"Pada hakikatnya manusia memiliki kecenderungan kepentingan yang ber"beda"-"beda". Persoalannya bagaimana caranya supaya kita dapat mencapai titik temu dari segala "perbedaan".
Manusia pada dasarnya adalah Ummatun Wahidah (satu kelompok/umat yang menyatu) dan manusia fungsi dan kedudukannya di muka bumi ini adalah sebagai khalifah, manusia juga sebagai Musta'mir atau pemakmur di muka bumi dan manusia juga sebagai 'Abid yaitu hamba Allah. Prinsip inilah yang menjadikan fitrah manusia sebagai makhluk untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Hanya saja, manusia pada hakikatnya memiliki kecenderungan "perbedaan" kepentingan. Namun, "perbedaan" kepentingan ini seharusnya tidak menjadikan rusaknya hubungan antar manusia. Mereka seharusnya tetap saja hidup dalam kebersamaan. Begitupun apabila dikaitkan dengan "perbedaan" kepercayaan dan agama. Hendaknya kita dapat menghormati dan menahan diri, serta berfikir panjang.
"Perbedaan" dan keragaman adalah hukum alam yang memang merupakan kekuasaan Allah SWT. Justru dengan "perbedaan" dan keragaman itu dimungkinkan adanya kerjasama dan persaingan dalam mengejar kebaikan. Namun..... Kita seringkali melihat "perbedaan" dengan penuh prasangka dan pandangan-pandangan yang negatif. Karena itu kita menganggap setiap yang ber"beda" dengan kita sebagai lawan yang layak ditaklukkan. Dan akibatnya pula kita tidak mampu membina kerjasama yang produktif dengan orang-orang yang kita anggap ber"beda" dengan kita tersebut. Yang selanjutnya berkembang adalah atmosfir kecurigaan dan suasana saling memata-mati menjadi kian mewabah di tengah-tengah masyarakat.
Selanjutnya, "perbedaan" menjadi suatu alasan untuk memicu konflik. Akibatnya, kita kehilangan banyak hal, termasuk hikmah yang tersembunyi di balik "perbedaan" itu sendiri. Padahal Allah telah menerangkan dalam firman-Nya dalam Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 22, bahwa: "Diantara bukti-bukti kebesaran-Nya ialah dengan diciptakannya "perbedaan" di antara manusia." Itulah sebabnya hikmah "perbedaan" laksana ikan yang berenang di air yang bening di balik batu-batu karang yang tajam dan keras. Di satu sisi. "perbedaan" menyimpan keangkeran, namun di sisi lain, "perbedaan" justru menimbulkan suasana ke"indah"an yang menakjubkan.
Bibit pertentangan selalu lahir dari sikap yang tidak mampu menenggang "perbedaan" dan keragaman. Padahal Allah SWT juga telah menjelaskan dalam firman-Nya dalam Al-Qur'an Surat Hud ayat 119, bahwa: "Seandainya Tuhan menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia satu umat (tetapi Tuhan tidak menghendaki itu) sehingga mereka akan terus-menerus ber"beda" pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu."
"Perbedaan" itu "indah" karena dengan adanya "perbedaan" kita akan mendapatkan khasanah perbendaharaan suatu permasalahan yang luas.
0 komentar:
Posting Komentar