Jumat, 28 Mei 2010

"INTERAKSI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA"

"Sebagian besar dari kehidupan "manusia", sejak lahir di dunia sampai akhir hayat dikandung badan, terlibat di dalam "interaksi sosial".



Pada saat masih bayi terlibat "interaksi" terutama dengan ibu atau pengasuhnya. Setelah besar terlibat "interaksi" dengan tetangga, teman-teman sepermainan dan teman-teman sekolah. Setelah dewasa terlibat "interaksi" dengan teman-teman seprofesi dan seterusnya. Sangat sulit menemukanmanusia yang menyendiri tanpa melakukan "interaksi" dengan "manusia" lain.


Pada dasarnya "manusia" selalu ingin berkumpul dengan "manusia" lain, selalu ingin bertemu, berbicara atau ingin melakukan kegiatan-kegiatan lain dengan "manusia". Faktor yang menimbulkan dorongan atau keinginan untuk berkumpul dengan "manusia" lain dikenal sebagai 'gregariousness'.


Gregariousness ini pada awalnya dianggap sebagai instink "manusia", artinya sebagai faktor yang dibawa sejak lahir dan tidak dipelajari. Namun..... seiring dengan ilmu pengetahuan, pada saat ini gregariousness tidak dianggap sebagai instink lagi, tapi merupakan faktor yang telah terkondisikan pada diri seseorang. Dengan kata lain, gregariousness pada seseorang tumbuh dengan melalui proses belajar. Seseorang merasa aman atau selalu ingin bertemu dengan orang lain pada saat dia sendiri karena pada dirinya telah terkondisikan dari sejak dilahirkan berada diantara "manusia". Apabila sejak lahir tidak pernah berada diantara "manusia" lain, maka gregariousness pada orang tersebut tidak akan muncul. Artinya orang itu tidak akan merasa ada keinginan berkumpul dengan "manusia" lain --- bahkan akan merasa takut apabila bertemu dengan "manusia".


Dengan demikian dapat dikatakan bahwa "interaksi sosial" terjadi karena faktor kebiasaan yang tumbuh berdasarkan pada proses belajar yang dialaminya.



PENGERTIAN "INTERAKSI SOSIAL".


Di dalam "interaksi sosial", minimal ada dua individu yang terlibat. Individu di dalam "interaksi sosial" memperlihatkan aktion yang berupa perbuatan sebagai reaksi terhadap lingkungannya. Reaksi yang diperlihatkan tidak hanya dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari luar saja, namun dipengaruhi pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan pemuasan. Jadi reaksi yang diperlihatkan tidak hanya berdasarkan pada rangsangan "sosial" saja, namun dipengaruhi pula oleh seleksi individu sesuai dengan pemuasan kebutuhannya. Reaksi yang aktif ini terjadi karena adanya proses belajar pada diri individu.


Tidak akan ada reaksi apabila tidak ada aksi. Tidak akan ada respon apabila tidak ada rangsang. Jadi dalam "interaksi sosial", tidak akan ada aktion-aktion yang berupa reaksi atau respon apabila tidak ada aktion-aktion yang berupa aksi atau rangsang. Supaya terjadi reaksi atau respon, maka harus ada hubungan atau kontak antara individu pemberi rangsang dengan individu yang akan menerima rangsang dan memberikan respon.


Di dalam "interaksi sosial" tidak hanya sekedar ada kontak atau hubungan antar individu saja, namun dalam proses "interaksi sosial" juga harus ada individu yang memperhatikan dan memberikan respon terhadap individu lain yang juga memperhatikan dan memberikan respon terhadap individu pertama. Jadi dapat dikatakan bahwa "interaksi sosial" merupakan proses dimana masing-masing individu yang terlibat di dalam proses "interaksi sosial" saling memperhatikan dan saling menerima serta memberikan respon. Disini jelas bahwa "interaksi sosial" merupakan proses dua arah, dimana masing-masing individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi.



