Senin, 27 Februari 2012

"Anak Siapa?"

"Ada sepasang suami istri yang hidup sangat bahagia yang dikaruniai 5 orang "anak", yang semuanya cantik-cantik. "Anak-anak"nya sangat hormat dan patuh kepada kedua orangtuanya."


Cerita ini adalah kisah nyata. Hiduplah sepasang suami istri yang sangat harmonis. Mereka dikaruniai "anak-anak" yang cantik-cantik. 5 orang "anak" mereka sangat taat beribadah dan sangat patuh kepada orangtuanya.

Pada suatu hari, sang suami (Adi - nama samaran) pulang kerja dari kantor. Adi turun dari angkot, berjalan menuju rumahnya yang letaknya agak jauh dari jalan raya. Pada saat Adi berjalan, bertemu dengan dua orang wanita. Dua orang wanita ini adalah seorang ibu bernama Nani bersama dengan "anak"nya yang sedang hamil yang bernama Titin. "Anak"nya yang sedang hamil ini jatuh tersandung dan kemudian pingsan. Bu Nani teriak-teriak minta tolong.  Akhirnya Adi menolong Titin yang sedang pingsan dengan membopongnya, dan akhirnya diantarkan ke rumah Nani dengan naik taxi. Setelah sampai di rumah, Titin yang pingsan ini oleh Adi ditidurkan di kamar. Pada saat Adi menidurkan Titin, Bu Nani keluar rumah dan teriak-teriak minta tolong. Adi tersentak kaget, dan keluarlah Adi dari kamar Titib. Di luar kamar sudah banyak orang yang bertanya-tanya kepada Bu Nani. Ada apa sampai berteriak-teriak seperti itu? Bu Nani menangis, sambil bercerita kepada orang-orang yang berkerumun ini, bahwa "anak"nya (Titin) telah dihamili oleh Adi. Adi merasa tidak pernah melakukan apa-apa terhadap Titin. Adi pun menyanggah cerita Bu Nani, namun orang-orang itu tidak ada yang mempercayainya. Karena Adi merasa ketakutan, akhirnya Adi pun lari. Namun, sial nasib Adi. Adi pun dikejar oleh orang-orang yang berkerumun tadi dan dipukuli. Akhirnya Adi dilaporkan ke Polisi dengan tuduhan menghamili Titin.

Adi tidak dapat membuktikan, bahwa dirinya tidak bersalah. Adi pun harus menjalani hidup di balik terali besi. Adi tidak pernah mengakui bahwa dia menghamili Titin. Sampai akhirnya Titin melahirkan. Karena Adi tidak pernah mengakui "anak" yang dilahirkan oleh Titin, maka pihak kepolisian ingin membuktikan sebenarnya yang dilahirkan Titin ini "anak siapa"? Dilakukanlah test DNA, hasilnya sangat menggembirakan --- Karena ternyata "anak" yang dilahirkan oleh Titin bukanlah "anak" Adi. Yang lebih mengejutkan lagi,  hasil itu menunjukkan bahwa Adi adalah laki-laki yang selama ini adalah laki-laki mandul. Adi pun dinyatakan tidak bersalah dan dikeluarkan dari penjara.

Keputusan tidak bersalah ini, malah membuat hatinya teriris-iris dan sangat gundah. Mengapa hal ini bisa terjadi? Adi terus merenung, sejak perjalanan dari penjara sampai rumahnya, Adi malah menangis tersedu-sedu. Adi menyembunyikan perasaannya ini dari istri dan "anak-anak"nya. Adi terus berpikir, kalau Adi dinyatakan mandul, lantas kelima "anak"nya yang telah dilahirkan dari rahim istrinya itu "anak siapa"

Adi sering terlihat melamun. Adi terus berpikir kelima "anak"nya itu "anak" istrinya bersama "siapa"?  Karena wajah kelima "anak"nya itu sangat mirip dengan wajah Adi. Dan selama ini Adi sangat yakin bahwa kelima "anak"nya ini adalah "anak" kandungnya bersama istrinya. Sampai akhirnya Adi tidak dapat menahan perasaan gundahnya ini. Adi menanyakan masalah ini kepada istri tercintanya. Tanpa diduga oleh Adi, istrinya menjawab dengan menangis sambil menyembah Adi.... Istri tercintanya memohon ampunan Adi dan mengakui semua perbuatannya selama ini. Istrinya mengakui bahwa ke lima "anak" yang dilahirkannya memang bukan "anak" hasil hubungannya dengan Adi. Namun "anak-anak" tang dilahirkannya ini  adalah  "anak" hasil selingkuhan istrinya bersama saudara kandung (adik) Adi. Adi pun terdiam sampai tidak dapat berkata-kata. Adi tidak menyangka, bahwa istri yang selama ini sangat dicintainya ini tega mengkhianati cintanya. Setelah beberapa lama terdiam, Adi berbicara dengan lantang dan mengultimatum istrinya, jangan sampai masalah ini diketahui oleh kelima orang "anak"nya.

Kehidupan pun berjalan terus seperti biasa. "Anak-anak" tidak ada satupun yang mengetahui masalah ini. Yang diketahui oleh "anak-anak", bahwa mereka memang benar-benar "anak" kandung Adi.  Dan Adi juga tidak akan pernah menceritakan masalah ini kepada "anak-anak"nya. Adi tidak mau merusak kebahagiaan "anak-anak"nya yang sangat dicintainya. Dan sikap Adi pun tidak berubah terhadap "anak-anak"nya. Adi tetap menganggap kelima "anak" istrinya ini adalah "anak-anak" kandung Adi juga.

Sampai pada suatu hari, istrinya mengalami stroke berat. Dalam keadaan seperti ini, Adi tetap merawat istrinya yang mengalami stroke. Istrinya selalu menangis setiap melihat Adi merawatnya. Adi tidak memperbolehkan "anak-anak"nya merawat ibunya. Adi mengatakan kepada "anak-anak"nya, bahwa perawatan ibunya merupakan tanggung-jawab Adi sepenuhnya. Adi merawat istrinya dengan tulus ikhlas penuh dengan rasa cintanya, walaupun selama ini istrinya telah menyakiti hatinya dengan mengkhianati cintanya.

Adi tidak punya niatan untuk menceritakan masalah rumah tangganya ini kepada "anak-anak"nya. Biarlah "anak-anak" tetap menganggap bahwa mereka adalah "anak" kandung Adi. Sampai kapan pun..... "Anak-anak" berhak berbahagia. Adi tidak ingin merusak kebahagiaan mereka. Adi menginginkan "anak-anak"nya tetap menghormati dan mencintai ibunya. Biarkan istrinya memiliki citra yang baik di mata "anak-anak"nya.

Begitu besarnya cinta Adi kepada istrinya, sehingga Adi mampu menyembunyikan aib istrinya, bahkan terhadap "anak-anak"nya. Dalam keadaan sakitpun Adi tetap merawat istrinya dengan penuh kasih sayang. Bahkan Adi melarang "anak-anak"nya merawat ibunya yang sedang sakit parah itu. Adi tidak mau membebani "anak-anak"nya, karena Adi ingin "anak-anak"nya tetap berbahagia.    

Minggu, 26 Februari 2012

"Minyak Atsiri Kayu Manis"

"Minyak Atsiri" "Kayu Manis" merupakan produk samping dari tanaman "Kayu Manis".


"Minyak" ini hanya memgandung bahan kimia organik yang membentuk aroma khas secara terpadu. Menurut Gildemeister, "Minyak Atsiri" ini mulai diusahakan sejak tahun 1574.

"Minyak Atsiri" dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Di dunia perdagangan "Kayu Manis", produk yang diminta dari "Minyak" "Kayu Manis" didasarkan pada jenis "Kayu Manis" dan asal bahan, yaitu cinnamon leaf oil, cinnamon bark oil, dan cassia oil. Cinnamon leaf oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari daun "Kayu Manis" jenis Cinnamomum zeylanicum. Cinnamon bark oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari kulit. Sedangkan cassia oil adalah "Minyak" yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit "Kayu Manis" jenis Cinnamomum burmanni atau Cinnamomum cassia.

"Minyak" "Kayu Manis" banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk keperluan industri, baik makanan maupun farmasi. "Minyak" "Kayu Manis" Cinnamomum cassia banyak diproduksi di Cina, Vietnam dan Taiwan. Indonesia sendiri memproduksi "Minyak" dari jenis Cainnamomum zeylanicum, baik dari ranting maupun daun.

Komponen utama yang terkandung dalam "Minyak" "Kayu Manis" adalah sinamaldehida, eugenol, eceteugenol dan aldehida. Selain itu masih ada kandungan lain yang menentukan aroma specifik dari "Kayu Manis". Kandungan terbesar dalam "Minyak" "Kayu Manis" adalah eugenol, yaitu sekitar 80-90 %.

Sebagian besar komponen aromatk "Minyak" "Kayu Manis" larut dalam air. Akibatnya, pemisahan "Minyak" dan air menjadi sangat sulit sehingga rendemennya menjadi rendah. Untuk memisahkan "Minyak" tersebut digunakan CO2 cair.

"Minyak" "Kayu Manis" diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap. Kandungan "Minyak" yang diperoeh tergantung pada cara penyulingannya. Penyulingan dengan uap akan menyebabkan sebagian besar "Minyak" terdekomposisi, sedangkan penyulingan dengan air atau air dan uap hanya sedikit yang terdekomposisi.

Alat penyuling yang digunakan dapat terbuat dari bahan sederhana. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu ketel suling atau tangki (retort), pendingin (condensor), dan penampung hasil kondensasi (receiver). Sebagai ketel dapat terbuat dari bahan logam yang dibuat khusus, pendingin dapat dari bambu, dan pemisah "Minyak" dari ember yang diberi dua lubang pada sisinya. Lubang tersebut berada di sisi atas untuk keluarnya "Minyak" dan bawah untuk keluarnya air. Setiap lubang diberi pipa. Alat ini biasanya diletakkan di dekat sungai atau sumber air sebagai pendingin.

Bahan baku yang disuling biasanya terdiri dari 70 % daun dan 30 % kulit. Bahan baku ini perlu digiling sebelum dimasukkan dalam ruang penyulingan. Perbandingan jumlah bahan baku dan air dalam alat penyuling adalah 1 : 2,5. Lamanya waktu penyulingan biasanya sekitar tiga jam. Namun, waktunya bisa lebih lama tergantung besar kecilnya nyala api yang memanasi ketel. 


(Sumber: "Kayu Manis" - Budi Daya & Pengolahan, Oleh: Rismunandar dan Farry B. Paimin).

Jumat, 24 Februari 2012

"Khasiat/Manfaat Kayu Manis"

"Kayu Manis" selain digunakan untuk bumbu makanan dan pembalsaman mumi, minyak atsiri "Kayu Manis" juga ber"khasiat" sebagai antiseptik."


Ini disebabkan minyak atsiri pada "Kayu Manis" memiliki daya bunuh terhadap mikroorganisme. Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa minyak "Kayu Manis"dapat membunuh baksil tipus hanya dalam waktu 12 menit, berbeda dengan minyak cengkih yang waktunya mencapai 25 menit.

Minyak atsiri "Kayu Manis"juga dipakai sebagai komponen dalam obat tradisional. Kloppenburg Verstegh menganjurkan bahwa "Kayu Manis" dapat dijadikan jamu untuk disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta, dan Kiangsiu mengatakan bahwa minyak "Kayu Manis" sudah ratusan tahun dikenal di belahan dunia Barat dan Timur yang ber"khasiat" sebagai penyembuh reumatik, mencret, pilek, sakit usus. jantung. pinggang dan darah tinggi. Sementara Sumaryo Syu dalam buku Resep Jamu Jawa mengemukakan bahwa untuk kesuburan wanita, "Kayu Manis" dijadikan komponen jamu besama dengan tanaman lain seperti bawang putih, kencur, dan jungrahap.

"Khasiat" lain minyak "Kayu Manis" adalah memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik). Selain itu minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum dan cream.

Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak "Kayu Manis" sudah lama dimanfaatkan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink). agar-agar, kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup.

(Sumber: "Kayu Manis" - Budi Daya & Pengolahan, Oleh: Rismunandar dan Farry B. Paimin).

"Sejarah Kayu Manis"

"Kayu Manis" yang dalam Bahasa Jawa disebut '"Kayu Manis" Jangan' termasuk jenis rempah (Spices)."


'Rempah adalah sesuatu atau beberapa substansi nabati seperti cengkih, "Kayu Manis", pala, lada dan sebagainya yang dimanfaatkan untuk meningkatkan cita rasa makanan'. Disamping Spices, juga dikenal istilah Herbs yang berarti tanaman rempah penyembuh. Namun, pada kenyataannya sulit untuk memisahkan antara Spices dan Herbs. Ini disebabkan Herbs pun dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan cita rasa makanan.

Spices dan Herbs atau singkatnya disebut rempah sudah dikenal manusia beberapa ribu tahun sebelum Masehi, tepatnya tahun 2600 - 2100 SM (Sebelum Masehi). Di Mesir, "Kayu Manis" (Cinnamon) dimnfaatkan untuk membalsam mayat raja-raja yang akan dijadikan mumi. Namun, sejarah menyatakan bahwa "Kayu Manis" sudah masuk Mesir dan Eropa sekitar abad ke 5 Sebelum Masehi. Bangsa Saba bertanggung jawab atas berlangsungnya perdagangan "Kayu Manis" dari India dan Srilanka (Ceylon) ke negara Arab bagian Selatan. Pedagang Saba saat itu masih menyembunyikan asal-usul tanaman ini.

Beberapa tehun setelah 2100 SM, Mesir mengimport "Kayu Manis" dari Cina dan Asia Selatan khusus untuk membalsam mayat-mayat raja. Memang, untuk membuat mumi, selain "Kayu Manis" juga dimanfaatkan jenis rempah lain yang wangi, misalnya cumin (Cumimum cymmimum), anis (Anijs pimpinella anisum L.), dan majoraan (Origanum vulgaris L.).

Pada sekitar tahun 40 sesudah Masehi, Hippalus, seorang pedagang Yunani menyadari bahwa setiap tahun arah angin berhembus dari Timur ke Barat atau sebaliknya pada bulan-bulan tertentu. Angin tersebut yang kini disebut angin musim dimanfaatkan penjelajah untuk ke Timur, yaitu dari Laut Merah menuju India. Daerah pantai Barat India, yaitu Malabar, sangat kaya dengan jenis rempah. Aktivitas pedagang Yunani tersebut disusul oleh pedagang Romawi sehingga perdagangan rempah di belahan dunia Barat semakin ramai.

Dengan semakin ramainya perdagangan rempah akhirnya pemanfaatan rempah pun menjadi meningkat. Kalau sebelumnya hanya dimanfaatkan untuk pembuatan mumi maupun untuk keperluan religius, akhirnya pada sekitar tahun 40 Masehi tersebut pemanfaatannya semakin meningkat, yaitu untuk keperluan penambah cita rasa makanan. Hal ini didukung oleh sebuah buku tentang seni memasak yang ditulis oleh seorang ahli masakan berbangsa Romawi, yaitu Apicius. Dalam buku tersebut dicantumkan tentang penggunaan rempah dari Asia untuk masakan berselera tinggi.

Peranan pedagang Romawi memperdagangkan rempah akhirnya bangkrut setelah pedagang Arab dalam mengembangkan agama Islam menundukkan kerajaan Romawi. Kota Aleksandria diduduki tentara Islam pada tahun 641 Masehi. Saat itulah praktis perdagangan rempah antara Timur dan Barat berakhir. Pada abad ke-12, perdagangan rempah dinyatakan ramai kembali.

