"Hawa Nafsu" adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu baik itu berupa
kebaikan atau keburukan".
Seorang
muslim haruslah merenung dan selalu introspeksi mengenai pengaruh "Hawa Nafsu"
terhadap dirinya, disini kita dituntut Jihad Melawan "Hawa Nafsu".
Setiap ayat Al Qur’an yang menyebutkan
tentang "Hawa Nafsu" selalu dalam bentuk pencelaan disamping mengingatkan
agar kita tidak mengikuti dan cenderung kepadanya.
Demikian halnya dgn hadits nabawi jika berbicara mengenai "Hawa Nafsu"
senantiasa mengatakannya sebagai hal yang tercela. Kecuali pada sebagian
hadits misalnya sabda Rasulullah SAW. “Tidaklah
beriman salah seorang dari kalian sehingga "Hawa Nafsu"nya tunduk terhadap
apa yang aku bawa.”
"Hawa Nafsu" adalah sesembahan selain Allah yang paling
buruk. Nabi SAW., bersabda “Di kolong langit ini
tidak ada tuhan yang disembah yang lbh besar dalam pandangan Allah selain
dari "Hawa Nafsu" yang dituruti.” Yang demikian itu karena "Hawa Nafsu" mampu
mengubah banyak jiwa manusia dari baik menjadi buruk dari adil menjadi
zhalim dari tauhid menjadi syirik dari lurus menjadi bengkok dan dari
sunnah menjadi bid’ah.
Oleh sebab itu para ahli bid’ah disebut dengan hamba "Hawa Nafsu". “Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan "Hawa Nafsu"nya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah .
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” . “Terangkanlah kepadaku
tentang orang yang menjadikan "Hawa Nafsu"nya sebagai tuhannya. Maka apakah
kamu dapat menjadikan pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tak lain
hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat jalannya .”
Dalam Al Qur’an terkadang Allah Ta’ala mengumpamakan para ahli bid’ah
dan yang selalu memperturutkan "Hawa Nafsu"nya dengan anjing keledai atau dengan
binatang ternak. “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah
Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami kemudian dia melepaskan diri
daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan maka jadilah dia
termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan dengan ayat-ayat itu tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan "Hawa Nafsu"nya yang rendah maka perumpamaannya seperti anjing
jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
dia mengulurkan lidahnya . Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar
mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zhalim. ”
. Di ayat lain Allah Ta’ala berfirman “Seakan-akan mereka itu keledai
liar yang lari terkejut lari dari singa.”
Allah Ta’ala memperingatkan Nabi-Nya, Muhammad SAW. supaya tidak menuruti "Hawa Nafsu" orang-orang musyrik. Allah
Ta’ala berfirman “Maka kearena itu serulah dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti "Hawa Nafsu" mereka dan
katakanlah “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku
diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu sekalian.” Juga agar
tidak mengikuti "Hawa Nafsu" orang-orang yahudi dan nashrani. “Orang-orang
yahudi dan nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk.” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti "Hawa Nafsu" mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.”
Selanjutnya Allah menjelaskan penyimpangan dan kebejatan orang-orang
musyrik dalam FirmanNya “Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada
orang-orang yang diberi Al Kitab semua ayat mereka tidak akan mengikuti
kiblatmu dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Dan sebagian
merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti "Hawa Nafsu" mereka setelah datang ilmu
kepadamu sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yg
zhalim.”
Allah memerintahkan melalui kitab dan lisan RasulNya agar kita
menentukan hukum di antara manusia dengan adil. Disamping memperingatkan
kita agar tidak mengikuti "Hawa Nafsu" dengan cenderung kepada salah seorang
yang berselisih secara tidak benar. “Wahai orang-orang yang beriman jadilah
kamu orang yang benar-benar penegak keadilan menjadi saksi karena Allah
biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika
ia kaya ataupun miskin maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti "Hawa Nafsu" karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutarbalikkan atau enggan menjadi saksi maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
Allah memberitahukan bahwa mengikuti "Hawa Nafsu" akan menyesatkan
seseorang dari jalanNya. “Hai Daud sesungguhnya Kami menjadikan kamu
khalifah di muka bumi maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil
dan janganlah kamu mengikuti "Hawa Nafsu" maka ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah.” Kemudian Allah menjelaskan kesudahan orang-orang yang
tersesat dari jalanNya dengan FirmanNya “Sesungguhnya orang-orang yang sesat
dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari
perhitungan.”
Dalam Al Musnad dijelaskan bahwa Anas ra. berkata Rasul
SAW., bersabda “Ada tiga buah perkara yang
membinasakan dan tiga perkara lain yang menyelamatkan. Adapun yang
membinasakan yaitu; kikir yang dituruti "Hawa Nafsu" yang diikuti dan ‘ujub
terhadap diri sendiri. Sedangkan yang menyelamatkan yaitu bertakwa kepada
Allah baik dalam keadaan rahasia atau terang-terangan adil ketika marah
atau ridha dan berlaku sederhana baik ketika miskin atau kaya.”
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin menyebutkan
“Sesungguhnya orang yang mengikuti "Hawa Nafsu"nya tidak berhak untuk ditaati
tidak boleh menjadi imam dan tidaka boleh diikuti. Allah Ta’ala
memecatnya dari imamah serta melarang kita mentaatinya.” Adapun
pemecatannya dari imamah adalah berdasarkan Firman Allah Ta’ala
“Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia” Ibrahim
berkata dari keturunanku. Allah berfirman “JanjiKu ini tidak mengenai
orang-orang yang dzhalim.”
Dan tiap orang yang mengikuti "Hawa Nafsu"nya tanpa diragukan lagi ia adalah
termasuk orang-orang yang dzhalim Allah berfirman “Tetapi orang-orang yang
dzhalim mengikuti "Hawa Nafsu"nya tanpa ilmu pengetahuan.”
Adapun larangan
mentaati orang yang mengikuti "Hawa Nafsu" terdapat dalam Firman Allah “Dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingat Kami serta menuruti "Hawa Nafsu"nya dan adalah keadaannya itu
melewati batas.”
Dalam kitab yg sama Ibnul Qayyim berkata “Sesungguhnya "Hawa Nafsu" itu
adalah suatu larangan yang dengannya sekeliling neraka Jahannam dikitari.
Maka barang siapa terjerumus ke dalam "Hawa Nafsu" maka ia terjerumus
ke dalam api Jahannam. Disebutkan dalam Shahihain bahwasanya Rasul
SAW., bersabda “Surga itu dikelilingi dengan hal-hal
yang dibenci dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai syahwat.” Dalam
sebuah hadits marfu’ dari Abu Hurairah diriwayatkan “Ketika Allah
menciptakan surga Ia mengutus Jibril ke sana. Allah berfirman “Lihatlah
kesana dan lihatlah apa-apa yang Aku sediakan untuk para penghuninya.” Lalu
Jibril mendatangi dan melihatnya juga melihat apa yang disediakan Allah
untuk para penghuninya lalu ia berkata “Demi kemuliaan dan keagunganMu
tidaklah salah seorang dari hambaMu mendengar tentang beritanya kecuali
memasukinya.” Kemudian Allah memerintahkannya sehingga ia dikelilingi
dengan hal-hal yang dibenci lalu Allah berfirman kepada Jibril “Kembalilah
dan lihatlah surga.” lalu ia kembali dan melihat kepadanya sedang ia
telah dikelilingi dengan hal-hal yang dibenci maka Jibril berkata “Demi
kemuliaan dan keagunganMu sungguh aku takutkan tak seorangpun akan
memasukinya. Lalu Allah berfirman kepadanya “ Pergilah ke neraka dan
lihatlah ia sekaligus apa yang Kusediakan untuk para penghuninya.” Lalu
Jibril datang melihat neraka dan apa yang disediakan untuk para penghuninya. Neraka itu sebagiannya tersusun atas sebagian yang lain ia lalu
berkata “Demi kemuliaan dan kebesaranMu tidaklah seseorang mendengar
tentang-nya kemudian memasukinya.” Kemudian Allah menyuruhnya lalu
neraka itu dikelillingi dengan shahwat lalu Allah berfirman kepada Jibril
“Kembali dan lihatlah padanya. ” Kemudian Jibril kembali melihat neraka
lalu ia berkata “Demi kemuliaan dan keagunganMu sungguh aku takutkan tak
seorangpun akan selamat dari padanya.” Imam Tirmidzi berkata hadits ini
adalah hasan shahih.
Ibnul Qayyim dalam soal keutamaan melawan "Hawa Nafsu" berkomentar
“Sesungguhnya melawan "Hawa Nafsu" bagi seorang hamba melahirkan suatu
kekuatan di badan hati dan lisannya.” Sebagian salaf berkata “Orang yang
bisa mengalahkan "nafsu"nya lebih kuat daripada orang yang menaklukkan sebuah
kota dengan seorang diri.” Dalam hadits shahih disebutkan “Tidaklah orang
yang kuat itu yang menang dalam bergulat tetapi orang yang kuat adalah orang yang
dapat menguasai "Hawa Nafsu"nya ketika ia marah.”
Seorang muslim terkadang dalam mengawasi "Hawa Nafsu"nya. Ia bersikap toleran
terhadap kebatilan sehingga akhirnya ia condong kepada kebatilan dan membelanya.
Dia menyangka bahwa dirinya menyimpang dari kebenaran. Dan menyangka bahwa
dirinya tidak sedang memusuhi kebenaran. Dan ini hampir tidak ada yang selamat
darinya kecuali orang yang dipelihara oleh Allah SWT.
Hanya saja manusia kadarnya bertingkat dalam sikapnya terhadap "Hawa Nafsu".
Diantara mereka ada yang sering terbawa arus "Hawa Nafsu"nya sampai melampaui
batas sehingga orang yang tidak mengetahui tabiat manusia dan pengaruh "Hawa Nafsu" yang demikian besar menyangka bahwa orang tadi melakukan kesalahan yang
fatal dengan sengaja. Diantara manusia ada yang dapat mengekang "Hawa Nafsu"nya
sehingga jarang mengikuti "Hawa Nafsu"nya.
Bisa dikatakan bahwa "Hawa Nafsu" adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang
selaras dengan kehendaknya. Kecondongan ini secara fitrah telah
diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka.
Sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan
biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan
memenuhi kebutuhan biologis tersebut. "Hawa Nafsu" mendorongnya kepada hal-hal
yang dikehendakinya tersebut. Sebagaimana rasa emosional mencegahnya
dari hal-hal yang menyakitinya.
Maka dari itu tidak boleh mencela "Hawa Nafsu" secara mutlak
dan tidak boleh pula memujinya secara mutlak. Namun karena kebiasaan
orang yang mengikuti "Hawa Nafsu", syahwat dan emosinya tidak dapat
berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah "Hawa Nafsu", syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang
ditimbulkannya.
Sehubungan manusia selalu diuji dengan "Hawa Nafsu",
tidak seperti hewan dan setiap saat ia mengalami berbagai macam gejolak,
maka ia harus memiliki dua peredam, yaitu akal sehat dan agama. Maka
diperintahkan untuk mengangkat seluruh "Hawa Nafsu" kepada agama dan akal
sehat. Dan hendaknya ia selalu mematuhi keputusan kedua peredam
tersebut.
Untuk itu sudah
saatnya kita kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah, hanya dengan kedua
pegangan itulah kita akan selamat dunia dan akhirat. Bertanyalah kepada
para Alim Ulama yang mempunyai wawasan Agama yang mumpuni, apabila
terjadi perbedaan pandangan ketika kita belajar kedua pegangan tersebut.
Berselisihlah dengan cara bijak dan berpedoman dengan As Sunnah, bukan
dengan emosi dan peraturan kita sendiri.
Semoga artikel ini bermanfaat, dan mudah-mudahanAllah SWT. selalu memberikan petunjuk dan hidayahNya kepada kita semua. Aamiiin.
Semoga Allah menjauhkan kita dari kesalahan kealpaan dan cinta kepada "Hawa Nafsu". Semoga pula Ia menjadikan kita di antara orang-orang yang
takut dan bertakwa kepadaNya. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin......
Sumber:
1. www.untukku.com/.../cara-menahan-hawa-nafsu-menurut-islam-untukk...
2. sweet-myheart.blogspot.com › Akhlak › Pendidikan
3. akhlaqmuslim.wordpress.com/.../hawa-nafsu-dan-cara-pengendaliannya/
4. laely.widjajati.photos.facebook/LOMBOK-........TOMAT.............
5. laely.widjajati.photos.facebook/Add-a-description....
6. laely.widjajati.photos.facebook/Jagoanku.....
7. laely.widjajati.photos.facebook/Anak2-(10-Th-Yg-Lalu).......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar