Jumat, 01 Juli 2011

"KEMISKINAN - MASALAH MULTI DIMENSI"

"Keniskinan" adalah suatu kondisi ketidak-berdayaan atas seseorang atau sekelompok orang dalam menyelengarakan kebutuhan hidupnya secara manusiawi."


"Kemiskinan" merupakan masalah "multi dimensi" yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain, yakni:
1. "Dimensi" Ekonomi.
2. "Dimensi" Sosial.
3. "Dimensi" Politik.
4. "Dimensi" Aset dan Akses. 

Ciri "kemiskinan" ditinjau dari "dimensi" ekonomi:
a. Pakaian kumuh.
b. Makanan tidak bergizi.
c. Rumah tidak sehat.
d. Penghasilan tidak menetap.

Ciri "kemiskinan" ditinjau dari "dimensi" politik:
a. Tidak memiliki akses ke sumber kunci.
b. Tidak terlibat dalam pengambilan keputusan.
c. Tidak memiliki daya tawar.
d. Keberadaan usahanya tidak diakui oleh pemerintah.

Ciri "kemiskinan" ditinjau dari "dimensi" sosial:
Tidak dapat berperan dalam kehidupan sosial/kelembagaan masyarakat, karena:
a. Kurang asuhan.
b. Minder, apatis dan fanatisme.

Ciri "kemiskinan" ditinjau dari "dimensi" aset dan akses:
a. Tidak memiliki aset fisik.
b. Tidak memiliki SDM.
c. Tidak memiliki sosial.
d. Tidak memiliki lingkungan.
e. Tidak memiliki akses ke berbagai pusat pengambilan keputusan.

"MASJID TIBAN TUREN MALANG - NAN MEGAH"

"Pada tanggal 23 April 2011, sekitar pukul 11.30 WIB, rombongan kami sampai di "Masjid Tiban Turen Malang". Bagitu ramainya tempat wisata ini."


Ini bukan mimpi. saya dan rombongan benar-benar disana. Bangunan 10 lantai (tingkat)  yang nyata,10 tingkat yang menakjubkan. Aslinya bernama  Ponpes Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, dan selayaknya pondokan, pastinya di dalamnya terdapat "masjid".  

Namun..... ini bukan “masjid" agung, ataupun “Masjid Tiban” sebagaimana cerita-cerita yang selama ini tersebar di masyarakat ataupun sebuah surat kabar lokal yang mengada-ada. Bangunan ini murni pondokan. Ini hanya sekedar pondok pesantren (ponpes), tapi arsitektur bangunan inilah yang membuat pondok pesantren ini lain dari pada yang lain.

Menurut guide yang mengantarkan rombongan saya keliling, Ponpes ini dibangun sejak tahun 1978 di areal tanah seluas 4 ha, dan kira-kira baru 1,5 ha dari luas tanah itu yang digunakan untuk bangunan utamanya. Arsitektur bangunannya sangat menawan. Sangat serius. Ini terlihat di setiap detail ornamennya. Banyak orang tidak menyangka, kalau di sebuah desa kecil, yaitu desa Sananrejo, "Turen", Kabupaten "Malang" berdiri sebuah bangunan yang arsitekturnya dapat membuat para pengunjung  terkagum-kagum. 

Arsitektur yang dipakai bukan hasil ilmu dan imajinasi seorang arsitek yang handal dan termashur. Namun merupakan hasil istikharah si pemilik pondok, yaitu KH Ahmad Bahru Mafdlaludin Soleh. “Jadi kita tak tahu kapan pembangunan ponpes ini selesai. Sekarang sudah 10 lantai dibangun, bisa jadi nanti ditambah atau bisa-bisa dikurangi. Semua tergantung istikharah Kyai Ahmad. Kyai Ahmad juga yang ngepaskan amalan-amalan. Mungkin karena itu, di luar sana muncul berita bahwa bangunan ini adalah "Masjid Tiban". Padahal ini bukan "masjid" tapi ponpes, “ tutur salah seorang santri yang bertugas untuk mengantarkan rombongan saya berkeliling gedung yang sangat "megah" ini.

Saya dan rombongan sangat menikmati indahnya keagungan bangunan "megah" yang sangat terkenal dengan nama  "Masjid Tiban" yang begitu "megah" ini. Alhamdulillah..... Saya masih diberi kesempatan untuk menikmati wisata religi yang sangat indah ini. Kita melaksanakan sholat Jama' Dhuhur dan Ashar di kompleks "Masjid Tiban". Setelah sholat, kami menikmati makan siang terlebih dahulu di kompleks wisata ini.  Setelah itu kita masuk untuk berkeliling "Masjid Tiban", yang terdiri dari 10 lantai (tingkat). Semua anggota sangat menikmati wisata religi ini. Kami berkeliling dan sambil menikmati wisata belanja di "Masjid Tiban" ini. Berbagai macam barang dijual di lantai 7,8 dan 9. Ada aksesoris, pakaian, mainan, makanan, minuman dan lain-lain. Rombongan kami sangat menikmati wisata ini.