Pada abad ke-16 bangsa Portugis berlayar ke India yang merupakan sumber segala jenis rempah dan berusaha menguasai perdagangan. Namun, sekitar 100 tahun kemudian, yaitu tahun 1656, perdagangan rempah termasuk "Kayu Manis", diambil alih bangsa Belanda. Hasil "Kayu Manis" dari Srilanka sangat populer di Belanda dengan nama Canel. Kata 'Canel' berasal dari kata 'Cana' yang berarti pipa. Oleh karena bentuknya tersebut sehingga pipa kulit yang berdiameter kecil dapat masuk ke dalam pipa berdiameter lebih besar.

Untuk dapat lebih menguasai perdagangan "Kayu Manis" akhirnya Bangsa Belanda membentuk organisasi perdagangan dengan nama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagni). Nama VOC sendiri hingga kini masih tergores dalam benak setiap rakyat Indonesia.

"Kayu Manis"   yang semula merupakan tanaman hutan akhirnya diusahakan penanamannya oleh bangsa Belanda menjadi lebih teratur dalam bentuk perkebunan di Srilanka (1770). Tahun 1796, monopoli Belanda dalam perdagangan "Kayu Manis" diambil alih bangsa Inggris.

Di Indonesia, tanaman "Kayu Manis" dari Srilanka (Cinnamomum zeylanicum) didatangkan ke Pulau Jawa tahun 1825 yang kemudian menyebar ke India Selatan, Madagaskar, hingga Brazil. Walaupun demikian, hasil kulit "Kayu Manis" dari Srilanka masih tetap terkenal karena kualitasnya melebihi hasil dari negara lain.

Pada hakekatnya, lama sebelum bangsa Belanda merajai perdagangan "Kayu Manis", sudah ada dua jenis kulit "Kayu Manis" yang dihasilkan oleh dua jenis tanaman yang berbeda. "Kayu Manis" dari India Selatan dan Srilanka berasal dari Cinnamomum zeylanicum, sedangkan dari Vietnam Selatan dan Himalaya Timur berasal dari Cinnamomum cassia. Dibanding Cinnamomum zeylanicum kulit dari Cinnamomum cassia  masih lebih kasar dan tebal serta aroma lebih tinggi karena kadar minyak atsirinya lebih tinggi. Hanya saja kualitasnya tidak setinggi minyak atsiri dari Cinnamomum zeylanicum. Dalam perdagangan, kulit bagian luar Cinnamomum zeylanicum dibuang, sedangkan Cinnamomum cassia dipertahankan.

Kalau pedagang kulit "Kayu Manis"  di dunia Barat hanya mengenal kedua jenis "Kayu Manis"  tersebut hingga sebelum tahun 1800-an. Di Indonesia sendiri sudah ada jenis "Kayu Manis"  lain, yaitu Cinnamomum burmanni. Jenis "Kayu Manis" yang brbeda dengan Cinnamomum zeylanicum dan Cinnamomum cassia, ini benar-benar merupakan tanaman asli Indonesia. Cinnamomum burmanni merupakan tanaman hutan di Sumatera Barat. Hingga kini Cinnamomum burmanni masih tetap merupakan penghasil kulit dengan nama 'padang kaneel'. Ada juga yang menamakan kulit "Kayu Manis"  tersebut dengan 'cassiavera'. Kualitas kulit "Kayu Manis" dari Padang tersebut memang masih jauh di bawah kualitas "Kayu Manis"  Srilanka.

Selain Cinnamomum burmanni, Indonesia pun masih memiliki beberapa jenis tanaman dari keluarga Cinnamomum. Hanya saja kualitas kulitnya masih lebih rendah dibanding Cinnamomum burmanni. Cina dan Vietnam pun mengeksport "Kayu Manis"  dari jenis Cassia lignea dan Cassia Cina, tetapi kualitasnya masih di bawah cassavera.

Memang bukan hanya di Sumatera Barat saja, daerah lain di Indonesia seperti Jawa, Flores, Timor, Bali, Sulawesi dan Sumatera (selain Sumatera Barat) pun dapat dijumpai tanaman Cinnamomum burmanni ini. Selain terdapat di hutan sebagai tanaman liar, tanaman ini pun banyak ditanam di kebun dan tegalan, baik sebagai tanaman perkebunan maupun tanaman pagar.

(Sumber: "Kayu Manis" - Budi Daya & Pengolahan, Oleh: Rismunandar dan Farry B. Paimin).

Kamis, 23 Februari 2012

"Jeruk Nipis dan Kecap Sebagai Obat Batuk"

"Orangtua kita dulu meng"obat"i "batuk" dengan "jeruk nipis" dan "kecap". Sebenarnya apa khasiat "jeruk nipis" dan "kecap"?

"Jeruk nipis" tidak diragukan lagi memang terbukti memiliki banyak khasiat, termasuk meredakan "batuk". Sari "jeruk nipis" banyak  digunakan  di  dalam "obat"-"obat"  tradisional, termasuk di dalam   OB ("Obat""Batuk") Herbal. Tapi "kecap"? Kita tidak pernah menjumpai "kecap" masuk dalam formula "obat" "batuk" buatan pabrik. Banyak "obat" "batuk" sirup berwarna cokelat seperti "kecap", namun jelas isinya bukan "kecap".

Guru Besar Farmasi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo, mengatakan bahwa: "kecap" bukan "obat" utamanya, ia hanya sebagi pembawa. Yang utama adalah "jeruk nipis". Lalu mengapa orangtua kita memilih "kecap", bukan yang lain? Menurut Sumali, itu hanya perkara ketersediaan di dapur. Mungkin pada saat orang-orangtua kita mencoba-coba resep tradisional ini, mereka merasa sari "jeruk nipis" terlalu asam. Lalu mereka mencampurya dengan bahan-bahan yang ada di dapur. Dari hasil coba-coba itu, mereka menemukan bahwa hasil kombinasi sari "jeruk nips" dan "kecap" paling manjur meredakan "batuk". 'Sebetulnya tidak harus "kecap". Bisa pakai madu atau air gula', kata Prof. Sumali.

Sekarang kita punya lebih banyak pilihan dari pada orang-orangtua kita. Kini di apotek tersedia banyak "obat" "batuk" tradisional yang lebih praktis dan lebih berkhasiat karena berisi lebih banyak herbal. "Obat" "Batuk" Herbal, misalnya tidak hanya berisi sari "jeruk nipis", tapi juga kencur, jahe, timi, mint dan akar manis. Semua bahan herbal ini sudah diteliti dan terbukti dapat meredakan "batuk".

(Sumber: Majalah Intisari. Edisi Juli 2011). 

Rabu, 22 Februari 2012

"Ide Liburan Tanpa Menguras Kantong"

"Liburan" tidak harus menghabiskan puluhan juta rupiah dengan pergi ke negeri tetangga, apalagi tetangga jauh."


Lihat di sekitar kita, masih banyak tempat yang belum kita kunjungi. Berikut ini beberapa ide "Liburan":
1. "Liburan" ilmiah seperti mengunjungi musium.

2. "Liburan" kreatif seperti mengambil kursus singkat memasak atau melukis.

3. "Liburan" sosial seperti mengunjungi panti asuhan atau panti werda

4. "Liburan" alam, dengan ber"libur" ke alam terbuka seperti perkebunan teh, kebun raya, kebun binatang, pemancingan atau peternakan.


(Sumber: Majalah Intisari. Edisi Juli 2011).

Selasa, 21 Februari 2012

"Agar Tidak Stres Pasca Liburan"

"Berapa kali anda ber"libur" dalam satu tahun? Satu atau dua kali karena jatah cuti yang umumnya hanya 12 hari dalam satu tahun?"


Bagaimana anda ber"libur"? Me"libur"kan diri saat anak-anak "liburan" sekolah agar tidak dobel "libur"? Apa yang anda rasakan saat "liburan"? Senang namun juga pusing memikirkan pekerjaan? Bagaimana "pasca" "liburan"? Merasa segar kembali tapi hanya sebentar karena yang mendominasi adalah "stres" "pasca" "liburan" atau bahkan sama sekali tidak tersegarkan?

Berikut ini tips agar anda tidak merasa "stres" "pasca" "liburan", ada beberapa langkah yang dapat anda lakukan:

1. Apabila hendak melakukan "liburan" panjang, persiapkan dengan matang termasuk anggarannya. Untuk yang satu ini, siapkan dengan cukup detail, termasuk mempersiapkan biaya tidak terduga.

2. Jangan ragu mengerem diri dan anak-anak apabila sudah melampaui budget di tengah-tengah "liburan".

3. Apabila kondisi keuangan tidak memungkinkan, tidak perlu berhutang kesana-kemari atau mengandalkan kartu kredit untuk "liburan". Banyak ide "liburan" menarik yang murah meriah.

4. Siap-siap adanya perbedaan pendapat dengan anggota keluarga atau teman-teman saat "liburan". Sebaiknya sudah disepakati sejak awal beberapa hal penting seperti pilihan objek wisata yang hendak dikunjungi.

5. Apabila anda merasa sulit mentoleransi perbedaan karakter, sebaiknya ber"libur" hanya dengan teman-teman yang sudah anda kenal dengan baik. "Liburan" dapat menimbulkan "stres" dan menciptakan hubungan yang tidak baik ketika anda kesulitan beradaptasi dengan karakter teman-tman baru.

6. Kenali lingkungan yang akan anda kunjungi, misalnya sedang musim apa daerah tersebut pada saat ke sana. Dengan demikian anda dapat mempersiapkan pakaian yang tepat atau hal-hal lain yang diperlukan.

7. Jaga kesehatan selama "liburan" . Jangan menyantap makanan yang seharusnya dipantang hanya karena sedang "liburan" . Sedapat mungkin jangan mengubah jadwal makan dan tidur karena dapat mengganggu ketahanan tubuh.

8. Persiapkan diri dengan obat-obatan yang biasa dikonsumsi dan perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan.

(Sumber: Majalah Intisari. Edisi Juli 2011). 

Senin, 20 Februari 2012

"Pentingnya Do'a Saat Sakit"

"Sesungguhnya ber"do'a" saat "sakit", baik yang "sakit" itu diri sendiri maupun orang lain, sangat penting."


Dalam Surat Al-Mu'min ayat 60, dijelaskan:
'Dan Tuhanmu berfirman, 'Ber"do'a"lah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.'

"Do'a", sebagai kata yang berasal dari bahasa Arab du'a, artinya 'seruan, menyampaikan ungkapan, permintaan, permohonan pertolongan'. Sedangkan sebagai istilah adalah berpalingnya seseorang dengan tulus ikhlas kepada Allah, dan memohon pertolongan dari-Nya. Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, dengan kesadaran bahwa dirinya adalah wujud yang memiliki kebergantungan.

Penyakit adalah salah satu dari contoh tersebut, yang dengan penyakit manusia paling merasakan kebergantungan ini dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Harus disadari, penyakit adalah sebuah ujian, yang direncanakan menurut hikmah Allah, yang terjadi dengan kehendak-Nya, dan sebagai peringatan bagi manusia akan kefanaan dan ketidaksempurnaan kehidupan ini, dan juga sebagai sumber pahala di akhirat atas kesabaran dan ketaatan karenanya.

Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki iman meyakini bahwa yang menyembuhkan adalah dokter, obat, atau kemampuan teknologi mutakhir dari ilmu pengetahuan modern. Mereka tidak pernah merenung bahwa Allah-lah yang menyebabkan keseluruhan perangkat tubuh mereka untuk bekerja di saat mereka sedang sehat, atau Dia-lah yang menciptakan obat yang membantu penyembuhan dan para dokter yang menolong mereka ketika "sakit".

Banyak orang hanya kembali menghadap kepada Allah di saat mereka sadar bahwa para dokter dan obat-obatan tidak memiliki kesanggupan. Orang-orang yang berada pada keadaan tersebut memohon pertolongan hanya kepada Allah setelah menyadari bahwa hanya Dia-lah yang dapat membebaskan mereka dari kesulitan. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Yunus ayat 12:
'Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia ber"do'a" kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat). seolah-olah ia tidak pernah ber"do'a" kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.'

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 186, dijelaskan:
'Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) behwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang ber"do'a" apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'

Karena itu, separah apapun "sakit" yang anda derita, jangan sekali-kali berputus-asa akan rahmat Allah. Kewajiban kita meminta kepada Allah, Yang Maha Agung, Tuhan Pencipta singgasana yang agung, agar berkenan menyembuhkan "sakit" kita.

Sekalipun dalam keadaan sehat, atau tanpa cobaan atau kesulitan lain, seseorang wajib ber"do'a" dan bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan, kesehatan dan seluruh karunia yang telah Dia berikan.

Perlu pula diingat, "do'a" tidak semestinya hanya dilakukan untuk menghilangkan rasa "sakit", atau kesulitan-kesulitan duniawi lainnya. Orang beriman sejati haruslah senantiasa ber"do'a" kepaa Allah dan menerima apa pun yang datang dari-Nya. Kenyataan bahwa sejumlah manfaat "do'a" yang diwahyukan di dalam banyak ayat Al-Qur'an kini telah diakui kebenarannya secara ilmiah, sekali lagi bahwa hal itu mengungkapkan keajaiban yang dimiliki Al-Qur'an.

Disamping ber"do'a", seseorang yang "sakit" sepatutnya juga ke dokter,menggunakan obat-obatan yang berkhasiat, dan menjalani perawatan rumah "sakit" jika perlu, atau perawatan khusus dalam bentuk lain. Sebab, Allah mengkaitkan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada sebab-sebab tertentu. Segala sesuatu di dunia dan di alam semesta terjadi mengikuti sebab-sebab ini. Oleh karena itu, seseorang haruslah melakukan segala hal yang diperlukan dalam kerangka sebab-sebab ini, sambil berharap hasilnya dari Allah, dengan kerendahan hati, berserah diri dan bersabar, dengan menyadari bahwa Dia-lah yang menentukan hasilnya.

Minggu, 19 Februari 2012

"Infaq dan Sedekah Sebagai Kunci Pembuka Gembok Rezeki"

"Infaq" berasal dari kata anfaqa yang berarti ’mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu." 


Termasuk ke dalam pengertian ini, "infaq" yang dikeluarkan orang-orang kafir untuk kepentingan agamanya (lihat QS Al-Anfal:36). Sedangkan menurut terminologi syariat, "infaq" berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. 

"Sedekah" berasal dari kata shadaqa yang berarti ’benar’. Orang yang suka ber"sedekah" adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi syariat, pengertian "sedekah" sama dengan pengertian "infaq", termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika "infaq" berkaitan dengan materi, sedangkan "sedekah" memiliki arti lebih luas menyangkut hal yang bersifat non materiil. Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar,  Rasullullah menyatakan bahwa jika tidak mampu ber"sedekah" dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-istri, dan melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adalah "sedekah".

Ada beberapa nash dalam Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits Asy-Syarif yang menunjukkan bahwa orang yang ber"infaq" di jalan Allah akan diganti oleh Allah di dunia. Di samping tentunya apa yang disediakan oleh Allah baginya dari pahala yang besar di akhirat. Diantara dalil-dalil itu adalah sebagai berikut:

1.Firman Allah dalam Surat Saba' ayat 39:
'Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi "Rezeki" yang sebaik-baiknya.'

Al-Kalby, mengatakan: 'Tidaklah kalian "sedekah"kan suatu "sedekah" atau kalian "infaq"kan suatu harta melainkan Allah akan mengganti bagi orang yang meng"infaq"kannya, adakalanya ganti itu dipercepat di dunia atau disimpan baginya di akhirat.'

Dalam menafsirkan ayat di atas, Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: 'Betapapun sedikit apa yang kamu "infaq"kan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan apa yang diperbolehkannya, niscaya Dia akan menggantinya untukmu di dunia, dan di akhirat engkau akan diberi pahala dan ganjaran.'

2. Dalil lain adalah Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 268:
'Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.'

Menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas berkata: 'Dua hal dari Allah dan dua hal dari setan. 'Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan.' Setan itu berkata: 'Jangan kamu "infaq"kan hartamu, peganglah untukmu sendiri karena kamu membutuhkannya'. 'Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).' (Dan dua hal dari Allah adalah): 'Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya,' yakni atas maksiat yang kamu kerjakan, dan 'karunia berupa "rezeki".    

Al-Qadhi Ibnu Athiyah menafsirkan ayat ini, berkata: 'Maghfirah (ampunan Allah) adalah janji Allah bahwa Dia akan menutupi kesalahan segenap hambaNya di dunia dan di akhirat. Sedangkan al-fadl (karunia) adalah "rezeki" yang luas di dunia, serta pemberian nikmat di akhirat, dengan segala apa yang telah dijanjikan Allah.

Imam Ibnu Qayim Al-Jauziah dalam menafsirkan ayat ini, berkata:
'Demikianlah, peringatan setan bahwa orang yang meng"infaq"kan hartanya, bisa mengalami kefakiran bukanlah suatu bentuk kasih sayang setan kepadanya, juga bukan suatu bentuk nasihat baik untuknya. Adapun Allah, maka Ia menjanjikan kepada hambaNya ampunan dosa-dosa daripadaNya, serta karunia berupa penggantian yang lebih baik dari pada yang ia "infaq"kan, dan akan dilipat-gandakan baik di dunia saja atau di dunia dan di akhirat.'

3. Dalil lain adalah Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Nabi memberitahukan kepadanya:
'Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: 'Wahai anak Adam, ber"infaq"lah, niscaya Aku ber"infaq" (memberi "rezeki") kepadamu'

Imam An-Nawawi berkata: 'Firman Allah, ber"infaq"lah, niscaya Aku ber"infaq" (memberi "rezeki") kepadamu' adalah makna Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Saba' ayat 39:
'Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi "Rezeki" yang sebaik-baiknya.'

Ayat ini mengandung anjuran untuk ber"infaq" dalam berbagai bentuk kebaikan, serta berita gembira bahwa semua itu akan diganti atas karunia Allah.

4. Dalil lain bahwa ber"infaq" di jalan Allah adalah diantara kunci-kunci "rezeki" yaitu apa yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Huraitah, bahwasanya Nabi bersabda:
'Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali di dalamnya terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdo'a, 'Ya Allah, berikanlah kepada orang yang ber"infaq" ganti (dari apa yang ia "infaq"kan)'. Sedang yang lain berkata, 'Ya Allah berikanlah kepada orang yang menahan (hartanya) kebinasaan (hartanya).'

Dalam Hadits ini, Nabi yang mulia mengabarkan bahwa terdapat malaikat yang berdo'a setiap hari kepada orang yang ber"infaq" agar diberikan ganti oleh Allah. Maksudnya adalah ganti yang besar. Yakni ganti yang baik, atau ganti di dunia dan di akhirat. Hal itu berdasarkan Firman Allah dalam Surat Saba' ayat 39.

Dan, diketahui secara umum bahwa do'a malaikat adalah dikabulkan, sebab tidaklah mereka mendo'akan bagi seseorang melainkan dengan izinNya, Allah berfirman dalam Surat Al-Anbiya' ayat 28:
'Dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepadaNya.'

5. Dalil lain adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi bersabda:
'Ber"infaq"lah wahai Bilal! Jangan takut dipersedikit (hartamu) oleh Dzat Yang Memiliki Arsy.'

Al-Mulla Ali-AlQari menjelaskan kata 'dipersedikit' dalam hadits tersebut berkata, 'Maksudnya dijadikan miskin dan tidak punya apa-apa'. Artinya, 'Apakah  engkau takut akan disia-siakan oleh Dzat yang mengatur segala urusan dari langit ke bumi?' Dengan kata lain, 'Apakah kamu takut untuk digagalkan cita-citamu dan disedikitkan "rezeki"mu oleh Dzat yang rahmatNya meliputi penduduk langit dan bumi, orang-orang mukmin dan orang-orang kafir, burung-burung dan binatang melata?'  

Referensi:
1. bisniskeuangan.kompas.com/.../Apa.Beda.Zakat.Infaq.dan.Sedekah.
2. 9 Kunci Pembuka Gembok "Rezeki" - Menjadi Milyuner Silent Tanpa Hubbuddunya. Oleh: Dr. M. Mufti Mubarok.

Sabtu, 18 Februari 2012

"Bayangan Sukses"

"Jika anda dapat mem"bayang"kannya, anda dapat mencapainya. Jika anda dapat mengimpikannya, anda dapat menjadi yang anda inginkan itu." (William Arthur Ward).

Apa yang dapat di"bayang"kan serta diyakini manusia, dapat dicapainya. (W. Clement Stone).

"Sukses" adalah kondisi pikiran. Jika anda ingin "sukses" mulailah mem"bayang"kan diri anda sebagai orang yang "sukses". (Joyce Brothers).

"Bayang"kan diri anda di ambang pintu "sukses" yang tak tertandingi. Kehidupan utuh yang penuh kemuliaan terhampar di hadapan anda. Capailah! Capailah!. (Andrew Carnegie).

Apa sih yang patut dipuji atau dibanggakan dalam diri kita selain mem"bayang"kan kesempurnaan dan berusaha mencapainya? (Richard Wilbur).

Segala yang anda inginkan takkan menjadi kenyataan sebelum anda mem"bayang"kannya dulu. (Anthony Norvell).

Ada kecencerungan mendalam dalam sifat manusia untuk menjadi persis seperti apa yang kita "bayang"kan tentang diri kita sendiri. (Norman Vincent Peale).

Cara kita mem"bayang"kan diri sendiri mempengaruhi bagaimana dunia memandang kita dan bagaimana kita dapat memandang diri kita dengan "sukses" diakui oleh dunia itu. (Alrene Raven).

Aku tak bisa mem"bayang"kan seseorang yang tidak memberikan segala yang ia miliki dalam permainan hidup ini dapat meraih ke"sukses"an. (Walter Cronkite)

"Faktor Penyubur Klenik (Perdukunan)"

"Klenik" adalah kegiatan "perdukunan" (pengobatan dan sebagainya) dengan cara-cara yang sangat rahasia dan tidak masuk akal, tetapi dipercayai oleh banyak orang."


Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat pergi ke "dukun". Banyak hal yang menggiring mereka untuk lebih memilih memanfaatkan jasa "perdukunan" dari pada yang lain. Tapi ada beberapa faktor penting yang patut kita garis bawahi, diantaranya adalah:

1. Akar budaya animisme dan dinamisme yang menancap kuat pada sejarah kehidupan bangsa ini, yang akhirnya menjadi doktrin yang turun-temurun dan sulit terpisahkan dari pola berpikir masyarakat. Banyak mitos yang tertanam dalam diri generasi bangsa ini secara sengaja atau tidak. Sehingga setiap kejadian yang tidak wajar selalu dikaitkan dengan ulah makhluk halus.

2. Keyakinan yang salah bahwa hanya para "dukun" tang dapat menolak sihir atau bencana yang akan terjadi, serta mampu menyelesaikan problema yang berbau "klenik" dan mengobati berbagai macam penyakit hanya dengan sekali sembur.

3. Keyakinan yang salah bahwa dengan "perdukunan" semua permasalahan "klenik" akan selesai dengan cepat dan tepat.

4. Dangkalnya pemahaman aqidah Islam dalam diri mayoritas umat Islam, sehingga mereka menganggap minta bantuan "dukun" adalah wajar dan sah-sah saja. Karena mereka meyakini bahwa apa yang mereka lakukan adalah bagian dari usaha dalam mencari solusi permasalahan.

5. Tipisnya kesabaran dalam menghadapi setiap musibah yang datang. Mereka ingin penyelesaian yang singkat dan instan, yang akhirnya menghalalkan segala cara selagi cara tersebut mampu mereka kerjakan.

6. Cinta dunia yang berlebihan, seperti cinta harta, pangkat dan jabatan, karir dan kekuasaan, begitu juga cinta terhadap lain jenis. Akhirnya mereka berusaha memperolehnya dengan cara apapun, termasuk pergi ke "dukun".

7. Licinnya para "dukun" dalam mengemas produknya dan kepiawaian mereka dalam berpenampilan, sehingga masyarakat pada umumnya mengalami kesulitan untuk membedakan antara "dukun" dan ulama atau ustadz. Mereka tidak dapat memilah antara praktek "perdukunan" yang harus dijauhi dan praktek pengobatan yang boleh didatangi. Apalagi banyak "dukun" yang praktek dengan penampilan layaknya seorang ulama atau ustadz. Ada juga yang mengaku sebagai ulama tetapi membuka praktek "perdukunan". Ada yang praktek pengobatannya menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an tapi dicampur dengan mantra-mantra syirik, atau memadukannya dengan ilmu sihir. Dan ada juga yang menggunakan bantuan jin tapi dikemas dalam istilah ilmiah yang dipaksakan, dan berusaha untuk melogikakan hal-hal yang gaib. Sehingga masyarakat luas memandang positip akan keberadaan mereka.

Poin-poin di atas merupakan pekerjaan rumah yang ada di pundak tokoh-tokoh agama dan para kader dakwah. Kita memerlukan waktu panjang untuk membuat perubahan pada pola pikir masyarakat yang menyimpang dan sudah mengkristal. Memerlukan kesinambungan dakwah yang terus menerus untuk memberi pencerahan aqidah kepada masyarakat yang terkontaminasi oleh debu syirik.

Dan yang paling penting adalah kerja sama antara individu Muslim untuk membentengi diri sendiri, anak, keluarga dan kerabat dari arus budaya "klenik" yang disemburkan oleh media-media massa dan manusia yang menjadi antek syetan di bumi ini, dengan mengkaji kembali aqidah Islam yang bersumberkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kalau kita hanya terdiam, berarti kita sudah siap menanti datangnya adzab Allah yang setiap saat  dan setiap waktu dapat terjadi. 

Referensi:
1. artikata.com/arti-335427-klenik.html
2. Disihir Karena Persaingan Karir, Penulis Tim Majalah Ghoib. 

"Silaturrahim Kunci Pembuka Gembok Rezeki"

"Silaturrahim" merupakan salah satu kunci pembuka gembok "rezeki".


A. Makna "Silaturrahim".

Makna "Silaturrahim" adalah para kerabat dekat. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: 'Ar-rahim' secara umum adalah dimaksudkan untuk para kerabat dekat. Antara mereka terdapat garis nasab (keturunan), baik berhak mewarisi atau tidak, dan sebagai mahram atau tidak.'

Menurut pendapat lain, mereka adalah maharim (para kerabat dekat yang haram dinikahi) saja.

Pendapat pertama lebih kuat, sebab menurut batasan yang kedua, anak-anak paman, dan anak-anak bibi bukan kerabat dekat karena tidak termasuk yang haram dinikahi, padahal tidak demikian.'

"Silaturrahim", sebagaimana dikatakan oleh Al-Mulla Ali Al-Qari adalah kinayah (ungkapan/sindiran) tentang berbuat baik kepada para karib kerabat dekat baik menurut garis keturunan maupun perkawinan, berlemah lembut dan mengasihi mereka serta menjaga keadaan mereka.

B. Dalil Syar'i Bahwa "Silaturrahim" Termasuk Kunci "Rezeki".

Beberapa Hadits dan atsar menunjukkan bahwa Allah menjadikan "Silaturrahim" termasuk di antara sebab kelapangan "rezeki". Di antara hadits-hadits dan atsar-atsar itu adalah:

1. Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: 'Aku mendengar Rasulullah bersabda:
'Siapa yang senang dilapangkan "rezeki"nya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaknyalah ia menyambung (tali) "Silaturrahim".'

2. Dalil lain adalah hadits riwayat Imam Al-Bukhari dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah bersabda:
'Siapa yang suka untuk dilapangkan "rezeki"nya dan diakhirkan usianya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia menyambung "Silaturrahim".'

Dalam hadits di atas, Nabi menjelaskan bahwa "Silaturrahim" mmbuahkan dua hal, kelapangan "rezeki" dan bertambahnya usia. Ini adalah tawaran terbuka yang disampaikan oleh makhluk Allah yang paling benar dan jujur, yang berbicara berdasarkan wahyu, Nabi Muhammad.
Maka barangsiapa menginginkan dua buah di atas hendaknya ia menaburkan benihnya, yaitu "Silaturrahim". Demikianlah, sehingga Imam Al-Bukhari memberi judul untuk kedua hadits itu dengan' Bab Orang Yang Dilapangkan "Rezeki"nya dengan "Silaturrahim". Artinya, dengan sebab "Silaturrahim".

Imam Ibnu Hibban juga meriwayatkan hadits Anas bin Malik dalam kitab shahihnya dan beliau memberi judul dengan: 'Keterangan Tentang Baiknya Kehidupan dan Banyaknya Berkah dalam "Rezeki" Bagi Orang Yang Menyambung "Silaturrahim" .'

3. Dalil lain adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda:
'Belajarlah tentang nasab-nasab kalian sehingga kalian bisa menyambung "Silaturrahim" . Karena sesungguhnya "Silaturrahim"  adalah (sebab adanya) kecintaan terhadap keluarga (kerabat dekat), (sebab) banyaknya harta dan bertambahnya usia.'

Dalam hadits ini, Nabi menjelaskan bahwa "Silaturrahim"  ini membuahkan tiga hal, di antaranya adalah ia menjadi sebab banyaknya harta.

4. Dalil lain adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abdullah bin Ahmad, Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dari Ali bin Abi Thalib dari Nabi, beliau bersabda:
'Barangsiapa senang dipanjangkan umurnya dan diluaskan "rezeki"nya serta dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menyambung "Silaturrahim".'

Dalam hadits ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, menjelaskan tiga manfaat yang terealisir bagi orang yang memiliki dua sifat: bertaqwa kepada Allah dan menyambung "Silaturrahim". Dan salah satu dari tiga manfaat itu adalah keluasan "rezeki".

5. Dalil lain adalah riwayat Imam Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar, ia berkata:
'Barangsiapa bertaqwa kepada Tuhannya dan menyambung "Silaturrahim", niscaya dipanjangkan umurnya dan dibanyakkan "rezeki"nya dan dicintai oleh keluarganya.'

6. Demikian besarnya pengaruh "Silaturrahim"  dalam berkembangnya harta benda dan menjauhkan kemiskinan, sampai-sampai ahli maksiat pun, disebabkan oleh "Silaturrahim", harta mereka dapat berkembang, semakin banyak jumlahnya dan mereka jauh dari kefakiran, karena karunia Allah.

Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Bakrah dari Nabi, bahwasanya beliau bersabda:
'Sesungguhnya ketaatan yang paling disegerakan pahalanya adalah "Silaturrahim". Bahkan hingga suatu keluarga yang ahli maksiat pun, harta mereka dapat berkembang dan jumlah mereka bertambah banyak jika mereka saling ber"Silaturrahim"  . Dan tidaklah ada suatu keluarga yang saling ber"Silaturrahim"  kemudian mereka membutuhkan (kekurangan).'

