"Makan"an dan "minum"an merupakan sarana, bukan tujuan dari hidup. Jadi "makan" dan "minum" semata-mata untuk keselamatan badan sehingga kita dapat beribadah kepada Allah."
"Makan" dan "minum" bukan untuk mencari kepuasan. Oleh karenanya kalau tidak lapar tidak akan "makan" dan kalau tidak haus tidak akan "minum". Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Kami adalah kaum yang tidak "makan" sebelum lapar, dan berhenti sebelum kenyang." Maka dari itu kita sebagai kaum muslimin, ketika "makan" dan "minum" hendaklah mengikuti adab yang diatur secara khusus oleh hukum syariat, antara lain sebagai berikut:
1. Memilih "makan"an dan "minum"an yang baik, halal dan bersih dari noda-noda yang haram dan syubhat, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A'raf Ayat 160: "... "Makan"lah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu...."
Yang dimaksud dengan yang baik adalah "makan"an halal yang tidak kotor dan buruk.
2. Berniat dengan "makan" dan "minum"nya supaya kuat ibadah kepada Allah, dengan tujuan supaya "makan" dan "minum"nya mendapat pahala.
3. Hendaklah membersihkan kedua belah tangannya apabila kotor atau tidak yakin kebersihannya.
4. Hendaklah menghidangkan "makan"annya di atas seprei-"makan" (tikar), tidak di atas meja "makan", karena cara demikian lebih dekat kepada tawadu (merendahkan diri).
Hadits Bukhari menjelaskan, Anas berkata: "Rasulullah SAW tidak pernah "makan" di atas meja "makan" dan hanya menggunakan piring kecil."
5. Hendaklah duduk dengan sopan, yaitu dengan cara berlutut dan duduk di atas dua telapak kakinya. Atau duduk bersila dengan kaki kanan ditegakkan sebagaimana duduknya Rasulullah SAW; sebagaimana Hadits Riwayat Bukhari: Rasulullah SAW bersabda: "Aku tidak duduk bersandar. Sesungguhnya aku seorang hamba. Aku "makan" seperti "makan"nya hamba dan aku duduk seperti duduknya hamba."
6. Hendaklah rela dengan "makan"an yang ada dan tidak boleh mencelanya. Apabila suka "makan"lah dan apabila tidak suka tinggalkan. Hal ini sebagaimana Abu Hurairah meriwayatkan hadits: "Rasulullah tidak pernah sekalipun mencela "makan"an, jika ia suka di"makan"nya dan apabila tidak suka ia tinggalkan." (Abu Daud).
7. Hendaklah "makan" bersama orang lain, baik tamu, keluarga, anak atau pembantu; Sebagaimana Hadits Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi: "Makan"lah "makan"anmu bersama-sama. Allah akan memberkatimu pada "makan"an itu."
ADAB DI WAKTU "MAKAN".
1. Mulailah dengan membaca basmallah, sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seseorang dari kamu "makan", maka sebutlah nama Allah. Bila lupa menyebut nama Allah pada awalnya, maka ucapkanlah: Bismillah awwalahu wa akhirahu."
2. Hendaklah diakhiri dengan membaca alhamdulillah, sebagaimana Hadits Muttafaq 'alaih, Rasulullah bersabda: "Siapa yang "makan" kemudian membaca alhamdulillahillazi at'amani haza warazaqanihi min gairi haulin wala quwwatin (segala puji bagi Allah yang telah memberi "makan"an ini dan memberi rezeki pada saya dengan tiada daya dan kekuatan dari padaku), maka diampuni dosanya yang telah lalu."
3. Hendaklah "makan" dengan tiga jari tangan kanannya, perkecil suapannya dengan baik serta memulai dari tepi, bukan dari tengahnya. Sebagaimana Hadits Riwayat Muttafaq 'alaih, Rasulullah SAW berkata kepada Amru bin Salmah: "Hai anak Adam sebutlah nama Allah, "makan"lah dengan tangan kananmu dan "makan"lah yang dekat denganmu."
Dan beliau juga bersabda: "Berkah itu turun di tengah-tengah "makan"an, maka "makan"lah dari tepi-tepinya dan jangan "makan" dari tengah-tengahnya." (Muttafaq 'alaih).
4. Hendaklah mengunyah "makan"an dengan baik dan menghabiskan "makan"an yang menempel pada piring dan jari-jarinya sebelum membersihkannya dengan lap atau mencucinya. Hal ini sebagaimana Hadits hasan yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: "Jika salah seorang dari kamu "makan", maka jangan dulu mencuci tangannya sebelum menghabiskan "makan"an yang menempel di tangan."
Dan juga Hadits Riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Kamu tidak mengetahui di bagian manakah "makan"anmu yang berkah."
5. Apabila dari "makan"an yang di"makan" itu jatuh, hendaklah dibuang yang kotornya, lalu di"makan", sebagaimana Hadits Riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila jatuh "makan"an dari salah seorang kamu hendaklah diambilnya dan dibersihkan kotorannya dan me"makan"nya serta jangan dibiarkan untuk setan."
6. Janganlah meniup-niup "makan"an atau "minum"an yang panas supaya dingin. Tapi biarkanlah menjadi dingin dulu baru di"makan" atau di"minum". Hendaklah mengambil napas tiga kali dalam sekali "minum". Hal ini sesuai dengan hadits Anas yang diriwayatkan oleh Muttafaq 'alaih: "Rasulullah bernapas tiga kali dalam sekali "minum".
Dan hadits dari Abu Said yang diriwayatkan oleh Tirmidzi (hadits sahih): "Nabi SAW melarang meniup "minum"an."
Serta hadits dari Ibn Abbas yang diriwayatkan oleh Tirmidzi (hadits sahih), mengatakan: "Bahwasanya Nabi SAW melarang bernapas di tempat air atau meniup ke dalamnya."
7. Janganlah "makan" terlalu kenyang. Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW: "Tidaklah seorang anak Adam memenuhi kantung yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah ia mengisi sulbinya dengan beberapa suap "makan"an. Apabila tidak bisa, maka hendaklah sepertiga untuk "makan"an, sepertiga untuk "minum"an, dan sepertiga untuk napas."
8. Hendaklah membagi "makan"an atau "minum"an itu dimulai dari yang paling tua dari hadirin yang duduk, lalu berturut kepada yang di samping kanannya dan seterusnya hingga kepada yang membagi "makan"an atau "minum"an itu. Sebagaimana Hadidts yang diriwayatkan oleh Muttafaq 'alaih, Rasulullah SAW bersabda: "Yang besarlah, yang besarlah. Maksudnya, mulailah dengan yang tua dari mereka yang duduk. Dan karena Rasulullah SAW minta izin kepada Ibn Abbas untuk memberi "minum"an kepada orang-orang tua di samping kirinya, sedang Ibn Abbas berada di kanannya dan orang-orang tua di kirinya. Maka permintaan izin itu menunjukkan bahwa yang lebih berhak mendapat "minum"an adalah yang di sebelah kanan."
Dan sabda Rasulullah SAW: "Yang kanan, yang kanan." (Muttafaq 'alaih).
Serta sabda Rasulullah SAW: "Yang membagikan "minum"an hendaklah yang terakhir kali "minum".
9. Janganlah mendahului "makan" atau "minum". Dalam satu majelis yang berhak lebih dahulu adalah yang paling tua atau yang punya kelebihan. Sebab mendahului "makan" itu tidak sopan dan menyebabkan kawannya akan menuduh tamak sebagai sifat yang tercela.
Sebagian orang mengatakan: "Jika tangan-tangan orang mulai mengambik "makan"an, maka aku bukan orang yang suka mengambil lebih dahulu. Karena orang yang paling rakus dari kaum ialah yang paling cepat mengambilnya."
10. Tidak sepantasnya berkata kepada kawan atau tamunya: "Makan"lah, seperti memaksanya supaya lebih dahulu "makan". Tapi seharusnya dia "makan" lebih dahulu dia dengan sopan secukupnya tanpa malu-malu. Sebab menyuruh tamu "makan" itu membuat kesusahan kawan atau tamunya. Juga perlakuan seperti itu termasuk riya', sedangkan riya' itu haram.
11. Hendaklah ikut "makan" bersama kawan atau tamunya, tapi jangan "makan" lebih banyak dari mereka, apalagi jika "makan"annya sedikit, karena hal itu berarti me"makan" hak orang lain.
12. Janganlah melihat kepada kawan-kawannya ketika "makan" dan mengawasinya, sebab mereka akan merasa malu dan menimbulkan perasaan tidak enak dan marah bagi mereka.
13. Janganlah berbuat sesuatu yang menjijikkan orang lain, misalnya mengirapkan tangannya pada piring dan jangan mendekatkan kepalanya pada orang pada waktu "makan", supaya "makan"an tidak jatuh dari mulutnya ke piring. Demikian pula jangan mengatakan sesuatu yang menimbulkan rasa jijik dan kotor, karena mungkin saja sebagian kawan mereka terganggu. Dan mengganggu orang Muslim itu hukumnya haram.
14. Hendaklah sekali-sekali mengajak "makan" orang miskin sebagai tanda kasih sayang kepada mereka. Atau mengajak kawan "makan" untuk menumbuhkan rasa kegembiraan dan keakraban. Juga kepada orang-orang yang punya kedudukan sebagai penghormatan dan penghargaan.
ADAB SESUDAH "MAKAN".
1. Berhenti "makan" sebelum kenyang, karena mengikuti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dan untuk menghindarkan kekenyangan yang membahayakan serta menyebabkan kebodohan.
2. Membersihkan tangan kemudian membasuh atau mencucinya. Dan mencuci tangan lebih utama.
3. Memungut "makan"an yang jatuh waktu "makan", karena hal itu dianjurkan dan termasuk cara mensyukuri nikmat.
4. Membersihkan gigi dari sisa-sisa "makan"an dengan cara berkumur untuk membersihkan mulut. Karena dengan mulut yang bersih dapat berdzikir kepada Allah dan berbincang-berbincang dengan kawan.
5. Hendaklah membaca alhamdulillah sesudah "makan" atau "minum". Apabila setelah "minum" susu hendaklah mengucapkan do'a Allahuma barik lana fima razaqtana wa qina minhu (Ya Allah berkahkanlah rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan kiranya Engkau dapat menambahnya). Dan bila berbuka puasa pada satu kaum hendaklah mengucapkan: Alfara indakumus saimun wa'akala tamukunul abrar wa sallat alaikumul malaikah (Telah berbuka padamu orang-orang berpuasa. Telah me"makan" "makan"anmu orang-orang baik dan telah mendo'akan padamu para malaikat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar