"Secara garis besar "Fakta Sosial" terdiri atas dua tipe yakni struktur
"sosial" dan pranata "sosial".
Sifat dan hubungan dari "Fakta Sosial" inilah
yang menjadi sasaran penelitian "Sosiologi" menurut paradigma "Fakta Sosial". Secara lebih terperinci "Fakta Sosial" itu terdiri atas :
kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem "sosial", posisi, peranan,
nilai-nilai keluarga, pemerintah, dan sebagainya.
"Fakta Sosial" bersifat eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion). "Fakta Sosial" mempengaruhi tindakan-tindakan manusia. Tindakan individu
merupakan hasil proses pendefinisian reslitas "sosial", serta bagaimana
orang mendefinisikan situasi. Asumsi yang mendasari adalah bahwa manusia
adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia "sosial"nya sendiri.
"Fakta Sosial" inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan "Sosiologi". "Fakta Sosial" dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia.
"Fakta Sosial" inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan "Sosiologi". "Fakta Sosial" dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia.
"Fakta Sosial" menurut Emile Durkheim terdiri atas dua macam:
1. Dalam bentuk material, yaitu barang sesuatu yang dapat disimak,
ditangkap, diobservasi. "Fakta Sosial" yang berbentuk material ini adalah
bagian dari dunia nyata (external world), contohnya arsitektur dan norma
hukum.
2. Dalam bentuk non material, yaitu merupakan fenomena yang bersifat inter
subjektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia,
contohnya egoisme, altruisme dan opini. Jenis-jenis "Fakta Sosial" non material adalah:
a.
a. Moralitas
Perspektif
Durkheim tentang moralitas terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim
yakin
bahwa moralitas adalah "Fakta Sosial", dengan kata lain, moralitas bisa
dipelajari secara empiris, karena ia berada di luar individu, ia memaksa
individu, dan bisa dijelaskan dengan "Fakta"-"Fakta Sosial" lain. Artinya,
moralitas bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan secara filosofis, namun
sesuatu
yang mesti dipelajari sebagai fenomena empiris. Kedua, Durkheim dianggap
sebagai sosiolog moralitas karena studinya didorong oleh kepeduliannya
kepada
“kesehatan” moral masyarakat modern.
b. Kesadaran Kolektif
Durkheim
mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut; “seluruh kepercayaan
dan
perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk
suatu
sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya
dengan
kesadaran kolektif atau kesadaran umum. Dengan demikian, dia tidak sama
dengan
kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat
kesadaran-kesadaran
partikular”.
Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini. Pertama,
kesadaran
kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut
“keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim memahami
kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dari dan mampu menciptakan "Fakta Sosial" yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar cerminan dari
basis
material sebagaimana yang dikemukakan Marx. Ketiga, kesadaran kolektif
baru
bisa “terwujud” melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan
kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat
terbuka dan
tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa
masyarakat
“primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian,
norma, dan
kepercayaan bersama , lebih dari masyarakat modern.
c. Representasi
Kolektif
Contoh
representasi kolektif adalah simbol agama, mitos, dan legenda populer.
Semuanya
mempresentasikan kepercayaan, norma, dan nilai kolektif, dan mendorong
kita
untuk menyesuaikan diri dengan klaim kolektif.
Representasi kolektif juga tidak bisa direduksi kepada
individu-individu,
karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara
langsung karena cenderung berhubungan dengan simbol material seperti
isyarat,
ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.
d. Arus "Sosial"
Menurut
Durkheim, arus "sosial" merupakan "Fakta Sosial" yang tidak menghadirkan
diri dalam
bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan “dengan luapan semangat,
amarah, dan rasa kasihan” yang terbentuk dalam kumpulan publik.
e. Pikiran
Kelompok
Durkheim
menyatakan bahwa pikiran kolektif sebenarnya adalah kumpulan pikiran
individu.
Akan tetapi pikiran individual tidak secara mekanis saling bersinggungan
dan
tertutup satu sama lain. Pikiran-pikiran individual terus-menerus
berinteraksi
melalui pertukaran simbol: mereka megelompokkan diri berdasarkan
hubungan alami
mereka, mereka menyusun dan mengatur diri mereka sendiri. Dalam hal ini
terbentuklah suatu hal baru yang murni bersifat psikologis, hal yang tak
ada
bandingannya di dunia biasa.
Pokok persoalan yang harus menjadi pusat
perhatian penyelidikan "Sosiologi" menurut paradigma ini adalah "Fakta"-"Fakta Sosial". Secara garis besar "Fakta Sosial" terdiri atas dua
tipe, masing-masing adalah struktur "sosial" dan pranata "sosial". Secara
lebih terperinci "Fakta Sosial" itu terdiri atas : kelompok, kesatuan
masyarakat tertentu, system "sosial", peranan, nilai-nilai, keluarga,
pemerintahan dan sebagainya. Menurut Peter Blau ada dua tipe dasar dari
"Fakta Sosial":
1. Nilai-nilai umum ( common values )
2. Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.
Ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma "Fakta Sosial" ini. Masing-masing adalah :
1. Teori Fungsionalisme-Struktural, yaitu teori yang menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifestasi, dan keseimbangan.
2. Teori Konflik, yaitu teori yang menentang teori sebelumnya (fungsionalisme-struktural) dimana masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus diantar unsure-unsurnya.
3. Teori Sistem
4. Teori "Sosiologi" Makro
Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan "Fakta Sosial" ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviw maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang. Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma "Fakta Sosial" sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.
1. Nilai-nilai umum ( common values )
2. Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.
Ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma "Fakta Sosial" ini. Masing-masing adalah :
1. Teori Fungsionalisme-Struktural, yaitu teori yang menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifestasi, dan keseimbangan.
2. Teori Konflik, yaitu teori yang menentang teori sebelumnya (fungsionalisme-struktural) dimana masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus diantar unsure-unsurnya.
3. Teori Sistem
4. Teori "Sosiologi" Makro
Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan "Fakta Sosial" ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviw maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang. Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma "Fakta Sosial" sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.
Sumber:
1. sejahar.wordpress.com/2012/07/18/emile-durkeim-fakta-sosial/
2. de-kill.blogspot.com/2009/05/sosiologi-perspektif-fakta-sosial.html
3. uummii-n.blogspot.com/.../teori-sosiologi-klasik-emile-durkheim.ht...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar