Sabtu, 21 Mei 2011

"KERETAKAN HUBUNGAN KELUARGA DAN PEMECAHANNYA"

"Keluarga" adalah merupakan kelompok masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah dan atau ibu serta anak."


Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial haruslah lebih dahulu terwujud kesejahteraan "keluarga" baik secara fisik, psikhis, maupun sosial, karena itu semua anggota "keluarga" harus menjalankan peranan dan fungsinya masing-masing baik sebagai ayah, ibu maupun sebagai anak, sehingga keutuhan hubungan antar anggota "keluarga" dapat terpelihara dengan baik.

Kesejahteraan adalah merupakan keinginan dan cita-cit setiap umat manusia dimanapun itu berada. Di dalam pencapaian cita-cita tersebut, manusia adakalanya bisa mendapatkan atau mencapai cita-citanya dengan lancar, namun juga tidak sedikit pula yang mengalami atau mendapat hambatan sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian pula demi terwujudnya kesejahteraan "keluarga", ada "keluarga" yang lolos dari hambatan dan tidak sedikit pula "keluarga" yang mengalami keretakan sehingga terjadi perceraian yang akan membawa akibat yang lebih panjang lagi.

Dewasa ini tidak jarang terjadi masalah sosial yang dilatarbelakangi oleh keretakan hubungan "keluarga" atau perceraian, sehingga tidaklah salah kalau kita meramalkan bahwa dengan meningkatnya perceraian akan diikuti pula dengan meningkatnya masalah sosial yang terjadi. Hal ini dapat kita ambil salah satu contoh kaasus, yaitu tentang Poeji Hajiatmoko sebagai pelaku pembunuhan di Tumpang Malang. Pelaku dalam kasus pembunuhan tersebut adalah berasal dari "keluarga" yang mengalami keretakan (broken home). Dan masih banyak lagi masalah sosial yang diakibatkan oleh perceraian misalnya masalah pelacuran, keterlantaran, kenakalan remaja dan sebagainya.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, maka masyarakat haruslah ikut berpartisipasi dalam memelihara serta meningkatkan kesejahteraan "keluarga". Di dalam usaha-usaha semacam inilah pekerja sosial (Social Worker) memegang peranan penting dalam masyarakat demi terwujudnya kesejahteraan yang merupakan cita-cita dari setiap manusia.


SEBAB-SEBAB RETAKNYA HUBUNGAN "KELUARGA".

Di dalam kehidupan ber"keluarga" tidak jarang terjadi peristiwa keretakan hubungan antar anggota "keluarga", baik antara suami istri maupun antara orang tua dengan anak. Retaknya hubungan "keluarga" tersebut ada beberapa alternatif penyebabnya, antara lain adalah:

1. Tidak adanya puas di dalam hubungan sexual antara suami istri.

Kepuasan dalam hubungan sexual suami istri adalah merupakan salah satu unsur "keluarga" sejahtera. Apabila dalam hubungan sexual ini salah satu pihak suami atau istri tidak mengalami kepuasan, biasanya ada kecenderungan untuk mencari kepuasan sexual tersebut di luar rumah. Dan kemudian ada kemungkinan terjadinya poligami dan atau perceraian dalam "keluarga" tersebut. Hal ini bagi istri yang hidupnya sangat menggantungkan diri kepada suami akan merupakan pukulan yang sangat berat dalam hidupnya. Anakpun akan merasa kehilangan akasih sayang dari orang tuanya.

2. Faktor agama/ideologi dan budaya yang berbeda antar suami dan istri.

Perbedaan agama/ideologi dan kebudayaan antara suami dan istri sering menyebabkan cekcok dalam rumah tangga. Suami dan istri saling mempertahankan agama serta kebudayaannya masing-masing, sehingga tidak ada kesesuaian di antara keduanya, kemudian akhirnya suami dan istri mengambil jalan sendiri-sendiri, sehingga mengakibatkan kebingungan bagi si anak.

3. Sejarah terbentuknya "keluarga".

Yang dimaksud sejarah terbentuknya "keluarga" di sini adalah dasar mereka membentuk perkawinan, apakah mereka kawin atas dasar saling mencintai atau atas paksaan dari orang lain (termasuk orang tuanya). Unsur cinta dalam kehidupan rumah tangga merupakan salah satu syarat yang harus ada sehingga "keluarga" tersebut akan mengalami kebahagiaan yang benar-benar tidak terpaksa (bukan kebahagiaan semu).

4. Faktor campur tangan orang lain dalam "keluarga".

Campur tangan orang lain dalam urusan rumah tangga sering mengakibatkan konflik antara suami istri. Misalnya saja campur tangan orang tua si istri (atau saudara-saudaranya) akan menyinggung perasaan suami8, atau sebaliknya, sehingga antara suami istri sering bertengkar karena masalah sepele.

5. Hubungan suami istri yang tidak wajar ditandai oleh sifat egoisme.

Suami istri yang masih mempertahankan sifat egoismenya, tidak akan mengalami kebahagiaan yang sejati, karena diantara keduanya masih ada gape yang memisahkannya tidak akan terwujud penyesuaian diri. Suatu misal status sosial dari "keluarga" suami lebih tinggi dari pada "keluarga" istri, sehingga suami menganggap bahwa istrinya lebih rendah. dari pada dirinya atau pun sebaliknya. Hal semacam ini akan mempengaruhi pola kehidupan mereka sehari-hari.

6. Ketidak-adanya saling pengertian antara orang tua dengan anaknya dalam soal nilai-nilai hidup.

Nilai-nilai hidup antara anak dengan orang tua memang berbeda, disini perlu pengertian diantara keduanya. Ketidak-adanya pengertian orang tua terhadap nilai-nilai anaknya akan menyebabkan anak tidak menyayangi orang tuanya dan merasa tertekan serta merasa tidak kerasan tinggal di rumah, sehingga akan mencari ketenangan di luar rumah dengan menggabungkan diri dengan anak-anak yang mempunyai nasib yang sama. Dengan teman-temannya itulah mereka membentuk group-group yang tidak terarah sehingga timbullah apa yang dinamakan masalah 'Kenakalan Remaja'.

7. Faktor kesibukan orang tua di luar rumah.

Kesibukan orang tua di luar rumah akan mengurangi perhatian serta kasih sayangnya terhadap anak, karena antara ayah, ibu dan anak jarang sekali bertemu muka sehingga kebutuhan yang bersifat kejiwaan tak akan bisa terpenuhi. Dengan demikian keharmonisan hubungan "keluarga" tidak dapat tercipta dalam "keluarga" tersebut.

8. Sebab-sebab lain baik yang berasal dari dalam (Psikologis "Keluarga") maupun yang berasal dari luar (Sosial, Ekonomi "Keluarga").

Faktor psikologis "keluarga" juga sangat mempengaruhi pola kehidupan dalam "keluarga", yakni kematangan kejiwaan suami istri dalm mengurusi/menyelesaikan problema-problema yang ada dalam kehidupan rumah tangga. Apabila perkawinan mereka dilaksanakan pada waktu mereka belum dewasa, maka perkawinan mereka akan berantakan karena mereka belum mampu untuk mengatasi problem-problem yang terjadi dalam "keluarga".
Faktor sosial ekonomi mempengarbuhi keharmonisan dalam kehidupan rumah tangga, dan akan mengakibatkan keretakan dalam "keluarga". Misalnya saja "keluarga" yang sosial ekonominya lemah, karena tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, sang istri terjun sebagai pelacur atau suami jadi seorang pencuri. Dengan demikian anak-anaknya akan mendapat pendidikanyang rusak pula. Atau sebaliknya, "keluarga" yang kehidupan sosial ekonominya terlalu mewah, sehingga "keluarga" tersebut sudah tidak memperhatikan kebutuhan yang bersifat psikologis, karena mereka telah berpandangan bahwa nilai material lebih tinggi dari pada manusia. KAlau sudah begitu tidak akan lagi tercipta suasana kemesraan serta keharmonisan dalam kehidupan "keluarga" tersebut.


AKIBAT KERETAKAN HUBUNGAN "KELUARGA".

Adapun keretakan hubungan dalam "keluarga" itu ada yang dapat dinetralisir sehingga tidak sampai mengakibatkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan, misalnya saa suami istri mengambil jalan sendiri-sendiri dan bercerai. Namun tidak jarang pula "keluarga" yang tidak bisa mempertahankan keutuhan kehidupan rumah tangganya sehingga mereka mengambil jalan untuk berpisah atau bercerai. Perceraian itupun tidak akan berhenti sampai disitu saja, akan tetapi masih ada akibat-akibat selanjutnya, yaitu antara lain:

1. Memberi pengaruh yang tidak baik bagi anak yang masih dalam taraf pertumbuhan, karena si anak kehilangan kasih sayang dari orang tua.

2. Dapat mengganggu proses pembentuka anak, misalnya anak menjadi penakut, minder, jahat dan sebagainya.

3. Merupakan pengalaman yang sangat pahit bagi pihak suami maupun istri, karena mengalami kegagalan dalam membentuk kehidupan rumah tangga.


PEMECAHAN MASALAH.

Dalam masalah ini masyarakat juga sudah ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan perkawinan (rumah tangga), yakni dengan jalan mendirikan Badan-badan Sosial yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesejahteraan "keluarga". Badan-bdan Sosial tersebut antara lain adalah Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (BP4), Biro Konsultasi "Keluarga", Biro Konsultasi Perjodohan.

Hal-hal yang dapat diharapkan dari Badan-badan Sosial tersebut demi terwujudnya kesejahteraan dalam kehidupan "keluarga" antara lain adalah:

1. Memberikan nasehat kepada mereka yang akan menjalani hidup perkawinan.

2. Memberikan nasehat kepada mereka yang mengalami kesulitan dalam mengatasi problema hidup perkawinan.

3. Membantu dan menyelesaikan perceraian bagi mereka ("keluarga") yang mempunyai masalah yang sudah parah, dalam arti mengusahakan dan mempertahankan keutuhan rumah tangga apabila masih ada kemungkinan.


Dalam kesempatan ini penulis juga akan memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat demi terwujudnya suatu keadaan sejahtera dalam kehidupan "keluarga" yang telah menjadi cita-cita semua umat manusia. Hendaknya masyarakat (Badan-badan Sosial) lebih meningkatkan usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan "keluarga" yang antara lain bertujuan:

1. Memberikan bimbingan mengenai kehidupan "keluarga" yang sejahtera dan harmonis.

2. Mempertinggi taraf hidup bagi "keluarga" baik secara fisik, psikhis maupun sosial.

3. Mendorong terbentuknya perkembangan kepribadian yang lebih matang, kuat dan mantab, sehingga mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan "keluarga".

4. Mendorong perkembangan fungsi sosial, memuaskan dalam menjalankan fungsi serta peranan sebagai anggota "keluarga".

Senin, 16 Mei 2011

"KESUSAHAN SEBAGAI UJIAN"

Saat itu tanggal 16 April 2011, ada pemberitahuan dari Ade' saya di Batu Ampar, bahwa saya akan mendapat "kesusahan".


Astaghfirullah....., pemberitahuan Ade' saya ini benar-benar membuat diri saya ketakutan luar biasa. "Kesusahan" apa gerangan yang akan menimpa diri saya. Ya Allah... Saya selalu mengucapkan do'a.... Janganlah aku Engkau beri "Ujian" yang kiranya aku tidak mampu untuk menanggungnya..... Ya Allah.... Kuatkanlah imanku, berilah aku kesabaran untuk menanggung "kesusahan" yang akan Engkau berikan kepadaku.

Pada tanggal 03 Mei 2011, adik saya di Blitar menelepon, kalau Bapak saya sakit sekarang dibawa ke dokter dan disarankan untuk opname di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Atas pertimbangan saudara-saudara saya akhirnya Bapak saya dibawa ke Sidoarjo untuk opname di RSUD Sidoarjo.

Tepat pukul 02.30 WIB tanggal 04 Mei 2011, Bapak saya sampai di UGD RSUD Sidoarjo. Bapak saya diantar kedua adik saya beserta istrinya. Alhamdulillah..... Bapak saya segera ditangani oleh para perawat dan dokter di RSUD Sidoarjo. Kondisi Bapak saya sangat memprihatinkan. Tubuhnya bengkak semua, kondisinya sangat jauh berbeda pada saat saya dan teman-teman saya menjenguk beliau pada tanggal 22 April 2011 yang lalu. Bapak saya sulit bicara... Bapak saya sering mengucap ... Lailahailallah... dan kalimat itu diucap berulang-ulang.... Kadang Bapak saya mengucap dengan lengkap Subhanallah wal hamdulillah walailahailallah huallah hu akbar...

Ya Allah.... Inikah "kesusahan" yang menimpa diri saya? Bapak saya sulit bicara, tidak tahu siapa anaknya satu per satu... Namun Bapak saya selalu mengucapkan kalimat Lailahailallah... berulang-ulang. Ya Allah.... Mudah-mudahan saya dan saudara-saudara saya diberi kesabaran untuk menanggung "ujian" ini.

Bapak saya opname selama 3 hari di RSUD Sidoarjo. Karena dokter sudah mengijinkan untuk pulang. Pembengkakan tubuh beliau sudah sembuh, namun masih harus kontrol dua minggu sekali. Beliau sakit komplikasi (pembengkakan jantung, tekanan darah tinggi dan diabetes melitus). Bapak dirawat di rumah kakak saya sebagai saudara tertua. Mudah-mudahan kakak saya diberi kekuatan dan kesabaran untuk menanggung "kesusahan" ini. Ya Allah.... Berilah kekuatan saya dan saudara-saudara saya serta berilah kesabaran untuk menanggung "ujian" ini.

Terima kasih Ade' atas pemberitahuanmu. Smoga mbakmu ini diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi "ujian" dari Allah ini.... Saya minta do'amu smoga Bapak saya cepat sembuh dan dapat kembali pulih seperti semula. Semoga saudara-saudara saya bisa menjadi kekasih Allah dengan "ujian" ini.

Senin, 25 April 2011

"DEFINISI BUDAYA"

"Hosfiede ingin menegaskan betapa pentingnya "budaya" ketika ia menganalogikan "budaya" sebagai 'software of the mind'. "Budaya" adalah penggerak manusia. Tanpa "budaya" manusia hanyalah sosok makhluk tanpa makna.


"Budaya" menentukan seperti apa kehidupan yang dijalani manusia. Kroecher dan Kluckhon melakukan identifikasi definisi "budaya" dan menemukan 169 definisi berbeda. Keragaman ini menampakkan bahwa betapa beragamnya sudut pandang yang digunakan untuk melihat "budaya". Mereka yang tertarik dengan masalah intelektual, maka akan mempunyai perbedaan dengan yang tertarik kepada masalah emosional, sehingga akan terjadi perbedaan pandangan mengenai definisi "budaya".

"Budaya" pada umumnya banyak dipengaruhi oleh dimensi kehidupan manusia, bisa latar belakang keluarga, pengalaman hidup, pendidikan, sosial, pengalaman traumatic psychologis. Van Peursen menyatakan ke"budaya"an sebagai proses belajar yang besar, berarti "budaya" merupakan sebuah proses yang hidup dan terus berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Loentjaraningrat, membagi "budaya" ke dalam 7 unsur, yakni sistem religi dan ritual keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pemcaharian hidup dan sistem ideologi dan peralatan.

Definisi lainnya diberikan oleh Herskovits, yang mendefinisikan "budaya" sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya ("culture" is the human-made part of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, asalkan merupakan proses untuk terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka dapat disebut "budaya"

Harry C Triandis, pakar psikologi lintas "budaya" terkemuka, menyatakan bahwa "Culture" is to society what memory is to individuals. Triandis memilah adanya objective "culture" dan subjective "culture". "Budaya" objektif adalah segala sesuatu yang bersifat memiliki bentuk nyata, seperti komputer, alat transportasi, alat komunikasi dan sebagainya. Sedangkan "budaya" subjektif adalah segala sesuatu yang bersifat abstrak, misalnya norma, moral, nilai-nilai dan sebagainya.

Shinobu Kitayama menganalogikan peran "budaya" bagi manusia seperti peran air bagi ikan (What "culture" is to humans is what water to fish). Tanpa air ikan mati, manusia pun akan menjadi bukan manusia tanpa "budaya". Sebagaimana air menentukan kehidupan ikan. "Budaya" menentukan seperti apa kehidupan yang dijalani manusia. Air yang berbeda akan membuat ikan berperilaku beda. Demikian pula "budaya" yang berbeda akan membuat manusia berbeda.

Hofstede menganalogikan "budaya" dengan software pada komputer ("Culture" is the software of the mind) untuk menjelaskan peran "budaya" bagi kehidupan manusia. Software merupakan denyut kehidupan bagi komputer. Tanpa software, komputer hanyalah benda yang tidak berguna. Hosfiede ingin menegaskan betapa pentingnya "budaya" ketika ia menganalogikan "budaya" sebagai 'software of the mind'. "Budaya" adalah penggerak manusia. Tanpa "budaya" manusia hanyalah sosok makhluk tanpa makna

Minggu, 24 April 2011

"WISATA RITUAL, BELANJA DAN KULINER"

"Tanggal 22 April 2011 adalah Hari Libur Nasional yang sangat indah apabila kita dapat melakukan kegiatan yang membuat fresh. Salah satunya adalah  "Wisata Ritual" sekaligus "wisata belanja" dan "wisata kuliner"




Tepat pukul 08.00 WIB, rombongan kami berangkat "wisata". Dalam perjalanan, rombongan kami mampir Jombang, rumah orang tua Mbak Yuni (salah satu anggota rombongan). Disini kami disuguhi beraneka macam makanan, minuman dan buah-buahan. Rupanya disini kami sudah mulai menikmati "wisata kuliner". Semua makanan terasa sangat nikmat. Alhamdulillah dan terima kasih atas sambutan dari keluarga Mbak Yuni atas kedatangan rombongan kami.

Dalam perjalanan kami merasa lapar, kami mampir ke Rumah Makan Barokah yang sangat terkenal dengan menu ikan 'Uceng' goreng. Rombongan kami sangat menikmati makanan yang dihidangkan oleh Rumah Makan ini. Indahnya "wisata kuliner" ini. Semuanya benar-benar sangat menikmati "wisata" hari ini. Di Rumah Makan ini adik Mbak Yuni menemui rombongan kami. kemudian memandu rombongan kami untuk menuju ke Makam Bung Karno sebagai rangkaian "wisata" kami. 

Sekitar pukul 11.30 WIB, rombongan kami sampai di Kompleks Makam Bung Karno, Sang Proklamator, Presiden Republik Indonesia yang pertama. Sebelum ke makam rombongan kami melaksanakan sholat Jama' Takdim Dhuhur dan Ashar di Masjid sebelah makam Bung Karno. Selain rombongan kami, banyak rombongan lain yang melaksanakan "wisata ritual" di makam Bung Karno. "Wisata" ini menjadi sangat indah karena kita dapat berziarah di makam Sang Proklamator. Kami mendo'akan arwah beliau mudah-mudahan dapat tenang dan diterima di sisi-Nya dan dosa-dosa beliau mudah-mudahan diampuni oleh Allah SWT. Amiin..... Kami juga sempat berfoto ria di tempat ini. Setelah berziarah ke makam, kami sempat ber"wisata belanja" di kompleks pemakaman ini. Rombongan kami benar-benar menikmati "wisata belanja" ini.

Setelah menyelesaikan  "belanja"nya rombongan kami melanjutkan perjalanan "wisata". Rombongan kami dipandu oleh Adik Mbak Yuni untuk keluar dari kompleks makam Bung Karno untuk menuju obyek "wisata" berikutnya. Terima kasih atas bantuan keluarga Mbak Yuni. semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Rombongan kami akan mampir di rumah saya di desa Banjarsari Selorejo Blitar. Sepanjang perjalanan kami melewati pemandangan yang sangat indah. Hamparan sawah menghijau, gunung-gunung yang kelihatan biru sangat indah. Hutan belantara yang masih kelihatan subur. Pemandangan-pemandangan yang tidak kita jumpai di kawasan perkotaan. Benar-benar "wisata" yang sangat indah dan dapat membuat fresh pikiran yang ruwet.

Sekitar pukul 15.30 WIB, rombongan kami sampai di rumah saya. Tempat kelahiran yang sangat indah. Udara sejuk menambah nikmatnya "wisata" ini. Bapak dan adik saya sudah menunggu kedatangan rombongan kami sejak tadi pagi. Semua anggota rombongan menikmati "wisata" ini. Ada yang mancing di kolam, ada yang berkebun (memetik terong ungu, mengambil sirih, dan lain-lain). Adik saya juga menghidangkan menu masakan urap-urap, ikan dan ayam bumbu santan. Es kelapa muda juga dihidangkan  oleh adik saya. Kami sangat menikmati "kuliner" hidangan adik saya. Saya juga masih sempat menerapi Bapak saya, mudah-mudahan Bapak saya sehat kembali. 

Setelah puas "wisata" di rumah saya, rombongan kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi "wisata" berikutnya. Sepanjang perjalanan kami sangat menikmati "wisata" ini walaupun hari telah mulai gelap. Sekitar pukul 19.30 WIB, rombongan kami sampai di Hotel Roro di Jalan Pesarean Gunung Kawi, yaitu tempat "wisata ritual" sekaligus "wisata belanja". Setelah semua mendapat kamar, kami membersihkan diri, kemudian jalan-jalan untuk "wisata belanja". Setelah itu rombongan kembali ke hotel untuk berkumpul. Acara kami adalah silaturahmi 'pamit' karena saya mutasi untuk pindah tugas ke Instansi lain. Acara berjalan sangat santai dan penuh kekeluargaan. Terima kasih kepada teman-teman yang telah mempersiapkan dan menyelenggarakan acara ini. Mudah-mudahan silaturahmi ini akan tetap terjalin sampai hayat dikandung badan. 

Setelah acara silaturahmi berakhir, sekitar pukul 21.00 WIB, rombongan kami melanjutkan "wisata kuliner" untuk menghangatkan badan dan suasana malam yang sangat dingin karena udara pegunungan. Kami semua menikmati hidangan di rumah makan ini. Ada mie rebus, pisang keju panggang, ronde, angsle, susu, skoteng dan lain-lain makanan dan minuman yang serba panas. Setelah menikmati "wisata kuliner", rombongan kami melanjutkan "wisata ritual". Kami ingin berziarah ke makam Mbah Njugo dan Mbah Iman Sujono. Kami hanya melihat-lihat dari luar, karena pada saat ini bersamaan dengan acara rombongan lain yang melaksanakan hajatan di lokasi pemakaman. Rombongan kami kembali ke hotel sambil menikmati "wisata belanja" di sepanjang Jalan Pesarean Gunung Kawi. 

Sekitar pukul  22.30 WIB, kami sampai di hotel. Saya melanjutkan tugas kemanusiaan karena anggota rombongan kami ada yang membutuhkan terapi. Terapi sambil ngobrol di kamar hotel. Kami saling bertukar ceritera karena sepertinya tidak bertemu lama. Selitar pukul 00.30 WIB, setelah selesai terapi, teman-teman kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Sekitar pukul 05.30 WIB, kami jalan-jalan pagi untuk menikmati pemandangan di kompleks "wisata" Gunung Kawi. Kami menuju lokasi "wisata" pemandian Sumber Urip. Kami berfoto-foto disana sambil santai untuk menikmati pemandangan alam yang sangat indah. Setelah itu kami menuju lokasi "wisata" Sumber Waras. Disitu kami mengambil air untuk cuci muka dan berfoto-foto. Setelah itu kami kembali ke hotel. Di sepanjang perjalanan pulang, teman-teman masih melanjutkan "wisata belanja" dan membeli jajanan yang ada di sepanjang jalan Pesarean. Setelah sampai di hotel, kami berkemas-kemas untuk melanjutkan perjalanan "wisata". Sebelum meninggalkan hotel, kami sarapan terlebih dahulu. Kami menikmati hidangan nasi goreng yang telah disiapkan oleh hotel.

Sekitar pukul 08.30 WIB, rombongan kami meninggalkan hotel. Untuk menuju parkiran mobil, teman-teman masih melanjutkan "wisata belanja" yang belum terselesaikan. Ada yang membeli aksesoris, pakaian, ketela ubi, pisang dan lain-lain. Setelah puas menikmati "wisata belanja" di Kompleks "Wisata" Gunung Kawi, rombongan kami baru melanjutkan perjalanan untuk menuju lokasi "wisata" berikutnya.

Sekitar pukul 11.30 WIB, rombongan kami sampai di Masjid Tiban Turen Malang. Bagitu ramainya tempat "wisata" ini. Mereka ingin menikmati indahnya keagungan Masjid Tiban yang begitu megah. Alhamdulillah..... Saya masih diberi kesempatan untuk menikmati "wisata ritual" yang sangat indah ini. Kita melaksanakan sholat Jama' Dhuhur dan Ashar di kompleks Masjid Tiban. Setelah sholat, kami menikmati makan siang terlebih dahulu di kompleks "wisata" ini.  Setelah itu kita masuk untuk berkeliling Masjid Tiban, yang terdiri dari 9 lantai. Semua anggota sangat menikmati "wisata ritual" ini. Kami berkeliling dan sambil menikmati "wisata belanja" di Masjid Tiban ini. Berbagai macam barang dijual di lantai 7,8 dan 9. Ada aksesoris, pakaian, mainan, makanan, minuman dan lain-lain. Rombongan kami sangat menikmati "wisata" ini.

Sekitar pukul 16.00 WIB, rombongan kami meninggalkan kompleks Masjid Tiban untuk melanjutkan perjalanan pulang. Kami mampir untuk mengunjungi Ibu dari Mbak Nanik yang opname di salah satu Rumah Sakit Swasta di Malang. Setelah itu kami melanjutkan "wisata kuliner". Rombongan kami mampir ke Bakso Kota Cak Man Malang. Nikmatnya....... Betul-betul "wisata kuliner" yang sangat memuaskan. Setelah itu rombongan kami melanjutkan perjalanan pulang.

Kami sangat gembira dengan perjalanan "wisata" ini. Gelak tawa kami dan anak-anak kami selalu terdengar di sepanjang perjalanan "wisata" ini. Semoga tali persaudaraan dan kekeluargaan yang telah terjalin ini akan se lalu ada untuk selamanya. Sekitar pukul 20.30 WIB, rombongan kami sampai di rumah saya di Sidoarjo. Mereka dijemput keluarga masing-masing di rumah saya. Semoga perjalanan ini menjadi kenangan yang indah yang tak terlupakan bagi semua anggota rombongan kami. Indahnya "wisata" ini.              





























































































MusicPlaylistView Profile