C. Apa Saja Sarana Untuk "Silaturrahim"?

Sebagian orang menyempitkan makna "Silaturrahim"  hanya dalam masalah harta. Pembatasan ini tidak benar. Sebab yang dimaksud "Silaturrahim"  lebih luas dari itu.

"Silaturrahim"   adalah usaha untuk memberikan kebaikan kepada kerabat dekat serta (upaya) untuk menolak keburukan dari mereka, baik dengan harta atau dengan lainnya.

Imam Ibnu Abu Jamrah berkata: "Silaturrahim"  itu bisa dengan harta, dengan memberikan kebutuhan mereka, dengan menolak keburukan dari mereka, dengan wajah yang berseri-seri serta dengan do'a.'

Makna "Silaturrahim"  yang lengkap adalah  memberikan apa saja yang mungkin diberikan dari segala bentuk kebaikan, serta menolak apa saja yang mungkin bisa ditolak dari keburukan sesuai dengan kemampuannya (kepada kerabat dekat).'

D. Tata Cara "Silaturrahim"  dengan Para Ahli Maksiat.

Sebagian orang salah dalam memahami tata cara "Silaturrahim"  dengan para ahli maksiat. Mereka mengira bahwa ber"Silaturrahim"  dengan mereka berarti juga mencintai dan menyayangi mereka, bersama-sama duduk dalam satu majelis dengan mereka, makan bersama-sama mereka serta bersikap lembut dengan mereka. Ini adalah tidak benar.

Semua memaklumi bahwa Islam tidak melarang berbuat baik kepada kerabat dekat yang suka berbuat maksiat, bahkan hingga kepada orang-orang kafir. Allah berfirman dalam Surat Al-Mumtahanah ayat 8:
'Allah tiada melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.'

Demikian pula sebagaimana disebutkan dalam hadits Asma' binti Abu Bakar yang menanyakan Rasulullah untuk ber"Silaturrahim"  kepada ibunya yang musyrik. Dalam haits ini di antaranya disebutkan:
'Aku bertanya, 'Sesungguhnya ibuku datang dan ia sangat berharap, apakah aku harus menyambung ("Silaturrahim") dengan ibuku?. Beliau menjawab: 'Ya, sambunglah ("Silaturrahim") dengan ibumu.'
Tetapi, itu bukan berarti harus saling mencintai dan menyayangi, duduk-duduk satu majelis dengan mereka.  Bersama-sama makan dengan mereka serta bersikap lembut dengan orang-orang kafir dan ahli maksiat  tersebut. Allah berfirman dalam Surat Al-Mujadilah ayat 22:
'Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.'

Makna ayat ini - sebagaimana disebutkan oleh Imam Ar-Razi - adalah bahwasanya tidak akan bertemu antara iman dengan kecintaan kepada musuh-musuh Allah. Karena jika seseorang mencintai orang lain maka tidak mungkin ia akan mencintai musuh orang tersebut.

Dan berdasarkan ayat ini, Imam Malik menyatakan bolehnya memusuhi kelompok Qadariyah dan tidak duduk satu majelis dengan mereka.

Imam Al-Qurthubi mengomentari dasar hukum Imam Malik:
'Saya berkata, 'Termasuk dalam makna kelompok Qadariyah adalah semua orang-orang dzalim dan yang suka memusuhi.'

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat tersebut berkata: 'Artinya, mereka tidak saling mencintai dengan orang yang suka menentang (Allah dan RasulNya), bahkan meskipun mereka termasuk kerabat dekat.'

Sebaliknya, "Silaturrahim"  dengan mereka adalah dalam upaya untuk menghalangi mereka agar tidak mendekat kepada Neraka dan menjauhi dari Surga. Tetapi, bila kondisi mengisyaratkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan cara memutuskan hubungan dengan mereka, maka pemutusan hubungan tersebut - dalam kondisi demikian - dapat dikatagorikan sebagai "Silaturrahim".

Dalam hal ini Imam Ibnu Abu Jamrah berkata: 'Jika mereka itu orang-orang kafir atau suka berbuat dosa, maka memutuskan hubungan dengan mereka karena Allah adalah (bentuk) "Silaturrahim"  dengan mereka. Tapi dengan syarat telah ada usaha untuk menasihati dan memberitahu mereka, dan mereka masih terus mebandel. Kemudian, hal itu (pemutusan "Silaturrahim") dilakukan karena mereka tidak mau menerima kebenaran. Meskipun demikian, mereka masih tetap berkewajiban mendo'akan mereka tanpa sepengetahuan mereka agar mereka kembali ke jalan yang lurus.                   

(Sumber: 9 Kunci Pembuka Gembok "Rezeki" - Menjadi Milyuner Silent Tanpa Hubbuddunya. Oleh: Dr. M. Mufti Mubarok).

Jumat, 17 Februari 2012

"Taubat dan Istighfar"

"Taubat" berasal dari kata Taaba-Yatuubu yang menunjukkan arti kembali dari maksiat. Demikian pula berarti meninggalkan dosa dengan cara yang paling baik."

Oleh karena itu, "Taubat" adalah puncak permohonan maaf dan ampunan untuk menuju kepada kesuksesan. "Istighfar"adalah permohonan ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilkukan oleh seorang hamba. "Taubat" dan "Istighfar" adalah diwajibkan bagi setiap manusia karena setiap anak keturunan Adam pasti melakukan kesalahan dan dosa.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nur, ayat 31:
'Dan ber"taubat"lah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.'

Imam An-Nawawi menjelaskan: 'Para Ulama berkata: 'Ber"taubat" dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga:
1. Hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut;
2. Ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya.
3. Ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
Apabila salah satunya hilang, maka "taubat"nya tidak sah.
Apabila "taubat" itu berkaitan dengan manusia, maka syaratnya ada empat, ketiga syarat di atas, dan ke:
4. Hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut.
Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya, maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya, maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf.'

"Taubat" dan "Istighfar" adalah salah satu kunci utama seseorang memperoleh rezeki yang melimpah dan berkah. Dalil-dalil yang menunjukkan akan hal itu adalah:

1. Apa yang disebutkan Allah tentang Nuh yang berkata kepada kaumnya:

Al-Qur'an Surat Nuh, ayat 10-12:
'Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'

Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut dengan "Istighfar":
a. Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya: 'Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.'
b. Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah.
c. Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak.
d. Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun.
e. Allah akan menjadikan untuknya  sungai-sungai.

Imam Al-Qurthubi berkata: 'Dalam ayat ini, juga disebutkan dalam (Surat Hud) adalah dalil yang menunjukkan bahwa "Istighfar" merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rezeki dan hujan.'

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, berkata: 'Maknanya, jika dalam ber"taubat" kepada Allah, meminta ampunan kepada-Nya niscaya Dia akan membanyakkan rezeki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu (untuk kalian).'

Amirul mukminin Umar bin Khaththab juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan dari Allah.

Muthrif meriwayatkan dari Asy-Sya'bi: 'Bahwasanya Umar keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan "Istighfar" (memohon ampunan kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, 'Aku tidak mendengar engkau memohon hujan'. Maka Umar menjawab, 'Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih langit yang denganya diharapkan bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca Surat Nuh, ayat 10-11:
'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.'

Imam Al-Hasan Al-Bashri, juga menganjurkan "Istighfar" (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan. kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.

Imam Al-Quthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata: 'Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, 'Ber"istighfar"lah kepada Allah!'. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya: 'Ber"istighfar"lah kepada Allah!' Yang lain lagi berkata kepadanya, 'Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar ia memberiku anak!' Maka beliau mengatakan kepadanya, 'Ber"istighfar"lah kepada Allah!' Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya: 'Ber"istighfar"lah kepada Allah.' Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan: 'Maka Ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak orang yang mengadukan bermacam-macam (perkara) dan anda memerintahkan mereka semua untuk ber"istighfar". Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab: 'Aku tidak mengatakan hal  itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam Surat Nuh, ayat 10-12:
'Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'

2. Ayat lain adalah firman Allah yang menceritakan tentang seruan Hud kepada kaumnya agar ber"istighfar".

Surat Hud, ayat 52:
'Dan (hud berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu ber"taubat"lah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.'

