"Pada saat dua orang atau lebih berkumpul bersama di suatu tempat, maka di antara mereka akan ada yang muncul menjadi "pemimpin".
Sesuai dengan formasi kumpulan manusia tersebut, beberapa anggotanya terlihat berperanan lebih aktif apabila dibandingkan dengan anggota lainnya, lebih disukai, lebih didengar dengan rasa hormat, lebih berpengaruh terhadap yang lainnya. Hal ini merupakan permulaan anggota-anggota kelompok ke dalam penggolongan para
"pemimpin" dan para pengikut. Jika kelompok tersebut berkembang dan makin stabil, akan makin terlihat batasan hirarki
"pemimpin"-pengikut.
IDENTIFIKASI DAN DEFINISI
"PEMIMPIN".
Dalam melakukan identifikasi
"pemimpin" suatu kelompok, dapat menggunakan cara sebagai berikut:
1. Bertanya kepada anggota-anggota kelompok, siapakah menurut mereka yang paling berpengaruh di dalam mengarahkan kelompok.
2. Bertanya kepada pengamat kelompok untuk menyebutkan anggota-anggota kelompok yang terlihat berpengaruh terhadap anggota-anggota lainnya. Atau mencatat banyaknya perbuatan-perbuatan yang mempunyai konotasi mempengaruhi anggota-anggota kelompok.
Dari cara-cara di atas dapat diakui bahwa kriteria identifikasi
"pemimpin" adalah pengaruh individu terhadap individu lain. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan bahwa
"pemimpin" adalah anggota kelompok yang dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas kel
ompok.
Berdasarkan pada definisi tadi dapat diambil kesimpulan, bahwa:
1. Setiap anggota kelompok, pada tingkatan tertentu adalah
"pemimpin". Hal ini dengan mudah dapat dimengerti karena setiap anggota kelompok pada saat tertentu dituntut untuk mempengaruhi aktivitas anggota-anggota lain di dalam kelompok.
2. Perbuatan-perbuatan yang mencerminkan
"kepemimpinan" merupakan kejadian yang dapat digolongkan ke dalam 'interpersonal-behaviour', misalnya interaksi. Semua interaksi bersifat dua arah dalam hal ini
"pemimpin" mempengaruhi pengikut dan sebaliknya pengikut mempengaruhi
"pemimpin". Menurut Haythorn, bahwa tingkah laku
"pemimpin" pada tingkatan tertentu merupakan fungsi sikap anggota-anggota kelompok.
3. Perlu dibedakan antara
"pemimpin" sebagai individu yang mempunyai sejumlah pengaruh yang berarti dengan
"pemimpin" formal dari suatu kelompok yang mungkin mempunyai pengaruh yang sangat kecil. Disini dapat dikatakan bahwa tidak semua
"pemimpin" formal adalah
"pemimpin" yang benar-benar
"pemimpin".
TUMBUHNYA SEBUAH
"KEPEMIMPINAN".
Struktur, situasi dan tugas-tugas kelompok, akan menentukan
"kepemimpinan" yang tumbuh dan berfungsi di dalam suatu kelompok.
"Pemimpin" yang merupakan pusat posisi di dalam kelompok memainkan peranan penting di dalam pencapaian tujuan kelompok, ideologi kelompok, struktur kelompok dan di dalam pencapaian aktivitas-aktivitas yang disetujui oleh anggota-anggota kelompok. Disini nampak adanya hubungan timbal-balik antara munculnya
"kepemimpinan" dan fungsi-fungsi yang terbentuk dengan struktur, situasi dan tugas-tugas kelompok.
Pada umumnya pengaruh di dalam kelompok lebih diarahkan pada satu atau beberapa orang saja, jarang yang diarahkan pada semua anggota kelompok. Secara alamiah perubahan konsentrasi
"kepemimpinan" dapat beraneka ragam sesuai dengan pertumbuhan dan berfungsinya kelompok.
Hierarkhi
"kepemimpinan" berkembang di dalam kelompok yang tumbuh menjadi besar dan kompleks karena tuntutan dan fungsi
"pemimpin" kelompok serta pelengkap tujuan kelompok meningkat. Pada tingkat tertinggi dari hierarkhi
"kepemimpinan" dipegang oleh
"pemimpin" utama, satu tingkat lebih rendah dipegang oleh
"pemimpin" kedua, satu tingkat lebih rendah dipegang oleh
"pemimpin" ketiga, dan seterusnya. Pada tingkat yang paling rendah terdapat pengikut.
Di dalam hierarkhi
"kepemimpinan" yang membentuk struktur kelompok ada pendelegasian atau penyebaran
"kepemimpinan". Sering diduga bahwa
"kepemimpinan" yang hierarkhis adalah
"kepemimpinan" yang mempunyai konsentrasi
"kepemimpinan" di satu tangan manusia. Dugaan seperti ini tidak benar ! Mengapa? ---- Karena makin besar dan makin kompleks suatu kelompok atau organisasi, makin dibutuhkan banyak
"pemimpin", karena makin banyak memberikan kondisi untuk munculnya
"pemimpin-pemimpin".
"Kepemimpinan" akan muncul pula pada situasi dimana usaha-usaha pencapaian tujuan kelompok mengalami hambatan atau pada saat kelompok menderita tekanan-tekanan dari luar yang mengancam keselamatan kelompok. Situasi kelompok yang demikian menuntut adanya pengertian yang dapat melangkahkan kelompok mencapai tujuannya atau mengatasi bahaya yang dihadapinya. Pengertian tersebut dapat muncul pada individu di dalam kelompok yang diterima oleh kelompok karena karakteristik pribadinya yang berani, terampil, berpengetahuan, percaya diri sendiri dan karakteristik lainnya, sehingga diakui kelompok sebagai seorang
"pemimpin". Dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi kelompok yang mengalami krisis dapat mengarahkan munculnya
"kepemimpinan". Analisa historis terhadap munculnya kediktatoran terbukti karena adanya situasi krisis yang menuntut perubahan-perubahan segera di dalam pencapaian tujuan kelompok.
Apabila masalah dalam kelompok tersebut sangat rumit, fungsi
"kepemimpinan" didistribusikan diantara sejumlah anggota sehingga muncul
"pemimpin-pemimpin" baru. Dengan berkurangnya tugas yang dilakukan karena sebagian tugas didelegasikan kepada anggota lain, maka
"kepemimpinan" dapat dilaksanakan dengan lebih berkonsentrasi lagi. Pembagian tugas yang mewujudkan tugas-tugas semudah mungkin sehingga setiap orang dapat melaksanakan pekerjaannya merupakan kunci kesuksesan di dalam pencapaian tujuan kelompok.
"Pemimpin-pemimpin" baru juga dapat muncul seandainya
"pemimpin" formal kelompok tersebut tidak menjalankan fungsinya sebagai seorang
"pemimpin".
Namun..... Walaupun situasi dan kondisi kelompok memungkinkan munculnya
"kepemimpinan", tetapi tidak ada anggota kelompok yang mempunyai potensi
"pemimpin", maka tidak akan muncul seorang pemimpin pun di dalam kelompok tersebut. Jadi ..... Selain kesempatan, potensi psikologis
"pemimpin" dibutuhkan untuk muncul
"kepemimpinan".
"Pemimpin" yang muncul adalah
"pemimpin-pemimpin" yang mempunyai keinginan-keinginan terutama keinginan untuk meningkatkan kekuasaan, prestasi dan materi.
FUNGSI-FUNGSI
"PEMIMPIN".
Bagaimanapun alam dan situasi kelompok. semua
"pemimpin" harus dapat menjalankan fungsi-fungsi
"pemimpin" sesuai dengan tujuan kelompok. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1.
"Pemimpin" sebagai orang yang menjalankan
"kepemimpinan"nya.
Peranan
"pemimpin" yang paling jelas di dalam setiap kelompok adalah sebagai koordinator tertinggi di dalam mengelola aktivitas-aktivitas kelompok.
"Pemimpin" dituntut berperan langsung di dalam pemutusan kebijaksanaan atau penentuan tujuan-tujuan kelompok. Namun....
"pemimpin" tidak diharuskan untuk melakukan sendiri semua aktivitas kelompok.
2.
"Pemimpin" sebagai perencana.
3.
"Pemimpin" sebagai pembuat kebijaksanaan.
4.
"Pemimpin" sebagai seorang ahli.
5.
"Pemimpin" sebagai wakil kelompok.
6.
"Pemimpin" sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok.
7.
"Pemimpin" sebagai orang yang mampu memberikan hadiah dan hukuman (reward and punishmant).
8.
"Pemimpin" sebagai pelerai dan penengah.
9.
"Pemimpin" sebagai contoh.
10.
"Pemimpin" sebagai simbol kelompok.
11.
"Pemimpin" sebagai pengganti tanggung jawab individu.
12.
"Pemimpin" sebagai orang yang mempunyai ideologi.
13.
"Pemimpin" sebagai tokoh ayah.
14.
"Pemimpin" sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
Dari semua fungsi yang disebutkan tadi dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Fungsi utama.
2. Fungsi pelengkap.
Yang termasuk dalam fungsi utama adalah: fungsi sebagai orang yang menjalankan
"kepemimpinan", sebagai perencana, sebagai pembuat keputusan, sebagai ahli, sebagai wakil kelompok, sebagai pengawas hubungan dalam kelompok, sebagai orang yang mampu memberikan hadiah dan hukuman, sebagai penengah dan pendamai.
Sedangkan fungsi pelengkap adalah: Fungsi sebagai model atau contoh, sebagai simbol kelompok, sebagai pengganti tanggung jawab individu, sebagai orang yang mempunyai ideologi, sebagai tokoh ayah, sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
PERSEPSI PENGIKUT TENTANG
"PEMIMPIN".
Supaya
"pemimpin" dapat diterima oleh pengikutnya, maka perlu diketahui bagaimana persepsi pengikut tentang
"pemimpin". Persepsi tersebut adalah:
1.
"Pemimpin" harus diterima sebagai salah satu dari anggota kelompok (one of us).
2.
"Pemimpin" harus diterima sebagai anggota kelompok pada umumnya (most of us).
3.
"Pemimpin" harus diterima sebagai orang yang paling baik dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya (the best of us).
4.
"Pemimpin" harus menyesuaikan diri dengan harapan-harapan pengikut.
KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN
"PEMIMPIN".
Pada umumnya seorang
"pemimpin" memiliki intelegensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan intelegensi para pengikutnya. Disamping itu seorang
"pemimpin" juga memperlihatkan karakteristik penyesuaian diri yang lebih baik, lebih dominan, lebih ekstrovert, lebih jantan, tidak konservatif dan lebih sensitif di dalam hubungan antar manusia bila dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya.
Karakteristik
"pemimpin" akan berkembang apabila berperanan sebagai
"pemimpin", artinya apabila bergumul dengan masalah-masalah yang menuntut usaha mengarahkan kelompok. Dengan demikian pola
"pemimpin" pada seseorang adalah hasil dari proses belajar.
Penampilan yang terus menerus dalam
waktu yang cukup lama di dalam melakukan suatu pekerjaan akan membentuk kepribadian tertentu. Misalnya seseorang yang bekerja sebagai pedagang akan memperlihatkan kepribadian yang berbeda dengan kepribadian seorang yang mempunyai pekerjaan sebagai guru atau pegawai negeri, dan seterusnya. Jadi dapat dikatakan bahwa kantor atau pekerjaan dapat membentuk pribadi manusia. Demikian pula dengan kedudukan
"pemimpin" dengan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakannya dapat mempengaruhi dan membentuk pribadi tertentu pada seorang
"pemimpin".
Mengenai sifat
"kepemimpinan" ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa
"kepemimpinan" itu bersifat umum, artinya seseorang yang menjadi
"pemimpin" di dalam suatu situasi akan menjadi
"pemimpin" di dalam situasi-situasi lainnya. Pendapat kedua, menyatakan bahwa
"kepemimpinan" itu bersifat khusus, artinya seorang
"pemimpin" dari suatu kelompok dengan tugas dan karakteristik tertentu belum tentu dapat menjadi
"pemimpin" dari kelompok dengan tugas dan karakteristik yang lain. Perubahan tugas dan karakteristik kelompok dapat menyebabkan timbulnya perubahan di dalam cara memimpinnya.
Menurut Carter dan Nixon, ada tiga macam tugas dalam kelompok, yaitu:
1. Tugas yang menuntut pemikiran.
2. Tugas yang menuntut keahlian mekanis.
3. Tugas yang ada kaitannya dengan keagamaan.
Dari ketiga macam tugas tadi dihitung korelasinya sehingga dihasilkan adanya d
ua macam
"kepemimpinan", yaitu:
1.
"Kepemimpinan" Intelektual.
2.
"Kepemimpinan" mekanik (tehnik).
Di dalam studi lebih lanjut lagi, Carter menyimpulkan hanya ada dua macam tugas yaitu tugas yang menuntut pemikiran dan tugas yang menuntut penggunaan obyek.
(Sumber: Psikologi Sosial, Oleh Carolina Nitimihardjo).
"Pemimpin" sering diilustrasikan sebagai:
1. Matahari yang memberikan sinar kehangatannya tanpa membeda-bedakan yang baik, yang buruk, yang kaya, yang miskin, suku, keyakinan, ras dan mampu memancarkan cahaya untuk menyingkirkan kegelapan sebagai sumber kejahatan. Seorang
"Pemimpin" harus mampu memberi kehangatan, kejelasan, berlaku adil tanpa membeda-bedakan dan mampu menumbuhkan kebaikan dan mengubah lingkungan menjadi lebih baik.
2. Air yang siap memberi kehidupan dan kesuburan, jernih, transparan dan selalu siap dibersihkan kalau kotor tetapi mampu juga menghukum bila manusia salah, tanpa pandang bulu. Seorang
"Pemimpin" juga harus mampu memberi kehidupan kpada para pengikutnya, transparan dan siap dikoreksi/mengkoreksi diri bila bersalah dan berani menghukum bila ada yang salah tanpa membeda-bedakan.
3. Bintang yang memberi arah kepada siapa saja yang sedang dalam kegelapan dan membutuhkan tuntunan. Seorang
"Pemimpin" harus mampu menjadi penuntun dan penerang dalam kegelapan melalui keteladanan hidup.
4. Angin yang selalu dirindukan karena mampu memberi kesejukan kepada siapa saja yang kegerahan dan membutuhkan kesgaran. Seorang
"Pemimpin" harus selalu dirindukan bila tidak ada karena mampu memberi kesejukan dan kesegaran waktu hadir.
5. Bumi yan g siap diinjak, dikotori tetapi tetap setia memberi kehidupan bagi para penghuninya dan mampu memendam segala keburukan atau hal-hal yang kurang bermanfaat lagi dan selalu siap enerima siapa saja yang datang kepadanya. Seorang
"Pemimpin" harus juga mampu memberi maaf, tidak pendendam, teta setia, akomodatif dan mengayomi.
6. Api yang mampu mengubah segala sesuatu sehingga bermanfaat bagi manusia, mampu mengubah yang keras menjadi lunak, memberi terang dan kehangatan. Seorang
"Pemimpin" juga harus mampu mengubah sesuatu yang tidak/kurang bermanfaat menjadi bermanfaat untuk kehidupan pengikutnya.
7. Kemudi karena seorang
"Pemimpin" harus mampu membawa pengikutnya menuju tujuan yang dicita-citakan.
8. Rem karena seorang
"Pemimpin" juga harus mampu berfungsi mencegah hal-hal yang buruk terjadi.
Dengan demikian, maka ciri utama seorang
"Pemimpin" masyarakat justru tidak langsung dikaitkan dengan keterampilan, kecakapan, jenis kelamin dan sebagainya, tetapi lebih dikaitkan dengan sifat-sifat luhur manusia yang diperankannya; jujur, adil, transparan, kerendahan hati, setia dan kearifan selalu mampu berperan dalam memberi penerangan dalam kegelapan, penunjuk arah melalui keteladanan, kesejukan dalam kegelisahan, mencegah hal-hal yang buruk terjadi, akomodatif dan mengayomi, dan sebagainya yang secara keseluruhan menunjukkan keluhuran budi seorang manusia sejati.