Di pintu gerbang utama, terdapat dua buah bangunan mirip guci yang sangat besar dan tinggi berwarna oranye dan biru. Keduanya dipakai untuk pos. Di sisi kanan terletak sebuah taman yang dikelilingi pagar seperti taman bergaya Persia atau India. Di lantai dasar, memasuki pintu utama, lewat lorong yang di sisi kiri kanannya penuh ornamen. Ornamen itu mirip batik dipenuhi bentuk daun atau bunga. Di sisi lain juga ada kaligrafi. Di salah satu lantai juga ada beberapa ruang mirip gua, dipenuhi batu-batu yang diterangi lampu. Sementara di sisi kiri-kanannya beberapa akuarium berjajar dipenuhi berbagai ikan hias.

Semakin lama menyusuri bangunan ini semakin banyak  menemukan keindahan. Ada sebuah kolam lengkap dengan perahu yang penuh hiasan yang biasa digunakan untuk acara foto pre-wedding bagi pasangan calon pengantin. Di pinggir pondok juga ada taman margasatwa. Di situ ada beberapa pasang kijang dan beberapa ekor burung cendrawasih.Keindahan lingkungan gedung ini sangat diperhatikan. Hal ini untuk membuat para pengunjung merasa kerasan berada di tempat ini.

Konon ada cerita yang berkembang di masyarakat, mengapa bangunan ini dinamakan "Masjid Tiban". Pada suatu hari ada seorang dermawan yang menyumbangkan bahan material bangunan. Keesokan harinya bahan bangunan itu telah habis tidak tersisa. Ternyata.... Bahan-bahan bangunan tersebut telah dijadikan sebuah bangunan menyerupai sebuah "masjid" yang dikerjakan oleh seluruh santri di pondok ini dalam waktu semalam. Maka tersiarlah keesokan harinya bahwa di lokasi ini ada "Masjid Tiban". Wallahu'alam.......  Dan setelah itu berdatanganlah masyarakat dari berbagai penjuru untuk membuktikan bahwa di tempat ini ada "Masjid Tiban".

Satu lagi, sebagai ciri khas dari "Masjid Tiban" ini adalah dalam penggalian dana untuk pembangunannya, yaitu memiliki 3 (tiga) prinsip, yaitu:
1. Tidak minta-minta.
2. Tidak tamak'
3. Tidak hutang.
Jadi seluruh bahan bangunan dari "Masjid Tiban" ini adalah dari bantuan secara sukarela yang dikelola oleh pengurus Ponpes Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah. 

Berikut ini gambar-gambar yang berhasil saya ambil pada waktu berada di "Masjid Tiban" yang sangat "megah" ini:
 






 


 


 

 
 
 

 
  
 
 
 
 

 

 

 








Sabtu, tepatnya tanggal 2 Juli 2011, saya berkunjung yang kedua kalinya ke Ponpes Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, yang terkenal dengan nama "Masjid Tiban" itu. Kali ini saya pergi bersama ayah saya dan teman-temannya. Wisata kali ini dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa KH Ahmad Bahru Mafdlaludin Soleh (sang pendiri pondok) adalah sebenarnya masih ada hubungan darah keluarga dengan keluarga saya. Ternyata memang benar bahwa beliau adalah anak turun dari Mbah Syeh Husen (yang dimakamkan di Bangkalan) dari istri kedua. Perlu diketahui bahwa Mbah Syeh Husen mempunyai 3 (tiga) orang istri:
1. Istri Pertama, yang anak turunnya berada di Batu Ampar Pamekasan Madura.
2. Istri Kedua, yang anak turunnya antara lain berada di Turen Malang.
3. Istri Ketiga, yang anak turunnya antara lain berada di Singaraja Bali.

Mbah Syeh Husen, merupakan anak pertama dari Pangeran Mertonegoro (dimakamkan di Lumajang). Pangeran Mertonegoro (adik Pangeran Diponegoro) ini mempunyai 3 (tiga) orang anak:
1. Mbah Syeh Husen (dimakamkan di Bangkalan).
2. Mbah Moertodjo (dimakamkan di Blitar).
3. Mbah Dewi Sekardadu (dimakamkan di Sidoarjo).

Alhamdulillah..... Dari Ponpes Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah ini, bisa kami temukan lagi keluarga kami yang selama ini sebenarnya kami cari-cari. Kami tidak menyangka dibalik "Masjid Tiban" yang terkenal ini, kami dapat menemukan keluarga kami yang tercecer. Mudah-mudahan amalan beliau-beliau ini diridhai dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Dengan adanya "Masjid Tiban" ini beliau dapat memberikan kesenangan/kebanggaan kepada masyarakat, terutama bagi umat Islam. Semoga anak cucu beliau menjadi pejuang-pejuang yang tangguh demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


MusicPlaylistView Profile