"Iblis sendiri yang mengatakan, bahwa ia tidak akan pernah menggoda hamba-hamba yang "ikhlas". Sebenarnya apa arti "ikhlas" yang sesungguhnya sehingga iblis pun tidak berani menggoda?"
Kita seringkali mencari definisi dan arti tentang "ikhlas" dengan logika yang terbatas. Seringkali memaksa supaya dirinya seakan-akan telah paham tentang "ikhlas", padahal kita tahu logika, akal, rasio sama seperti mata dan telinga kita yang mempunyai keterbatasan dalam memandang.
Mengapa kita mencari-cari dari sumber yang lain? Yang tidak ada ujung pangkalnya, padahal jelas-jelas di dalam Al-Qur'an Allah SWT telah membuat definisi dan arti yang konkret tentang apa itu "IKHLAS", yakni di dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-"Ikhlas" Ayat 1-4, yang artinya:
- Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
- Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
- Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.
- dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Ternyata makna "ikhlas" secara definitif dan komprehensif spektrumnya begitu luas. Secara esensial arti "ikhlas" adalah bebas dari syirik, artinya seseorang yang akan melakukan sesuatu perbuatan/ibadah tidak boleh ada rekayasa, tendensi, intrik-intrik, motivasi atau niat yang lain kecuali semata-mata ditujukan kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana maqola Sayidina Ali yang berbunyi:
"Ya Allah aku mengabdi kepada-Mu bukan karena aku takut kepada neraka-Mu, bukan pula aku rakus terhadap surga-Mu, melainkan aku mengabdi kepada-Mu, karena memang Engkau pantas untuk kuabdi."
Betapa berartinya makna Suratul "Ikhlas", yang notabene terdapat kalimat Al-"Ikhlas". Sehingga pada ayat terakhir surat ini harus berkesimpulan bahwa Allah tidak ingin dibagi cintanya kepada hambanaya, Allah akan merasa cemburu manakala ciptaanNya dicintai secara berlebihan.
Ciri-ciri orang "ikhlas":
1. Memberi sesuatu dengan perasaan ringan dan tanpa beban di hati.
2. Ketika tangan terjulur memberi kepada yang diberi, dalam hati berkata: "Ini milik Allah dan saya harus mengembalikan kepada-Nya melalui kamu."
3. Ketika memberi tidak mengharap imbalan atau ucapan terima kasih, yang penting bagi yang diberi merasa bahagia.
4. Tidak mau diperlihatkan orang apalagi disorot media, karena tugas iblis selain menjegal dan menggugurkan amal-amal saleh, juga ia sangat sabar menunggu kapan hamba-hamba yang "ikhlas" gugur amalnya dengan cara dipuja atau diungkit-ungkit.
5. Tidak pernah kecewa walau ternyata amal salehnya berimbas kepada ujian dan cobaan yang menyakitkan.
6. Tidak pernah resah dan gelisah dan tidak pernah bangga dengan keberhasilan, dan tidak pernah merasa sedikitpun sedih bila mengalami kegagalan, sebab yang dicari hanyalah ridha Allah SWT.
7. Beramal karena Ikhsan, Lillah, Billah, Minallah dan Ilallah.
Hadits Qudsi ada yang menyebutkan bahwa "Ikhlas" merupakan rahasia Allah, "Jawabnya suatu rahasia dari rahasia-Ku kata Allah, Aku mempercayakannya kepada hati siapa yang Aku cintai di antara hamba-Ku". (Misykatul Anwar Hadits Ke-32 Ibnu Arabi).
(Sumber: Hakekat "Ikhlas" dan Indahnya Sabar, oleh KH MD Sirojudin).
Kita seringkali mencari definisi dan arti tentang "ikhlas" dengan logika yang terbatas. Seringkali memaksa supaya dirinya seakan-akan telah paham tentang "ikhlas", padahal kita tahu logika, akal, rasio sama seperti mata dan telinga kita yang mempunyai keterbatasan dalam memandang.
Mengapa kita mencari-cari dari sumber yang lain? Yang tidak ada ujung pangkalnya, padahal jelas-jelas di dalam Al-Qur'an Allah SWT telah membuat definisi dan arti yang konkret tentang apa itu "IKHLAS", yakni di dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-"Ikhlas" Ayat 1-4, yang artinya:
- Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
- Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
- Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.
- dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Ternyata makna "ikhlas" secara definitif dan komprehensif spektrumnya begitu luas. Secara esensial arti "ikhlas" adalah bebas dari syirik, artinya seseorang yang akan melakukan sesuatu perbuatan/ibadah tidak boleh ada rekayasa, tendensi, intrik-intrik, motivasi atau niat yang lain kecuali semata-mata ditujukan kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana maqola Sayidina Ali yang berbunyi:
"Ya Allah aku mengabdi kepada-Mu bukan karena aku takut kepada neraka-Mu, bukan pula aku rakus terhadap surga-Mu, melainkan aku mengabdi kepada-Mu, karena memang Engkau pantas untuk kuabdi."
Betapa berartinya makna Suratul "Ikhlas", yang notabene terdapat kalimat Al-"Ikhlas". Sehingga pada ayat terakhir surat ini harus berkesimpulan bahwa Allah tidak ingin dibagi cintanya kepada hambanaya, Allah akan merasa cemburu manakala ciptaanNya dicintai secara berlebihan.
Ciri-ciri orang "ikhlas":
1. Memberi sesuatu dengan perasaan ringan dan tanpa beban di hati.
2. Ketika tangan terjulur memberi kepada yang diberi, dalam hati berkata: "Ini milik Allah dan saya harus mengembalikan kepada-Nya melalui kamu."
3. Ketika memberi tidak mengharap imbalan atau ucapan terima kasih, yang penting bagi yang diberi merasa bahagia.
4. Tidak mau diperlihatkan orang apalagi disorot media, karena tugas iblis selain menjegal dan menggugurkan amal-amal saleh, juga ia sangat sabar menunggu kapan hamba-hamba yang "ikhlas" gugur amalnya dengan cara dipuja atau diungkit-ungkit.
5. Tidak pernah kecewa walau ternyata amal salehnya berimbas kepada ujian dan cobaan yang menyakitkan.
6. Tidak pernah resah dan gelisah dan tidak pernah bangga dengan keberhasilan, dan tidak pernah merasa sedikitpun sedih bila mengalami kegagalan, sebab yang dicari hanyalah ridha Allah SWT.
7. Beramal karena Ikhsan, Lillah, Billah, Minallah dan Ilallah.
Hadits Qudsi ada yang menyebutkan bahwa "Ikhlas" merupakan rahasia Allah, "Jawabnya suatu rahasia dari rahasia-Ku kata Allah, Aku mempercayakannya kepada hati siapa yang Aku cintai di antara hamba-Ku". (Misykatul Anwar Hadits Ke-32 Ibnu Arabi).
(Sumber: Hakekat "Ikhlas" dan Indahnya Sabar, oleh KH MD Sirojudin).
0 komentar:
Posting Komentar