FAKTOR PENUNJANG TERJADINYA "INTERAKSI SOSIAL".


Supaya terwujud suatu situasi "interaksi sosial", maka setiap individu harus:


1. Menerima Rangsang.
Individu dituntut mampu mempergunakan alat inderanya di dalam menerima rangsang yang datang pada dirinya. Baik rangsang berupa suara, cahaya, getaran, temperatur maupun bau-bauan. Individu harus mampu menyadari adanya perubahan yang terjadi pada dirinya karena adanya rangsang. Jika seseorang tidak mampu menerima rangsang yang datang pada dirinya, tentu tidak akan dapat memberikan respon terhadap rangsang tersebut. Orang yang tidak mampu menerima rangsang dan memberikan respon tentu tidak dapat berpartisipasi di dalam "interaksi sosial".


2. Memberikan Respon.
Dalam "interaksi sosial", selain dituntut mampu menerima rangsang, individu juga dituntut mampu memberikan respon. Setelah proses penerima rangsang, individu harus mampu mengolahnya sehingga timbul reaksi atau respon terhadap hasil pengolahan tersebut. Jika individu tidak dapat memberikan respon terhadap rangsang yang datang pada dirinya, si pemberi rangsang tentu saja tidak akan menerima umpan balik. Hal ini berarti antara pemberi dan penerima rangsang tidak terjadi "interaksi" walaupun sudah ada kontak.


3. Terlibat Dalam Proses Belajar.
Di dalam "interaksi sosial", penerima rangsang dan munculnya respon pada diri seseorang berdasarkan pada proses belajar. Manusia tidak terlepas dari proses belajar sejak dia dilahirkan. Jika individu tidak mampu terlibat di dalam proses belajar, dia tidak akan mampu menerima rangsang dan mengolahnya serta memberikan respon terhadap rangsang tersebut.


Ketiga kemampuan di atas merupakan faktor yang mempunyai hubungan erat satu sama lain. Apabila salah satu faktor mengalami hambatan, maka individu tersebut akan mengalami hambatan pula di dalam "interaksi"nya.



SIFAT RESPON ANTAR PERSON.


Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey di dalam bukunya berjudul 'Individual in Society', menyatakan bahwa sifat respon antar golongan, yaitu:


1. Role dispositions, terdiri dari:
a. Sifat berpengaruh (ascendance).
b. Sifat menguasai (dominance).
c. Sifat yang memperlihatkan inisiatif "sosial" (social initiative).
d. Sifat tidak tergantung pada orang lain (independence).


2. Sociometric Dispositions, terdiri dari:
a. Sifat menerima orang lain (accepting of others).
b. Sifat bermasyarakat (sociability).
c. Sifat berteman (friendliness).
d. Sifat bersimpati (sympathetic).


3. Expressive Dispositions, terdiri dari:
a. Sifat berkompetisi (competitiveness).
b. Sifat agresif (aggresiveness).
c. Sifat sadar akan dirinya (self consciousness).
d. Sifat pamer diri (exhibitionistic).



BENTUK "INTERAKSI SOSIAL".


Menurut Horney, ada tiga tipe sifat respon individu pada saat ber"interaksi", yaitu:


1. Bergerak menghadapi orang lain.


2. Bergerak melawan orang lain.


3. Bergerak menjauhi orang lain.



Sebenarnya tipe sifat respon yang ada pada setiap bentuk "interaksi sosial" sama dengan sifat respon antar person di atas. Perbedaannya tipe sifat respon lebih sederhana pengelompokkannya dibandingkan dengan pengelompokkan yang disampaikan oleh Krech, Crutchfield dan Ballachey.

(Sumber: Psikologi Sosial, Oleh Carolina Nitimihardjo).


"Interaksi sosial" akan selalu terjadi dalam kehidupan "manusia" di dunia ini.






0 komentar:


MusicPlaylistView Profile