Sabtu, 24 November 2012

"REALITAS SOSIAL (BAHASAN SOSIOLOGI)"

"Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu "realitas" yang tidak terduga".


"Realitas Sosial" adalah pengungkapan tabir menjadi suatu "realitas" yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif. Berikut ini bahasan "Realitas Sosial" yang ada dalam masyarakat meliputi:

a. Interaksi "Sosial".
Ketika Anda bercakap-cakap dengan teman atau menghadap guru, berarti Anda telah melakukan interaksi "sosial". Interaksi "sosial" adalah cara-cara hubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu. Interaksi "sosial" dapat berupa hubungan antar pribadi, antara individu dengan kelompok, antar kelompok, dan antara individu dengan lingkungan.
 
b. Kebudayaan.
Sebagai makhluk yang memiliki akal dan budi, manusia menciptakan kebudayaan untuk melindungi diri dan memenuhi kebutuhan hidupnya.  Misalnya, dalam usaha melindungi diri dari cuaca, manusia menciptakan pakaian dan rumah. Untuk melindungi diri dari ancaman binatang buas, manusia menciptakan berbagai macam alat perlindungan.  Kebudayaan yang diciptakan manusia ini juga termasuk fakta "sosial" yang dikaji "sosiologi".

c. Nilai dan Norma "Sosial".
Apakah Anda dapat membayangkan hidup di dalam masyarakat tanpa aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama? Apa yang akan terjadi apabila anak-anak di rumah merasa tidak perlu menghormati orang tuanya, dan orang tua merasa tidak perlu bertanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya? Apa yang akan terjadi apabila para siswa di kelas merasa tidak wajib menghormati guru dan teman-temannya; para pengendara kendaraan di jalan bebas sebebas-bebasnya memakai jalan; dan para penjahat dibiarkan saja tanpa hukuman? Tentu yang terjadi adalah kekacauan. Di situlah peran nilai dan norma "sosial". Nilai "sosial" adalah sesuatu yang bersifat abstrak berupa prinsip-prinsip, patokan-patokan, anggapan, maupun keyakinan-keyakinan yang berlaku di suatu masyarakat. Prinsip-prinsip dalam nilai "sosial" itu menyangkut penilaian apakah sesuatu baik, benar, dan berhargayang seharusnya dimiliki dan dicapai oleh warga masyarakat. Norma "sosial" merupakan bentuk konkret dari nilai-nilai "sosial" yang berupa peraturan, kaidah, atau hukuman. Nilai dan norma "sosial" merupakan fakta yang ada dalam masyarakat, sehingga tidak bisa diabaikan dalam studi "sosiologi".

d. Stratifikasi "Sosial".
Di sekolah, Anda pasti merasa adanya perbedaan hak dan kewajiban antara guru dan murid. Di masyarakat atau desa juga terjadi perbedaan kedudukan seperti itu, misalnya si A termasuk orang kaya, sedang si B termasuk orang miskin. Bahkan, dalam masyarakat tradisional kita juga sering dibedakan adanya golongan bangsawan (priyayi) dengan golongan orang kebanyakan. Kenyataan bahwa manusia dalam masyarakat memiliki strata berbeda, tidak boleh diabaikan dalam kajian "Sosiologi", karena perbedaan itu memberikan dampak pada hubungan dengan kelompok lain dengan segala akibat baik dan buruknya. Golongan priyayi mempunyai strata paling atas pada masyarakat jawa tradisional.

e. Status dan Peran "Sosial".
Status "sosial" dapat disamakan dengan kedudukan, peringkat atau posisi seseorang dalam masyarakat. Di dalam suatu status, terkandung sejumlah hak dan kewajiban. Misalnya, seorang yang berstatus sebagai siswa, maka dia memiliki hak untuk mendapatkan ilmu dan sekaligus memiliki kewajiban untuk belajar dengan tekun. Status "sosial" berkaitan erat dengan peran "sosial". Status bersifat pasif, sedangkan peran "sosial" bersifat dinamis. Peran "sosial" adalah tingkah laku yang diharapkan muncul dari seseorang yang memiliki status tertentu. Misalnya, tingkah laku yang diharapkan dari seorang yang berstatus siswa adalah rajin belajar, hormat kepada guru, dan lain-lain. Baik peran maupun status "sosial" turut mewarnai keberadaan suatu masyarakat, karena itu turut dipelajari dalam "sosiologi".

