Jumat, 26 Maret 2010

"STROKE DAN CARA UNTUK MENGHINDARINYA"

"Stroke" merupakan gangguan aliran darah di otak sehingga sel-sel otak tidak memperoleh nutrisi dan oksigen yang cukup."


"Stroke" disebabkan oleh pembuluh darah buntu atau karena ada pendarahan. Hanya dalam hitungan menit sampai jam, sel otak yang tidak mendapatkan makanan akan mati.


Sekitar delapan puluh lima persen dari "stroke" disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah atau pembuntuan oleh bekuan darah (Ischemic "Stroke"). "Stroke" yang disebabkan oleh pendarahan disebut hemorrhagic "Stroke".


"Stroke" merupakan salah satu penyebab cacat tubuh dan kematian. Bagi orang tua, tiap pertambahan usia sepuluh tahun, kemungkinan terkena "stroke" naik dua kali lipat. Seringkali, apabila dijumpai "stroke" pada usia di atas enam puluh lima tahun, mayoritas akan berakhir dengan kematian.


Gejala "stroke" biasanya berupa:

1. Mendadak mati rasa, lemah atau kelumpuhan pada wajah, lengan, tangan atau tungkai bawah. Biasanya hanya separuh badan.


2. Sulit berbicara.


3. Penglihatan mendadak kabur.


4. Pusing, kehilangan keseimbangan.


5. Sakit kepala yang hebat, atau sakit kepala tidak seperti biasanya secara mendadak. Kadang disertai leher yang kaku, nyeri pada wajah, ada muntah atau kesadaran menurun.


6. Bingung, sukar berorientasi, hilang ingatan.


Beberapa gejala lain dapat timbul sebelum atau sesudahnya. Misalnya sulit menelan, tidak dapat berjalan, pendengaran hilang, bahkan tidak dapat mengontrol kencing atau berak. Daya ingat, kemampuan berpikir dan belajar, serta orientasi terganggu. Penderita "stroke" tidak dapat berkonsentrasi atau memperhatikan sesuatu. "Stroke" akibat pendarahan dapat menimbulkan rasa mual, muntah, pusing bahkan kesadaran menurun sampai koma.


"Stroke" mayoritas timbulnya secara mendadak tanpa ada tanda sebelumnya. Namun, ada beberapa penderita "stroke" dapat mengalami serangan transient ischemic attack (TIA) terlebih dahulu. TIA adalah serangan mirip "stroke" yang berlangsung hanya sekejap, beberapa detik hingga beberapa menit, dan kemudian menjadi normal kembali tanpa meninggalkan gejala sisa atau permanen. Bila ada TIA, harus segera waspada dan mengobatinya supaya tidak terjadi "stroke" yang sesungguhnya.


Ada beberapa faktor yang dapat membuat seseorang lebih mudah terkena "stroke", antara lain:

1. USIA. Mulai dari usia 35 tahun, tiap kenaikan 19 tahun, maka resiko terkena "stroke" akan naik dua kali lipat.


2. JENIS KELAMIN. Kemungkinan terkena "stroke" bagi pria dan wanita adalah sama. Namun, statistik menunjukkan bahwa wanita yang terkena "stroke" akan lebih cepat meninggal dari pada pria.


3. RAS. Orang berkulit hitam lebih mudah terserang "stroke" dari pada ras lainnya.


4. RIWAYAT KELUARGA. Bila ada orang tua atau saudara yang terkena "stroke", maka kemungkinan mengalami "strole" menjadi lebih besar.


5. TEKANAN DARAH TINGGI. Hipertensi dapat merusak pembuluh darah, mempermudah terjadi plak atau penyumbatan (arteri osklerosis), sehingga lebih mudah terserang "stroke".


6. KOLESTEROL. Bila kolesterol LDL seseorang tinggi sedangkan kolesterol HDL rendah, maka seseorang akan mudah terserang "stroke".


7. MEROKOK. Orang yang merokok akan dua sampai tiga kali lebih mudah terserang "stroke".


8. HIDUP SANTAI. Orang yang jarang bergerak atau berolahraga cenderung lebih mudah mengalami "stroke".


9. DIABETES. Penderita diabetes lebih mudah mengalami arteri osklerosis dan terkena "stroke".


10. PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH. Gangguan kardiovaskuler seperti gagal jantung, penyakit klep jantung, pernah mengalami serangan jantung, atau gangguan irama jantung, mudah memicu timbulnya "stroke".


11. PERNAH "STROKE" ATAU TIA SEBELUMNYA. Apabila seseorang berusia lebih dari 45 tahun dan pernah terkena "stroke", maka kemungkinan terjadi "stroke" ulang menjadi besar, yaitu 10 sampai 20 kali lipat. Demikian pula apabila pernah terkena TIA, resiko terserang "stroke" bertambah besar. "Stroke" sering timbul pada bulan berikutnya setelah TIA.


Pada "stroke" akibat penyumbatan, maka pengobatan yang diberikan adalah untuk menghilangkan sumbatan dan melancarkan aliran darah kembali, antara lain:

1. OBAT ANTI PLATELET. Yakni obat yang menghambat pembentukan bekuan darah, melancarkan darah, sehingga penyumbatan tidak terjadi.


2. ANTIKOGULAN. Obat ini menghambat pembekuan darah.


3. TISSUE PLASMINOGEN ACTIVATOR (TPA). Obat ini menghancurkan bekuan darah, sehingga mengurangi dan mencegah kerusakan otak akibat penyumbatan darah. Harus diberikan segera atau dalam tiga jam setelah terjadi serangan "stroke". Pemakaian yang tidak hati-hati dapat memicu terjadinya pendarahan.


4. PEMBEDAHAN ATAU BALON. Kadang dibutuhkan untuk membersihkan bekuan darah di arteri karotid di leher, yaitu pembuluh darah yang dilewati darah menuju otak, supaya tidak mudah timbul "stroke" ulangan.


Apabila "stroke" yang disebabkan oleh pendarahan, penanganannya berbeda. Tekanan darah harus dikontrol dengan sangat cermat, jumlah cairan infus yang diberikan juga perlu dipantau ketat. Ini untuk mencegah penekanan jaringan otak akibat tekanan di dalam otak yang meninggi. Tindakan pembedahan dibutuhkan untuk menghentikan pendarahan dan membuang bekuan pendarahan, supaya tekanan dalam otak dapat normal kembali.


Tindakan rehabilitasi akan membantu penderita "stroke" untuk memulihkan kekuatan serta kemampuan untuk kembali melakukan aktivitas. Misalnya menambah kekuatan otot, melatih keseimbangan, serta menghilangkan kekuatan sendi. Latihan fisik juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri, dan menghilangkan depresi. Rehabilitasi harus dimulai sedini mungkin, barangkali dalam beberapa hari setelah serangan "stroke" sudah dapat dimulai berlatih. Pasien "stroke" harus dimotivasi untuk mau berlatih. Tanpa berlatih, otot akan semakin lemah dan kecil, sendi semakin kaku. Akhirnya harus terus berbaring dan semakin tidak berdaya.

Kadang beberapa hal diperlukan selama perawatan "stroke". Misalnya oksigen, alat untuk membersihkan lendir di jalan napas, nebulizer untuk menguapi jalan napas, serta pemberian makanan melalui nasogastric tube (pipa melalui hidung ke lambung).


Kita harus selalu melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sehat. Hal ini bukan saja untuk menghindari "stroke", akan tetapi juga untuk mencegah supaya penderita "stroke" tidak mengalami serangan kedua, ketiga dan seterusnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari "stroke" antara lain:

1. DIET SEHAT UNTUK OTAK. Banyak mengkonsumsi buah, sayur, kacang, kedelai, oatmeal dan ikan.


2. HINDARI LEMAK JENUH ATAU KOLESTEROL. Apabila tidak dapat berdiet pantang kolesterol, anda butuh obat untuk menurunkan kolesterol.


3. JANGAN GEMUK. Berat badan berlebihan memicu timbulnya "stroke".


4. OLAHRAGA TERATUR. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah dan membuatnya stabil. Olahraga juga menaikkan kolesterol HDL yang baik untuk pembuluh darah.


5. JAUHI ROKOK DAN ALKOHOL. Rokok dan alkohol dapat merusak pembuluh darah, menimbulkan hipertensi, seseorang menjadi lebih mudah terkena "stroke".


6. KONTROL GULA DAN TEKANAN DARAH. Kunci kesuksesan terletak bagaimana berdiet sehat, berolahraga teratur, mengatur berat badan yang ideal, serta minum obat yang benar.


7. JANGAN STRES. Stres membuat tekanan darah mendadak naik, memicu terjadinya pembekuan darah, dan akibatnya adalah "stroke".


COKELAT TURUNKAN RESIKO "STROKE".

Ada sebuah penelitian mengatakan bahwa makan satu potong cokelat per hari dapat menurunkan resiko serangan jantung dan "stroke" sampai 39 persen.


Penelitian lain juga mengatakan, bahwa makan cokelat 7,5 gram sehari akan menurunkan tekanan darah. Mereka yang makan paling banyak jumlah cokelatnya - rata-rata 7,5 gram per hari --- telah menurunkan kemungkinan serangan jantung dan "stroke" dibandingkan dengan mereka yang makan paling sedikit (rata-rata 1,7 gram per hari).


Penelitian yang diterbitkan dalam sebuah Jurnal Jantung Eropah, menyimpulkan bahwa apabila orang-orang yang makan sedikit cokelat kemudian meningkatkan asupannya enam gram sehari akan mengurangi resiko serangan jantung dan "stroke". Mereka yang makan paling banyak cokelat memiliki 27 persen penurunan resiko serangan jantung dan hampir setengah (48 persen) resiko "stroke" dibandingkan dengan mereka yang makan paling sedikit.


Seorang ahli epidemiologi nutrisi di Jerman, Dr. Brian Buijsse dari Institute of Human Nutrition, Nuthetal Jerman, mengatakan bahwa orang-orang yang makan paling banyak jumlah cokelat berada pada resiko 39 persen lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi cokelat terendah.

(Sumber: Buletin BAZ Edisi XII/Jumadats Tsani 1431 H).


MusicPlaylistView Profile