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas menyatakan: 'Kemudian Hud memerintahkan kaumnya untuk ber"istighfar" yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka ber"taubat" untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rezekinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman: 'Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atas-mu'.

3. Ayat yang lain adalah firman Allah:

Surat Hud, ayat 3:
'Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan ber"taubat" kepadaNya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat.'

Pada ayat di atas, terdapat janji dari Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang ber"istighfar" dan ber"taubat".

Dan maksud dari firman-Nya: 'Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu.' Sebagaimana dikatakan oleh  Abdullah bin Abbas adalah: 'Ia akan menganugerahi rezeki dan kelapangan kepada kalian.'

Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan: 'Inilah buah dari "Istighfar" dan "taubat". Yakni Allah akan memberi kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rezeki dan kemakmuran hidup seraya ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukan-Nya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian.

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata: 'Ayat tersebut menunjukkan bahwa ber"istighfar" dan ber"taubat" kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah menganugerahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik) atas "istighfar" dan "taubat" itu dengan balasan berdasarkan syarat yang ditetapkan.'

4. Dalil lain bahwa ber"istighfar" dan "taubat" adalah di antara kunci-kunci rezeki:
Yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda:
'Barangsiapa memperbanyak "Istighfar" (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka.'

Dalam Hadits ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara berdasarkan wahyu, mengabarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak "Istighfar", salah satunya yaitu, Allah Yang Maha Memberi rezeki, Yang Memiliki Kekuatan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan dan serta tidak pernah terdetik dalam hatinya.

(Sumber: 9 Kunci Pembuka Gembok Rezeki - Menjadi Milyuner Silent Tanpa Hubbuddunya. Oleh: Dr. M. Mufti Mubarok).

Rabu, 15 Februari 2012

"Kulit Manggis Cegah Alzheimer"

"Alzheimer" didefinisikan sebagai kehilangan memori dan kemampuan mental akut."


Gejala awal penyakit "Alzheimer" ini adalah demensia selama lebih dari 6 bulan. Penderita "Alzheimer" kehilangan kemampuan untuk bekerja, mengalami perubahan kepribadian, dan tidak mampu berkomunikasi. Semakin lama gejala semakin parah sampai akhirnya mengakibatkan kematian.

Sejumlah 4,5 juta penduduk Amerika menderita "Alzheimer", sementara jumlah penderita "Alzheimer" di seluruh dunia mencapai sekitar 14 juta orang. Hasil penelitian Departement of Pharmaceutical Molecular Biology Tohoko University Jepang, menyebutkan bahwa gammamangostin pada "kulit manggis" berefek antiinflamasi sehingga berpotensi membantu mengatasi penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada otak, seperti "Alzheimer"

(Sumber: Majalah My Healthy Life. "Kulit Manggis" VS Penyakit Maut).

Selasa, 14 Februari 2012

"Khasiat Kulit Manggis Untuk Penderita Penyakit Degeneratif"

"Kulit manggis" yang selama ini terbuang percuma, ternyata ampuh sebagai obat. "Kulit manggis" yang semula dianggap sampah, kini dicari untuk diminum."


"Kulit manggis" yang dulu cuma untuk penyakit 'ringan', kini untuk penyakit maut. Hal ini karena berbagai macam penelitian di berbagai negara yang seakan-akan kompak menyebutkan, bahwa "kulit manggis" ber"khasiat" sebagai obat. berkat kandungan xanthonenya. Xanthone adalah senyawa bioflanoid yang sanggup melawan penyakit-penyakit degeneratif berkat peran ganda molekul-molekul penyusunnya. Peran ganda itu yakni sebagai antioksidan sekaligus komponen aktif yang mempunyai sifat khas terhadap suatu penyakit.

Penyakit jantung koroner, stroke, kanker pankreas, arthritis, ginjal bocor, diabetes adalah sebagian kecil penyakit yang pernah terbukti kewalahan menghadapi xanthone. Sejumlah mantan penderita penyakit-penyakit mengerikan itu bercerita, bahwa dengan mengkonsumsi "kulit manggis" dapat memberbaiki kesehatan mereka.

"Kulit manggis" yang dipakai dapat berupa jus ataupun serbuk dalam kapsul. Jus "kulit manggis" banyak dijual di pasaran dengan merek yang berbeda-beda. Sedangkan kapsul berisi serbuk "kulit manggis" umumnya dibuat oleh para herbalis. Toh, membuat sendiri jus "kulit manggis" atau serbuknya sangat mudah. Tidak dibutuhkan keterampilan khusus.

Menikmati daging buah "manggis" boleh-boleh saja, tetapi "kulit"nya jangan dibuang. Sebab, sejak abad ke-13 di China, "kulit" buah "manggis" dipakai sebagai obat antidiare, antidisentri dan eksim. "Khasiat" yang sama diakui pula oleh masyarakat Thailand. Di Filipina, rebusan daun dan "kulit" batang "manggis" digunakan untuk obat penurun panas, diare, disentri dan gangguan berkemih. Rebusan akar kerap digunakan para wanita untuk meredakan gangguan menstruasi.

Di Karibia dan Amerika Latin, teh buah "manggis" dikonsumsi sebagai pembangkit stamina; Di Brazil, untuk mengatasi masalah pencernaan. Masyarakat India memakai tepung "kulit manggis" kering untuk mengatasi disentri, luka luar, luka bernanah, dan mag. Penduduk Jepang mengenal daun dan "kulit" batang "manggis" sebagai herbal berefek antiinflamasi. Dia sering digunakan untuk mengobati eksim, hyperkeratosis, dan penyakit kulit lain seperti psoriasis. Di Venezuela, "kulit manggis" digunakan untuk mengobati infeksi "kulit" akibat parasit.

Pada perkembangannya, "kulit" buah "manggis" diakui memiliki efek antibakteri, antivirus, antiinflamatori. Penelitian lebih modern membuktikan, "kulit manggis" ampuh melawan aneka penyakit degeneratif: kanker, HIV/AIDS, jantung, diabetes, alzheimer, arthritis, fibriomyalgia, pulmonary fibrosis, malaria. Penelitian aneka "khasiat" itu dilakukan di seluruh dunia; 4 benua, 12 negara dan semua memberikan hasil positif. "Manggis" panasea ajaib penakluk penyakit maut. 

Apa yang menyebabkan  "kulit manggis" ampuh mengatasi berbagai penyakit? Ahli Farmasi dari Universitas Indonesia, Dr Berna Elya Apt MSi, mengatakan "kulit manggis" mujarab mengatasi beragam penyakit berkat senyawa xanthone.

Menurut Efri Mardawati, STP, MSi, staf pengajar Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung, "kulit manggis" memang efektif sebagai antioksidan. Peneliti manfaat "kulit manggis" -- bersama dua rekannya Ir. Cucu S. Achyar MS dan Herlina Martha STP -- itu mengatakan, antioksidan senyawa yang dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas. Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas sehingga mengurangi kemampuan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan.

HINDARI  BUAH DAN SAYUR.

Selama mengkonsumsi herbal berbahan  "kulit manggis", hindari konsumsi berbagai buah-buahan, seperti: kurma, duku, mangga, rambutan, leci, lengkeng, buah naga, kiwi, matoa, plum dan stroberi. Juga hindari pula sayur mayur seperti: lobak, kol, brokoli, bunga kol, petai, dan jengkol. Menurut dr. Paulus Wahyudi Halim Med Chir, dokter dan herbalis di Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, konsumsi buah-buahan berefek antagonis sehingga dapat mengurangi "khasiat" "kulit manggis". Herbal tertentu seperti tapak dara, buah merah, kelor dan kapulaga juga sebaiknya dihindari.

(Sumber: Majalah My Healthy Life. "Kulit Manggis" VS Penyakit Maut).