Sumber:
1. prabugomong.wordpress.com/2010/09/26/pokok-bahasan-sosiologi/ - Cache
2. id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi - Cache
3. ssyarof.blogspot.com/2012/07/realitas-sosial-di-masyarakat.html - Cache
4. dimensisosiologi.blogspot.com
5. kelompokprimer.blogspot.com
6. maryulismax.wordpress.com

















Realitas social budaya mengandung arti kenyataan-kenyataan social budaya di sekitar lingkungan masyarakat tertentu. Misalkan di jalan raya kamu melihat orang berlalu-lalang, baik yang mengendarai kendaraan bermotor atau para pejalan kaki. Contoh tersebut dikenal sebagai realitas social di masyarakat. Sebagai kumpulan mahluk yang dinamis, kita senantiasa menemukan realitas social dalam masyarakat.
Masyarakat terbentuk karena manusia menggunakan pikiran, perasaan dan keinginannya dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai dua kinginan pokok yaitu, keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lainnya dan keinginan untuk menyatu dengan lingkungan alamnya.
Menurut Soerjono Soekanto, merumuskan beberapa ciri masyarakat sebagai berikut:
 Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Tingkatan hidup bersama ini bisa dalam dimulai dari kelompok
 Hidup bersama untuk waktu yang cukup lama. Dalam hidup bersama ini akan terjadi interaksi. Interaksi yang berlangsung terus menerus akan melahirkan sistem interaksi yang akan nampak dalam peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia.
 Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan
 Mereka merupakan satu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2045195-konsep-realitas-sosial/#ixzz3mEOQ40t6


"KHAYALAN SOSIOLOGIS (BAHASAN SOSIOLOGI)

"Khayalan Sosiologis" sebagai cara yang diperlukan untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia". 


Menurut Wright Mills, dengan "Khayalan Sosiologis", kita mampu memahami sejarah masyarakat,  riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan "Khayalan Sosiologis" adalah permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

Mills didefinisikan "Khayalan Sosiologis" sebagai "kesadaran yang jelas tentang hubungan antara pengalaman dan masyarakat yang lebih luas."
"Khayalan Sosiologis" adalah kemampuan untuk beralih dari satu perspektif yang lain: dari politik ke psikologis; dari pemeriksaan dari keluarga tunggal untuk penilaian komparatif dari anggaran nasional dunia; dari sekolah teologi untuk pembentukan militer; dari pertimbangan industri minyak untuk studi puisi kontemporer.

"Khayalan Sosiologis": Penerapan berpikir imajinatif untuk bertanya dan menjawab pertanyaan "sosiologis". Seseorang menggunakan "Khayalan Sosiologis" menganggap dirinya menjauh" dari rutinitas kehidupan sehari-hari akrab. (Glidden A12)

Cara lain untuk menggambarkan "Khayalan Sosiologis" adalah pemahaman bahwa hasil sosial dibentuk oleh konteks sosial, aktor, dan tindakan sosial. Untuk memperluas definisi tersebut, itu adalah pemahaman bahwa beberapa hal dalam masyarakat dapat menyebabkan hasil tertentu. Para aktor yang disebutkan dalam definisi hal-hal seperti norma dan motif, konteks sosial seperti negara dan periode waktu dan tindakan sosial adalah hal yang kita lakukan yang mempengaruhi orang lain. Hal yang kita lakukan adalah dibentuk oleh situasi kita berada, nilai-nilai kita, cara orang di sekitar kita bertindak, dan bagaimana semua berhubungan dengan beberapa jenis hasil. "Khayalan Sosiologis" juga dapat dianggap sebagai kemampuan untuk melihat hal-hal sosial, bagaimana mereka berinteraksi, dan saling mempengaruhi.

"Khayalan Sosiologis" juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melihat bagaimana situasi "sosiologis" bermain keluar karena bagaimana orang berbeda dan keadaan sosial berbeda. Ini adalah cara berpikir tentang hal-hal dalam masyarakat yang telah menyebabkan semacam hasil, dan memahami apa yang menyebabkan menyebabkan hasil tersebut. Hal-hal yang membentuk hasil ini termasuk (namun tidak terbatas pada): norma-norma sosial , apa yang orang ingin mendapatkan keluar dari sesuatu (mereka motif untuk melakukan sesuatu), dan konteks sosial di mana mereka tinggal (ex. - negara, periode waktu, orang-orang dengan siapa mereka bergaul). Pada dasarnya, sebagai satu aspek dari "Khayalan Sosiologis", apa yang orang lakukan adalah dibentuk oleh semua hal yang menghasilkan semacam hasil.

"Khayalan Sosiologis" adalah kemampuan untuk melihat hal-hal sosial dan bagaimana mereka berinteraksi dan saling mempengaruhi. Untuk memiliki "Khayalan Sosiologis", seseorang harus mampu menarik diri dari situasi itu dan berpikir dari sudut pandang alternatif. Hal ini membutuhkan untuk "berpikir diri kita menjauh dari rutinitas sehari-hari kita dan melihat mereka baru". Untuk memperoleh pengetahuan, adalah penting untuk tidak mengikuti rutinitas, melainkan untuk membebaskan diri dari kedekatan keadaan pribadi dan meletakkan segala sesuatu ke dalam konteks yang lebih luas. Tindakan orang jauh lebih penting daripada tindakan itu sendiri.

"Khayalan Sosiologis" adalah kemampuan untuk beralih dari satu perspektif yang la in. Mills percaya pada kekuatan "Khayalan Sosiologis" untuk menghubungkan "masalah pr ibadi untuk isu-isu publik." Ada dorongan untuk mengetahui arti historis dan "sosiologis" dari individu tunggal dalam masyarakat, terutama pada periode di mana ia memiliki kualitas dan keberadaannya. Untuk melakukan yang satu ini mungkin menggunakan "Khayalan Sosiologis" untuk lebih memahami adegan sejarah lebih besar dalam hal maknanya bagi diri batin dan karir eksternal dari berbagai individu.

Perspektif lain adalah bahwa Mills memilih "sosiologi" karena ia merasa itu adalah disiplin yang "... dapat menawarkan konsep dan keterampilan untuk mengekspos dan menanggapi ketidakadilan sosial."  Dia akhirnya menjadi kecewa dengan profesinya "sosiologi" karena dia merasa telah melepaskan tanggung jawabnya, yang dikritik da lam buku klasiknya, "Khayalan Sosiologis". Dalam beberapa kelas pengantar "sosiologi", "Khayalan Sosiologis" yang dibesarkan, bersama dengan Mills dan bagaimana ia ditandai "Khayalan Sosiologis" sebagai sebuah kualitas penting dari pikiran yang akan membantu laki-laki dan perempuan "untuk menggunakan informasi dan mengembangkan alasan dalam rangka mencapai penjumlahan jelas dari apa yang terjadi di dunia dan apa yang mungkin terjadi dalam diri mereka ". 

Penggunaan "Khayalan Sosiologis" dalam film Keuntungan menggunakan film populer untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik "sosiologis" diakui secara luas. Mereka yang mengajar kursus di masalah sosial laporan menggunakan film untuk mengajar tentang perang, untuk membantu siswa dalam mengadopsi perspektif global dan untuk menghadapi isu-isu hubungan ras. Ada manfaat menggunakan film sebagai bagian dari pendekatan multimedia untuk mengajar kursus di budaya populer. Hal ini juga memberikan siswa "sosiologi" medis dengan studi kasus untuk tangan-pengalaman observasional. Ini mengakui nilai film sebagai dokumentasi historis perubahan dalam gagasan budaya, bahan, dan lembaga. Film digunakan dalam kursus pengantar "sosiologi" untuk menunjukkan relevansi saat ini pemikiran "sosiologis" dan untuk menunjukkan bagaimana "Khayalan Sosiologis" membantu kita memahami dunia sosial kita. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa "Khayalan Sosiologis" yang terbaik dikembangkan dan dilaksanakan di kelas pengantar dengan menghubungkan bahan-bahan baru dalam konteks teori konflik dan fungsionalisme.

Sumber:
1. id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi - Cache
2. prabugomong.wordpress.com/2010/10/.../pokok-bahasan-sosiologi-2/ - Cache
3. ml.scribd.com/doc/66037665/khayalan-sosiologis - Cache
4. genio-wunderkind.blogspot.com
5. v4nired.wordpress.com
6. socius3.wordpress.com

"TINDAKAN SOSIAL (BAHASAN SOSIOLOGI)"

"Tindakan Sosial" sebagai "tindakan" yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain".


Contoh "Tindakan Sosial", menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan "Tindakan Sosial", tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan "Tindakan Sosial". Setiap hari kamu melakukan "tindakan" dengan maksud dan tujuan tertentu. "Tindakan" itu umumnya berkaitan dengan orang lain, mengingat kodratmu sebagai makhluk "sosial".

Dalam kehidupan "sosial" dengan Tuhan maupun dalam hubungannya dengan alam sekitar dan masyarakat tentu diwarnai dengan berbagai macam "tindakan" atau perbuatan, tentu perbuatan ini diperoleh melalui proses belajar baik secara formal maupun informal. "Tindakan" ini menunjukkan bahwa manusia selalu aktif dan tidak bisa diam dalam menjalani hidup ini. Mereka harus bekerja, belajar dan berhubungan dengan manusia lainnya, tentunya ini mempunyai motif tertentu. Nah, setiap perbuatan manusia yang dilakukan dengan maksud maupun tujuan tertentu ini dinamakan "Tindakan Sosial". Menurut Max Webber , "Tindakan Sosial" ialah perbuatan manusia yang dilakukan untuk mempengaruhi individu lain di dalam masyarakat. Sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa "tindakan" ini sangat erat kaintannya dengan kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan manusia memiliki dorongan untuk hidup bermasyarakat. Sejak lahir manusia mempunyai naluri untuk hidup bersama manusia lain. Ini dipengaruhi oleh faktor –faktor antara lain :
a. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup
b. Dorongan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
c. Dorongan untuk melanjutkan keturunan

PENGERTIAN "TINDAKAN SOSIAL".

Kita sebagai makhluk hidup senantiasa melakukan "tindakan"-"tindakan" untuk mencapai tujuan tertentu. "Tindakan" merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu. Misalnya kamu les bahasa Inggris dengan tujuan agar kamu terampil dan mahir dalam berbahasa Inggris. Tidak semua "tindakan" manusia dapat dianggap sebagai "Tindakan Sosial". Lalu "tindakan" yang bagaimanakah yang disebut dengan "Tindakan Sosial"? Perhatikan cerita berikut ini. "Suatu sore, Bintang duduk-duduk di teras depan sambil mendengarkan musik. Tiba-tiba ada seorang gadis cantik berambut panjang lewat di depan rumahnya. Dengan maksud untuk menggoda gadis itu, Bintang kemudian bersiul".

Dari cerita di atas, "tindakan" 'bersiul' yang dilakukan Bintang merupakan bentuk "Tindakan Sosial". Mengapa? Bintang 'bersiul' karena ingin menggoda gadis cantik berambut panjang yang lewat di depan rumahnya. Dari situ, dapatkah kamu memberikan definisi mengenai "Tindakan Sosial"? "Tindakan Sosial" adalah suatu "tindakan" yang dilakukan dengan berorientasi pada atau dipengaruhi oleh orang lain. 

JENIS "TINDAKAN SOSIAL".

Menurut Max Weber, "Tindakan Sosial" dapat digolongkan menjadi empat kelompok (tipe), yaitu "tindakan" rasional instrumental, "tindakan" rasional berorientasi nilai, "tindakan" tradisional, dan "tindakan" afeksi. 

a. "Tindakan" Rasional Instrumental.
"Tindakan" ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya guna menunjang kegiatan belajarnya dan agar bisa memperoleh nilai yang baik, Fauzi memutuskan untuk membeli buku-buku pelajaran sekolah daripada komik. 

b. "Tindakan" Rasional Berorientasi Nilai.
"Tindakan" ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Misalnya menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. 
 
c. "Tindakan" Tradisional.
"Tindakan" ini merupakan "tindakan" yang tidak rasional. Seseorang melakukan "tindakan" hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan. Misalnya berbagai upacara adat yang terdapat di masyarakat. 

d. "Tindakan" Afektif.
"Tindakan" ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan-pertimbangan akal budi. Seringkali "tindakan" ini dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnya "tindakan" meloncat-loncat karena kegirangan, menangis karena orang tuanya meninggal dunia, dan sebagainya.

Jadi, "Tindakan sosial" adalah perbuatan atau perilaku manusia untuk mencapai tujuan subjekif dirinya. Misalnya: sejak kecil manusia sudah melakukan "Tindakan sosial", antara lain membagi makanan dengan temannya, dan memberi sesuatu kepada pengemis. "Tindakan sosial" manusia diperoleh melalui proses belajar dan proses pengalaman dari orang lain.
 
Jika "Tindakan sosial" itu dianggap baik, maka manusia akan melakukan "tindakan" yang sama. Jika "Tindakan sosial" itu baik dan bermanfaat bagi orang lain, makin lama "Tindakan sosial" tersebut dapat dianggap sebagai suatu kebisaaan yang harus dilakukan oleh seluruh anggota kelompok "sosial".
Sumber:
1.  id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi - Cache
2.  alfinnitihardjo.ohlog.com/tindakan-sosial.oh112675.html - Cache
3.  c0r3t.wordpress.com/2011/05/10/tindakan-sosial/ - Cache
4. click-gtg.blogspot.com/2009/06/tindakan-sosial.html - Cache
5. tugas-meimaryanny.blogspot.com
6. sosialberkarya.wordpress.com
7.  iskola.wordpress.com