"Buju' Kosambi" atau Syekh Abdul Mannan adalah putera pertama dari Sayyid Husen (yaitu seorang pemuka agama Islam yang terkenal kekeramatannya di wilayah Bangkalan Madura)".
Sayyid Husen wafat akibat dibunuh oleh Prajurit Kerajaan atas perintah Raja. Sayyid Husen sebenarnya tidak bersalah, karena beliau difitnah sampai menyebabkan kematian atas diri beliau. Beliau wafat meninggalkan dua orang putera, yang pertama bernama Abdul Mannan ("Buju' Kosambi") dan yang kedua bernama Abdul Rakhman. Sejak wafat ayahnya, kedua bersaudara ini sepakat untuk lari guna menyelamatkan diri . Si bungsu (Abdul Rakhman) lari menuju Desa Bire (Kabupaten Bangkalan), beliau menetap hingga wafat disana, dan tempat terakhirnya itu terkenal dengan sebutan "Buju'" Bire (Buyut Bire). 
Sedangkan Syekh Abdul Mannan ("Buju' Kosambi"), beliau lari dan menjauhkan diri dari wilayah kekuasaan Raja Bangkalan. Hari demi hari dilaluinya dengan sengsara dan penuh penderitaan, namun beliau menerima semua itu dengan tabah dan sabar. Hingga akhirnya, sampailah beliau di sebuah hutan lebat di tengah  perbukitan di wilayah "Batu Ampar" ( Kabupaten Pamekasan ). Di hutan inilah  akhirnya beliau merasakan ketenangan dalam hatinya. Kemudian di tempat ini pula beliau  bertapa / bertirakat untuk mendekatkan diri kepada Allah  SWT. Dalam melaksanakan hajatnya beliau memilih tempat di bawah Pohon  "Kosambi". Karena beliau bertapa di bawah Pohon "Kosambi" inilah yang akhirnya beliau dijuluki dengan "Buju' Kosambi". "Buju'" adalah Bahasa Madura yang berarti Buyut. Sedangkan "Kesambi" atau "Kosambi" (Schleichera oleosa) adalah  nama sejenis pohon daerah kering, kerabat rambutan  dari suku  Sapindaceae. Jadi "Buju' Kosambi" berarti Buyut yang pernah bertapa di bawah Pohon "Kosambi".
Hari berganti minggu, bulan berganti tahun, tahun demi tahun berlalu..... Syahdan tapa beliau ini berlangsung selama 41 tahun. Saat  memulai tapa itu beliau berumur 21 tahun. Hingga akhirnya beliau  ditemukan anak seorang penduduk desa ( Wanita ) yang sedang mencari kayu  di hutan. 
Singkat cerita akhirnya Syekh abdul Mannan ("Buju' Kosambi") dibawa ke rumahnya. Dari  hubungan tersebut, timbullah kesepakatan antara orang tua si anak tersebut  untuk menjodohkan Syekh abdul Mannan  ("Buju' Kosambi") dengan salah seorang putrinya.  Sebagai tanda terima kasih, beliau memilih si sulung sebagai istrinya,  walaupun dalam kenyataannya sisulung menderita penyakit kulit. Anehnya  terjadi keajaiban di hari ke 41 pernikahan mereka. Saat itu juga sang  istri yang semula menderita penyakit kulit tiba-tiba sembuh seketika.  Dan bukan hanya itu kulitnya bertambah putih bersih dan cantik jelita,  sampai-sampai kecantikannya tersiar kemana-mana. Dan konon kabarnya pula  bahwa Raja Sumenep mengagumi dan tertarik akan kecantikan istri Syekh  Abdul Mannan ini.
Dari pernikahan ini, Syekh Abdul Mannan ("Buju' Kosambi") dikaruniai seorang putera yang bernama  Taqihul Muqadam, setelah itu menyusul pula putera kedua yang diberi nama  Basyaniah. Setelah bertahun-tahun menjalankan tugasnya sebagai Khalifah,  akhirnya beliau wafat dengan meninggalkan dua orang putera. Jenazahnya  dimakamkan  di "Batu Ampar" dan terkenal dengan julukan "Buju’ Kosambi". Dan  putera pertama beliau juga saat wafat jenazahnya dikebumikan di dekat  pusara beliau ("Buju' Kosambi"). 
Sumber:
1. Sejarah Auliya' "Batu Ampar". KH. Ach. Fauzy Damanhuri.
2. id.wikipedia.org/wiki/"Kesambi"
3. Facebook.Photo's.Laely.Widjajati/profile-picture/
4. Facebook.Photo's.Laely.Widjajati/ASTANA-BATU-AMPAR-TIMUR/
Sumber:
1. Sejarah Auliya' "Batu Ampar". KH. Ach. Fauzy Damanhuri.
2. id.wikipedia.org/wiki/"Kesambi"
3. Facebook.Photo's.Laely.Widjajati/profile-picture/
4. Facebook.Photo's.Laely.Widjajati/ASTANA-BATU-AMPAR-TIMUR/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar