"Sujud syukur" adalah "sujud" yang dilakukan karena mendapat nikmat 
dari Allah SWT. tetapi harus diingat bahwa "Sujud syukur" hanya 
sunat hukumnya apabila dilakukan karena mendapat nikmat YANG BESAR dan 
JARANG2 berlaku saja. 
Contohnya apabila dapat mendirikan rumah tangga 
atau mendapat pekerjaan. mendapat nilai yang bagus dalam ujian juga
 merupakan nikmat yang besar dan tidak selalu berlaku (?) 
TETAPI sekiranya
 nikmat tersebut adalah yang biasa-biasa saja seperti DAPAT MAKAN atau 
MENDAPAT BELI TOPUP misalnya maka hukum "Sujud syukur" tidaklah sunat 
tetapi BIDA'AH.
Jika hajat kita telah tercapai, maka hendaklah kita mendzahirkan rasa 
penghargaan kita terhadap Allah melalui "Sujud syukur". "Sujud syukur" 
bermaksud "Sujud" yang dilakukan karena men"syukur"i nikmat Allah. "Sujud syukur" ini disunatkan kepada seseorang yang terlepas dari bahaya atau 
orang yang mendapat nikmat dari Allah SWT.
 Abi Bakrah 
meriwayatkan “bahwa Nabi SAW apabila datang kepadanya sesuatu yang 
mengembirakan atau khabar suka, baginda terus "Sujud" berterima kasih 
kepada Allah”.(Riwayat Abu Dawud dan Tarmizi).
 Firman Allah SWT:
 Dan (ingatlah juga), ketika Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika 
kamu ber"syukur", pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika 
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." 
(Quran, surah Ibrahim, 14:7)
 SEBAB-SEBAB "SUJUD SYUKUR" DILAKUKAN
 Secara umumnya "Sujud syukur" itu dilakukan apabila seorang hamba itu 
mendapat nikmat atau terhindar dari suatu bencana atau mendapatkan 
kembali sesuatu yang telah hilang atau selamat dari merbahaya.
 
Dalam hal ini hukum "Sujud syukur" menurut madzhab Syafi'i dan Hanbali 
adalah sunat, sama ada nikmat yang diperolehi atau bencana yang dialami 
itu khas bagi dirinya atau bagi semua umat "Islam", seperti kemenangan atas musuh, hilangnya wabah yang merbahaya dan sebagainya. Tetapi 
terdapat suatu pandangan di kalangan madzhab Hanbali bahawa "Sujud syukur" 
hanya dilakukan bagi nikmat yang sifatnya umum untuk semua umat "Islam" 
dan bukan untuk nikmat yang khas.
 SYARAT-SYARAT "SUJUD SYUKUR".
 Menurut madzhab Syafi’i dan Hanbali disyaratkan sebagaimana hendak 
melakukan sholat yaitu thaharah, suci dari hadas kecil ataupun besar,
 menghadap kiblat dan menutup aurat.
 KAIFIAT "SUJUD SYUKUR".
 Cara pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
1) Menghadap kiblat
2) Bertakbir kemudian "Sujud" sekali dengan membaca doa sebagaimana doa "Sujud" di dalam sholat.
3) Bertakbir sekali lagi untuk bangkit dari "Sujud", kemudian salam tanpa membaca doa tasyahud.
1) Menghadap kiblat
2) Bertakbir kemudian "Sujud" sekali dengan membaca doa sebagaimana doa "Sujud" di dalam sholat.
3) Bertakbir sekali lagi untuk bangkit dari "Sujud", kemudian salam tanpa membaca doa tasyahud.
 (untuk salam boleh dilakukan sekali)
 HUKUM "SUJUD SYUKUR" PADA WAKTU YANG DILARANG MENGERJAKAN SHOLAT:
 Makruh hukumnya mengerjakan "Sujud syukur" pada waktu-waktu yang dilarang
 mengerjakan sholat sunat seperti selepas sholat Subuh atau selepas sholat 
Ashar. Meskipun pada ketika itu berlaku sebab-sebab yang membolehkan 
mengerjakan sholat sunat. Begitu juga tidak dibenarkan mengerjakan "Sujud syukur" ketika mendengar khutbah Ju'mat.
 RUKUN "SUJUD SYUKUR".
 1) Berniat untuk "Sujud syukur" 
2) Membaca takbiratul ihram ketika hendak "Sujud" 
3) Satu kali "Sujud" 
4) Memberi salam sesudah "Sujud"
Sumber: 
1. https://www.facebook.com/.../posts/57298272612383...
3. thelivelovela.blogspot.com/.../cara-cara-sujud-syukur-...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar