"Putus-asa"
adalah suatu sikap atau perilaku seseorang yang menganggap drinya telah gagal
dalam menghasilkan sesuatu harapan cita-cita".
Ia tidak mau kembali lagi untuk berusaha yang kedua kalinya. Semua umat manusia pasti merasakan "Putus-asa". Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena "Putus-asa" merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat "Putus-asa" itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua ber"Putus-asa" dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak ada yang suka ber"Putus-asa" dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Dalam Islam kita "dilarang putus asa" dan harus beriman kepada takdir. Kita menerima semua ujian karena yakin itu semua sudah ditetapkan oleh Allah.
Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang ber"Putus-asa" dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS.Al Hijr: 56).
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu ber"Putus-asa" dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Az Zumar: 53),
Allah tidak menginginkan kita jadi dokter, kaya raya, atau yang lainnya. Yang dinginkan Allah dari kita hanya takwa. Yaitu mematuhi aturannya dan menjauhi laranganNya. Toh ketika manusia mati, segala harta, jabatan, dan istri yang cantik sudah tidak bermanfaat lagi baginya.
Kita jangan takut dan sedih jika ditimpa musibah berupa ketakutan, kelaparan, kemiskinan, dan kematian. Itu adalah cobaan. Ucapkanlah bahwa kita semua adalah milik atau ciptaan Allah dan kepada Allah kita kembali.
Jika kita sabar, itu akan menambah pahala kita dan mengurangi dosa kita dan surga adalah imbalannya.
”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 155-157).
Kita harus yakin bahwa di balik kesulitan yang menimpa kita, Insya'Allah akan ada kemudahan. Percayalah karena ini adalah janji Allah yang Maha Benar!
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 5-6).
”…Siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Fath: 11).
Diantara sebab-sebab yang dapat menimbulkan ke"Putus-asa"an adalah:
1. Mengingat-ingat musibah sampai tidak bisa melupakannya serta dan membayangkannya sampai tidak mampu menjauhkannya. Karena dengan mengingat-ngingat musibah tersebut, maka dia tidak akan menemukan penghiburnya, dan dengan membayang-bayangkannya, maka dia tidak akan mampu bersabar.
Umar bin Khaththab RA pernah mengatakan, “Janganlah kamu mencucurkan air mata karena mengingatnya.”
2. Penyesalan dan berduka cita yang berlebihan sehingga dia tidak mampu mengambil pelajaran dari musibah yang dideritanya dan tidak mampu mengganti sesuatu yang telah hilang. Dengan adanya penyesalan tersebut, maka penderitaannya akan semakin bertambah, dan dengan duka citanya tersebut akan menambah ke"Putus-asa"annya.
Allah SWT berfirman, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al Hadid: 23).
Sebuah syair juga pernah mengatakan, “Jika kamu mendapat musibah, maka berpegang teguhlah kepada Allah dan meminta keridhaan-Nya. Karena Dzat yang dapat menghilangkan musibah tersebut hanyalah Allah. Jika Allah telah menetapkan ketentuannya, maka tunduklah kepada kekuasaan-Nya. Karena tidak akan ada seorang manusiapun yang dapat mensiasati apa yang telah ditentukan oleh Allah. Ke"Putus-asa"an itu akan memutuskan harapan pelakunya, maka janganlah kamu ber"Putus-asa", karena Allah-lah Dzat yang telah menciptakannya.
3. Banyak mengeluh dan tidak sabar. Sebagaimana hal ini telah disinyalir oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang indah.” (QS. Al Ma’arij: 5) Yakni sabar yang tidak disertai dengan keluhan dan kesedihan yang mendalam.
Anas bin Malik telah meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Tidak dianggap sabar orang yang mendalam kesedihannya.”
Ka'ab Al Ahbar telah menceritakan bahwa dalam kitab Taurat tertulis, “Barang siapa yang ditimpa musibah, lalu mengadukannya kepada manusia, maka sama dengan mengeluh kepada Tuhannya.”
Usaha-usaha untuk tidak mudah terjerumus dalam sifat "Putus-asa", diantaranya:
Ia tidak mau kembali lagi untuk berusaha yang kedua kalinya. Semua umat manusia pasti merasakan "Putus-asa". Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena "Putus-asa" merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat "Putus-asa" itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua ber"Putus-asa" dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak ada yang suka ber"Putus-asa" dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Dalam Islam kita "dilarang putus asa" dan harus beriman kepada takdir. Kita menerima semua ujian karena yakin itu semua sudah ditetapkan oleh Allah.
Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang ber"Putus-asa" dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS.Al Hijr: 56).
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu ber"Putus-asa" dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Az Zumar: 53),
Allah tidak menginginkan kita jadi dokter, kaya raya, atau yang lainnya. Yang dinginkan Allah dari kita hanya takwa. Yaitu mematuhi aturannya dan menjauhi laranganNya. Toh ketika manusia mati, segala harta, jabatan, dan istri yang cantik sudah tidak bermanfaat lagi baginya.
Kita jangan takut dan sedih jika ditimpa musibah berupa ketakutan, kelaparan, kemiskinan, dan kematian. Itu adalah cobaan. Ucapkanlah bahwa kita semua adalah milik atau ciptaan Allah dan kepada Allah kita kembali.
Jika kita sabar, itu akan menambah pahala kita dan mengurangi dosa kita dan surga adalah imbalannya.
”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 155-157).
Kita harus yakin bahwa di balik kesulitan yang menimpa kita, Insya'Allah akan ada kemudahan. Percayalah karena ini adalah janji Allah yang Maha Benar!
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 5-6).
”…Siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Fath: 11).
Diantara sebab-sebab yang dapat menimbulkan ke"Putus-asa"an adalah:
1. Mengingat-ingat musibah sampai tidak bisa melupakannya serta dan membayangkannya sampai tidak mampu menjauhkannya. Karena dengan mengingat-ngingat musibah tersebut, maka dia tidak akan menemukan penghiburnya, dan dengan membayang-bayangkannya, maka dia tidak akan mampu bersabar.
Umar bin Khaththab RA pernah mengatakan, “Janganlah kamu mencucurkan air mata karena mengingatnya.”
2. Penyesalan dan berduka cita yang berlebihan sehingga dia tidak mampu mengambil pelajaran dari musibah yang dideritanya dan tidak mampu mengganti sesuatu yang telah hilang. Dengan adanya penyesalan tersebut, maka penderitaannya akan semakin bertambah, dan dengan duka citanya tersebut akan menambah ke"Putus-asa"annya.
Allah SWT berfirman, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al Hadid: 23).
Sebuah syair juga pernah mengatakan, “Jika kamu mendapat musibah, maka berpegang teguhlah kepada Allah dan meminta keridhaan-Nya. Karena Dzat yang dapat menghilangkan musibah tersebut hanyalah Allah. Jika Allah telah menetapkan ketentuannya, maka tunduklah kepada kekuasaan-Nya. Karena tidak akan ada seorang manusiapun yang dapat mensiasati apa yang telah ditentukan oleh Allah. Ke"Putus-asa"an itu akan memutuskan harapan pelakunya, maka janganlah kamu ber"Putus-asa", karena Allah-lah Dzat yang telah menciptakannya.
3. Banyak mengeluh dan tidak sabar. Sebagaimana hal ini telah disinyalir oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang indah.” (QS. Al Ma’arij: 5) Yakni sabar yang tidak disertai dengan keluhan dan kesedihan yang mendalam.
Anas bin Malik telah meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Tidak dianggap sabar orang yang mendalam kesedihannya.”
Ka'ab Al Ahbar telah menceritakan bahwa dalam kitab Taurat tertulis, “Barang siapa yang ditimpa musibah, lalu mengadukannya kepada manusia, maka sama dengan mengeluh kepada Tuhannya.”
Usaha-usaha untuk tidak mudah terjerumus dalam sifat "Putus-asa", diantaranya:
a) Terpelaharanya
kekuatan iman pada diri seseorang.
b) Meningkatan ketakwaan dan taqarrub kepada Allah SWT.
c) Menjaga harkat
dan martabat serta derajat kemanusiaan.
d) Menjadi orang yang tabah dalam menjalani
kehidupan.
e) Menumbuhkan
kesadaran untuk memicu diri dalam beramal shaleh.
Manusia memang seringkali dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang menyulitkan. Banyak diantara manusia yang bahkan tidak mampu menanggung beban dari permasalahannya sehingga melakukan perbuatan yang "dilarang" agama, seperti bunuh diri, lari dari masalah dengan bersenang-senang, mabuk-mabukan, mengkonsumsi minuman keras dan perbuatan tidak terpuji lainnya. Semua itu adalah bentuk dari ke"Putus-asa"an seseorang terhadap ketentuan Allah SWT.
Segala permasalahan yang kita hadapi hendaknya kita hadapi dengan penuh lapang dada dan keikhlasan. Marilah kita kembalikan segala permasalahan kita kepada Allah SWT., dengan tawakal. Karena "Putus-asa" bukanlah sebuah solusi untuk menghadapi masalah akan tetapi merupakan sebuah kerugian bagi manusia dan bentuk ketidak berdayaan seorang. Padahal Allah senantiasa memberi kesempatan bagi mahlukNya untuk merubah keadaan yang ada pada dirinya, dan Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuan hambaNya.
Sumber:
1. https://www.facebook.com/permalink.php?id...
2. gudepmtsnegerimodelpurwokerto.blogspot.com/.../put...
3. www.republika.co.id › ... › Jejak Islam
4. masjidgabugan.blogspot.com320 × 320Search by image
5. aryginanjar.com733 × 350Search by image
6. ayahalif.blogspot.com400 × 300Search by image
7. www.republikapenerbit.com230 × 350Search by image
8. dewaruci2.wordpress.com720 × 538Search by image
0 komentar:
Posting Komentar