Sabtu, 03 Maret 2012

"Pentingnya Shalat Bagi Manusia"

"Shalat" merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara "manusia" dengan Allah SWT., hubungan yang sangat dibutuhkan oleh jiwanya."


"Shalat" mempunyai kedudukan yang sangat mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain. "Shalat" bukan hanya sekedar kewajiban, yang apabila tidak dilaksanakan akan berdosa dan masuk neraka, melainkan juga merupakan kebutuhan secara ruhani maupun jasmani, individu maupun masyarakat.

"Shalat" merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara "manusia" dengan Allah SWT., hubungan yang sangat dibutuhkan oleh jiwanya. Hubungan tersebut tidak harus dibuktikan dengan terpenuhinya permohonan seseorang yang melakukan "Shalat". "Manusia" membutuhkan "Shalat" kecuali jika naluri ke"manusia"an mereka mengalami perubahan yang tidak kita ketahui atau tidak kita duga.

Allah SWT. telah mewajibkan "Shalat" terhadap kaum muslimin untuk menyampaikan pujian, karena memang Dia berhak untuk mendapatkan pujian dan terima kasih atas segala nikmat-Nya yang tidak terhingga. Sebagaimana Dia telah mewajibkan "manusia"  untuk mengingat perintah-perintah-Nya, dan supaya "manusia" dapat memohon pertolongan melalui "Shalat"  tersebut untuk meringankan beban kesulitan serta cobaan yang dialami oleh "manusia" dalam menjalani kehidupan di dunia.

"Shalat"  ibarat strum aqi, alat penghimpun tenaga listrik. Apabila aqinya baik, maka baik pula jalannya mesin. Begitu juga dengan "Shalat" , apabila "Shalat"  telah selesai dilaksanakan, maka tenaga akan pulih kembali dan akal pikiran akan menjadi lebih jernih.

Kedudukan "Shalat" , urgensi, peran dan juga fungsi "Shalat"  dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. "Shalat"  adalah tiang agama, yang agama tidak akan dapat berdiri tegak kecuali dengan "Shalat".
Hal ini sebagaimana Hadits Riwayat Tirmidzi, yang artinya:
'Pokok urusan ialah Islam, sedang tiangnya adalah "Shalat", dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.'  

2. "Shalat" merupakan ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah SWT.
 Perintah "Shalat" kepada kaum muslimin yang diwajibkan di Mekkah sekitar satu setengah tahun sebelum hijrah, bahkan merupakan satu-satunya ibadah yang diwajibkan di langit pada malam Isra' dan Mi'raj saat terjadi pembicaraan langsung dari Allah kepada Rasul-Nya tentang kewajiban "Shalat". Ini merupakan bukti tentang adanya perhatian dari Allah SWT akan pentingnya kedudukan "Shalat".

3. "Shalat" merupakan wasiat terakhir Rasulullah SAW.
Sebagaimana Hadits Riwayat Ibnu Majah, Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud dan Nasa'i, yang artinya:
Dari Anas bin Malik ra. ia berkata:
 'Mayoritas wasiat Rasulullah SAW. ketika detik-detik terakhir beliau akan wafat (bahkan sampai saat) nyawa beliau sudah di tenggorokan adalah (peliharalah) "Shalat" dan hamba sahaya yang kamu miliki.'

4. "Shalat" adalah ibadah yang pertama kali dipertanggung-jawabkan nanti di akhirat.
 Sebagaimana Hadits Riwayat Ahmad dan Para Penulis Kitab as-Sunan, yang artinya:
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAWn bersabda:
'Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal perbuatan "manusia" nanti di hari kiamat ialah "Shalat". Allah berfirman (pada hari itu) kepada para Malaikat-- sedangkan Dia (Allah) Maha Mengetahui: 'Periksalah "Shalat" hamba-Ku, apakah ia menyempurnakannya atau menguranginya?'. Maka jika "Shalat" yang dikerjakannya itu sempurna, akan ditetapkan sebagai "Shalat" yang sempurna baginya, tetapi jikalau terdapat kekurangan, Allah berfirman: 'Periksalah! Apakah hamba-Ku itu mengerjakan "Shalat" sunat?' Dan jika hamba itu memiliki ibadah sunah, maka Allah berkata: 'Cukupkanlah (sempurnakanlah) kekurangan "Shalat" fardlu hambaKu itu dengan "Shalat" sunatnya. Kemudian amal-amal itu diperhitungan berdasarkan yang demikian itu.'

Hadits Riwayat ath-Thabrani, yang artinya:
Dari Abdullah bin Qurth, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
'Yang pertama kali dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat adalah "Shalat". Maka jika baik, baiklah seluruh amalannya, sebaliknya, jika rusak, maka rusaklah semua amalannya.'

5. Meninggalkan "Shalat" dapat menjerumuskan ke dalam siksaan Allah di Akhirat.
Allah berfirman dalam Surat al-Muddatstsir, ayat 42-43:
'Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?': 'Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan "Shalat", dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.'
Saqar adalah salah satu nama tempat penyiksaan (neraka) di hari kemudian. Menurut al-Qurtubi, berdasarkan satu riwayat yang dinisbatkan kepada sahabat Nabi, Ibnu Abas, Saqar adalah lapis keenam dari tujuh lapis neraka.

6. "Shalat" sebagai kontrol terhadap moral dan mental.
Menurut Hadits Riwayat Muslim, yang artinya:
Dari Jabir ra. berkata, bersabda Rasulullah SAW:
'Perumpamaan "Shalat" lima waktu seperti sebuah sungai dekat pintu rumah seseorang, yang airnya mengalir dan melimpah, dan ia mandi di sungai itu lima kali setiap hari.'

7. "Shalat" dapat mencegah pelakunya dari berbuat perbuatan keji dan mungkar.
Firman Allah dalam Surat al-Ankabut, ayat 45:
'Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah "Shalat". Sesungguhnya "Shalat" itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah ("Shalat") adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.'

8. "Shalat" sebagai sarana untuk mohon pertolongan kepada Allah.
Firman Allah dalam Surat al-Baqarah, ayat 153:
'Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) "Shalat" , sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.' 

9. "Shalat" dapat meredam kebencian.
Firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 109-110:
'Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan dirikanlah "Shalat" dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.'

10."Shalat" dapat menghapuskan kesalahan.
Firman Allah dalam Surat Hud ayat 13-114, yang artinya:
'Dan laksanakan  "Shalat" pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuata yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.'

Hadits Riwayat Muslim, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
"Shalat" yang lima, Jum'at yang satu hingga Jum'at berikutnya dan Ramadhan yang satu hingga Ramadhan berikutnya menghapuskan kesalahan yang terdapat diantaranya, jika menjauhi dosa-dosa besar.'

Penghapusan dosa-dosa adalah merupakan balasan yang besar dan rahmat yang luas dari Allah, sebagai penutup dari kekurangan, kelemahan dan keterbatasan. Tetapi dosa-dosa yang dapat dihapus oleh Allah melalui "Shalat" adalah dosa-dosa kecil, yang kita sulit terhindar darinya dan hampir setiap saat dilakukan. Sedangkan dosa-dosa besar hanyalah dapat dihapus dengan jalan bertaubat, mohon ampun kepada Allah dengan segenap penyesalan, dan bertekad tidak akan mngulanginya lagi.

11.Dengan "Shalat" dapat memperoleh rahmat.
Dalam firman Allah SWT dalam Surat an-Nur ayat 56:
'Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kemada rasul, supaya kamu diberi rahmat.'

Curahan rahmat Allah di dunia berupa terhindar dari kerusakan, penyimpangan, ketakutan, kekhawatiran, kesesatan dan lain sebagainya akan senantiasa tercurah kepada hamba-hamba yang selalu menjalin hubungan dengan-Nya, meluruskan hati dengan mendirikan "Shalat", menguasai sifat bakhil dan kikir, mensucikan jiwa dan jama'ah dengan menunaikan zakat, mentaati Rasulullah dan ridha dengan keputusan hukumnya. Dan di akhirat nanti akan terbebas dari kemurkaan, azab, dan penyiksaan.

12.Dengan "Shalat" dapat memperoleh keberuntungan.
Allah berfirman dalam Surat al-Mukminun ayat 1-2, yang artinya:
'Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam "Shalat"nya.'

Ayat di atas menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin yang mantap imannya dan mereka membuktikan kebenarannya melalui amal-amal saleh, seperti "Shalat" yang khusyu', berpaling dari perbuatan sia-sia, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, memelihara segala amanah dan janji, senantiasa memelihara dan menjaga "Shalat" pasti memperoleh keberuntungan.

13. "Shalat" merupakan perniagaan yang laba dan keuntungannya tidak ada tandingannya.
Motivasi "manusia" beribadah kepada Allah sangatlah beragam, ada yang melakukannya sebagai perlakuan hamba sahaya kepada tuannya, dia melakukan aktivitas karena takut menerima hukuman, ada juga seperti pelaku bisnis yang selalu memperhitungkan untung dan rugi, dan ada lagi yang terdorong oleh cinta, bagaikan cinta ibu kepada anak-anaknya, atau bagaikan seorang pecinta kepada kekasihnya.

Ayat di bawah ini seakan-akan tertuju kepada para pelaku bisnis yang selalu mempertimbangkan untung dan rugi dalam setiap usaha yang dilakukan. Untuk mereka yang tidak ingin melakukan aktivitas kecuali bila memperoleh keuntungan, Al-Qur'an juga merespon mereka dengan menawarkan satu perniagaan yang tidak mengenal kerugian, penipuan, dan kecurangan lainnya, yaitu firman Allah dalam Surat Fathir ayat 29-30, yang artinya:
'Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan "Shalat" dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.'

14."Shalat" dapat membebaskan diri dari keluh kesah.
Allah berfirman dalam Surat al-Ma'arij ayat 19-23, yang artinya:
'Sesungguhnya "manusia" diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan "Shalat", yang mereka itu tetap mengerjakan "Shalat"nya.'

Ada tiga sifat "manusia" yang digambarkan oleh ayat di atas:
a. Cepat gelisah.
b. Keluh kesah ketika ditimpa suatu musibah.
c. Sangat kikir apabila mendapat nikmat.

"Shalat"   yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan senantiasa memelihara dan menjaganya adalah "Shalat" yang tidak pernah terputus dengan meninggalkannya karena sembrono atau malas. Dengan senantiasa melaksanakan ini, berarti ia terus menerus berhubungan kepada Allah tanpa pernah terputus. Rasulullah SAW. selalu melakukan suatu ibadah dengan mantap, yakni konsisten dan berkelanjutan. Sebagaimana Hadits Riwayat Muslim, yang artinya:
'Amalan yang paling disenangi Allah ialah yang dilakukan secara berkesinambungan meskipun sedikit.'

"Shalat"   yang dilaksanakan seperti ini akan mendatangkan buah dan hasil yang tiada ternilai dalam kehidupan, terutama bila dilakukan secara rutin dan berjamaah, diantaranya adalah:
a. Dapat meredam kegelisahan, duka-nestapa dan keluh kesah.
b. Dapat melunturkan sifat tamak dan serakah yang bersarang pada diri.
c. Dapat meluluhkan sifat egois yang mengakibatkan tidak peduli kepada orang lain.

15."Shalat" Mendidik "Manusia" Untuk Berdisiplin dan Mematuhi Peraturan.
Allah berfirman dalam Surat an-Nisa' ayat 103, yang artinya:
'Jika kalian telah melaksanakan "Shalat" maka ingatlah Allah dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun tidur. Jika kamu telah tenang maka laksanakanlah "Shalat" , sesungguhnya "Shalat"  itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.'

"Shalat"  adalah kewajiban atas setiap muslim yang telah ditentukan waktunya, yakni Subuh, Dzuhur, 'Ashar, Maghrib dan 'Isya. Masing-masingnya telah ditetapkan oleh Allah kepada Rasul-Nya melalui malaikat Jibril, sekembalinya dari perjalanan Isra' dn Mi'raj.

Adanya waktu-waktu untuk "Shalat" dan aneka ibadah yang ditetapkan Islam mengharuskan adanya pembagian teknis menyangkut masa (dari milenium sampai ke detik). Ini pada gilirannya mengajar ummat agar memiliki rencana jangka pendek dan panjang, serta menyelesaikan setiap rencana pada waktunya.

Disamping kaum muslimin diperintah menunaikan "Shalat"  pada waktu yang telah ditentukan, maka tata cara, tata laksana, dan tata krama harus juga sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. sebagaimana sabda Rasulullah yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari:
"Shalat"lah kamu sebagaimana kamu melihatku "Shalat".

Hadits di atas menekankan betapa pentingnya nilai disiplin kepada tata cara, tata laksana dan perincian-perincian "Shalat"  yang sudah dituntunkan oleh Rasulullah. Apalagi jika "Shalat"  itu didirikan dalam jamaah. Di mana dalam "Shalat"  jamaah ini mutlak diperlakukan disiplin dan kepatuhan kepada imam yang mengimami para makmum. Demikian disiplin yang ditekankan dalam "Shalat" , terutama dalam "Shalat"  berjamaah, sehingga oleh ulama-ulama fiqih ditandaskan, bahwa orang-orang yang mendahului imam "Shalat"nya batal, atau paling tidak pahala jamaahnya hilang.  

(Sumber: Bagaimana Berkomunikasi dengan Allah. Oleh Muhammad Hamdi, MS.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar