa "guru" menjadi pribadi yang mempunyai kapasitas keilmuan yang lebih dari pada siswa. Meski tidak jarang, sekarang ini, banyak siswa yang kecerdasannya melebihi "guru". Kapasitas seseorang sangatlah ditentukan dari cara dia berbicara. "Guru" harus memperkaya khazanah keilmuannya dengan selalu belajar melalui sumber-sumber keilmuan yang sesuai dengan perkembangan ilmu itu sendiri. Karena semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang, maka semakin tinggilah kualitas mengajarnya berdasarkan pertimbangannya dalam memilih materi yang disampaikan dengan menampilkan logika berbicara yang mudah untuk dipahami.
3. HUMORIS.
"Guru" yang humoris harus bisa membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. "Guru" yang memiliki nilai humor dapat menjadikan lingkungan sekitar bebas dari rasa takut. Penciptaan lingkungan yang bebas dari rasa takut sangatlah mendukung proses belajar siswa. Dengan demikian, peserta didik yang tidak takut dan tertekan akan berani mengambil resiko untuk terus belajar, meski kadang melakukan kesalahan. Hal ini menjadikan siswa tahu mana yang benar dan mana yang bisa dikembangkan. Pada akhirnya, siswa akan selalu termotivasi dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam proses pembelajaran.
4. PERHATIAN.
Pendidik harus memiliki sense of caring. Peran "guru" sebagai pemerhati keadaan siswa ketika belajar menjadi hal yang utama. Ketika menjalankan peran seperti ini, mereka harus tahu kapan berhenti atau terus dalam menjalankan pengajaran. Dengan kata lain, "guru" harus mampu melakukan pendekatan kepada siswa yang terlihat kesulitan dalam belajar. Perhatian "guru" kepada siswa bisa berupa pemberian solusi/jawaban terhadap kesulitan belajar mereka dan berupa pengakuan dalam bentuk pujian. Pemberian pujian terhadap siswa yang melakukan kebaikan dalam belajarnya, memotivasi siswa lain melakukan hal yang serupa. Dan bagi siswa yang melakukan kesalahan, mereka mengetahui hal yang benar tanpa merasa dinasehati oleh "guru". Mereka dapat belajar melalui kesalahan yang dilakukan sebelumnya.
5. KREATIF.
Saat "guru" humoris menciptakan suasana yang menyenangkan, kreativitas "guru" bisa menciptakan suasana pengajaran yang menyenangkan melalui sistem pengajaran yang bervariasi. "Guru" yang kreativ harus bisa mengimplementasikan berbagai metode pengajaran sesuai kebutuhan, misalnya metode klasikal, diskusi, class project, excursion, dan lain-lain. Kehadiran "guru" yang kreatif akan benar-benar ditunggu oleh para siswanya. Semakin bersemangat siswa belajar, semakin tertantang pula mereka untuk membuat "guru"nya bangga.
Kesimpulannya, untuk menjadi sosok "guru" "profesional" dan "idaman" bagi para siswa tidaklah sulit selama "guru" mau belajar dari proses yang dialami. Jangan hanya terpaku oleh hasil ulangan siswa yang kurang memuaskan. Melainkan lebih kepada suasana belajar yang menyenangkan.
"Guru" dikatakan biasa ketika dia hanya bisa memberitahu. "Guru" dikatakan baik ketika dia bisa menerangkan. "Guru" dikatakan superior ketika dia bisa mendemonstrasikan. "Guru" dikatakan besar ketika dia mampu memberikan inspirasi. Semoga para "guru" bisa menjadi besar dengan inspirasi yang mereka berikan kepada setiap anak didiknya.
(Sumber: Majalah Al-Falah. Edisi 275. Februari 2011).
0 komentar:
Posting Komentar