Senin, 28 Juni 2010

"PERANAN WANITA SEBAGAI MAKHLUK (MANUSIA) INDIVIDU"

"Peranan "wanita" akan dapat dirasakan apabila "wanita" itu sudah mampu menunjukkan identitasnya."


Setiap "individu" kaum "wanita" berkewajiban membina dirinya sendiri terlebih dahulu. Sekelompok "wanita" sebagai "individu" yang bertanggung jawab akan melahirkan kualitas "wanita" yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam arti sebenarnya.


"Wanita" sebagai "individu" berhak berbuat dengan akibat serta manfaat yang diperolehnya, antara lain:


1. AMAL YANG BERPRESTASI.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalan firman Allah Surat An-Nisa' Ayat 194, yang artinya:

"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun "wanita" sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikit."

Dan Surat Al-Ahzab Ayat 35, yang artinya:

"Sesungguhnya laki-laki dan "wanita" yang muslim, laki-laki "wanita" yang mukmin, laki-laki dan "wanita" yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan "wanita" yang benar, laki-laki dan "wanita" yang sabar, laki-laki dan "wanita" yang khusyuk', laki-laki dan "wanita" yang bersedekah, laki-laki dan "wanita" yang berpuasa, laki-laki dan "wanita" yang menjaga kehormatannya, laki-laki dan "wanita" yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."


Kedua ayat tersebut telah menjelaskan bahwa dalam hal usaha dan kegiatan yang mengantar pada prestasi "individu", laki-laki dan "wanita" imbalan yang diperolehnya sama. Penyebutan secara terperinci dan berulangkali antara laki-laki dan "wanita" merupakan bukti otentik bahwa kedudukan kaum "wanita" setara dengan laki-laki.

Sedangkan untuk amal negatif cukup dengan sebutan umum. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Bayyinah Ayat 6:

"Sesungguhnya orang-orang jafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk."


2. "WANITA" BERHAK MEMBINA DIRI.

Seorang "wanita" seharusnya dapat membina diri. Berharga atau rendahnya kaum "wanita", akibat salah arah dan langkah mereka masing-masing. "Wanita" sebagai manusia, akan mengalami perubahan emosi, masa-masa puber, saat penuh dinamika dan romantika, serta celah-celah yang sungguh rawan bagi "wanita". Kebanyakan remaja putri salah tingkah ini disebabkan kurangnya informasi dan pembinaan.


Untuk kepentingan pembinaan, kita perlu mengetahui perkembangan jiwa dan taraf umur baik laki-laki maupun "wanita". Menurut para ahli Psykhologi, manusia sejak lahir sampai tua, melewati masa-masa berbahaya. Pembagian tingkatan umur manusia adalah sebagai berikut:

a. Masa kanak-kanak.
Masa ini berlaku antara usia 40 hari sampai 8 tahun. Masa ini sangat peka untuk menirukan apa saja yang dilihat atau didengarnya. Apapun yang terjadi di alam sekitarnya ikut menentukan kepribadian mereka.

b. Masa remaja
Masa ini berlaku antara usia 8 - 14 tahun. Masa ini anak butuh banyak bergerak untuk pertumbuhan fisiknya. Anak sudah belajar baik di tingkat Dasar maupun SLTP. Pendidikan dasar merupakan dasar pembentukan kepribadiannya.

c. Masa baligh.
Masa ini berlaku antara usia 15 - 21 tahun. Pertumbuhan jasmani mencapai tingkat maksimal. Rohani mengikuti dengan berbagai gejala yang baru dan unik. Banyak angan, cita-cita yang melangit, khayal yang tidak terkontrol, tipuan yang banyak negatifnya. Antara baik dan buruk dirasa sama-sama menarik. Apabila imannya tipis, banyak godaan yang dikira membahagiakan, namun berakhir dengan penyesalan selamanya. Keindahan tubuh mencapai maksimal, khayal yang kuat dan syahwat yang menggelora. Bagi "wanita" yang kurang waspada, saat ini merupakan bencana bagi masa depannya.

d. Masa dewasa.
Terjadi antara usia 21 - 26 tahun. Pada usia ini banyak cela, sebab peranan syahwat sangat dominan. Tuntutan syahwatnya tidak cukup dalam khayal namun mendesak untuk mencapai realita. Bagi "wanita" yang belum siap menikah, sebaiknya memperbanyak puasa. Kematangan fisik dengan berlebihnya potensi, membuyarkan nilai-nilai agama yang dipegangnya. Kecenderungan untuk melanggar hukum sulit dicegah. Apalagi kalau kondisi lingkungan memang memungkinkan. Mempercepat menikah apabila kondisi sudah siap merupakan hal yang terpuji menurut agama. Bagaimanapun kegoncangan jiwanya apabila iman dan taqwa sudah terbina, Insya'Allah kita dapat menyelamatkan diri kita. Pelanggaran yang dianggap biasa bagi manusia di abad ini, tetap dinilai tercela dan merupakan perilaku paling hina.

e. Masa dewasa sempurna.
Berlaku antara usia 27 - 35 tahun. Masa seorang sudah mencapai kematangan pribadinya. Pikiran secara cerah, terbuka dari segala kelabu, keyakinan jelas dan tegas. Pada masa ini kecenderungan untuk mencapai prestasi, baik dalam masyarakat maupun dalam dunia akademis. Nilai hidup mulai disadari, iman semakin kokoh dan ilmu mulai mendalam. Prestasi dalam masyarakat mulai tampak dan rasa tanggung jawab semakin terlihat. Ciri-ciri keibuan mulai berbicara dan membentuk realita, karena pada usia ini regeneratif sudah aktif. Sebagai "wanita" dan sekaligus sebagai ibu sudah dirasakannya, sehingga tugas primer dan sekunder silih berebut. Pada usia ini mengalami perubahan kebiasaan-kebiasaan negatif, sikapnya lebih rasional dan ilmiah. Cenderung untuk berjasa, berkorban dan ingin menjadi orang yang terhormat dalam lingkungannya. Pada usia ini mulai merasakan nikmatnya iman dan keteraturan belajar pada masa silam. Ayat-ayat Al-Qur'an dirasakan benar dalam hidupnya.

f. Masa setengah tua.
Menginjak usia 41 rahun dapat disebut setengah umur. Dan antara usia 41 - 50 tahun dianggap sudah mencapai usia setengah tua. Pada umumnya kesenangan terhadap materi sudah menurun, sebab ternyata hal itu tidak menjamin terhadap kebahagiaan hidup. Masalah agama dan mati sudah mendapat tempat utama dalam setiap "individu". Apabila pada usia ini hoby maksiat tetap dilakukan alamat penghuni neraka abadi. Biasanya bagi orang yang lemah iman, akan mudah terjun ke dalam aliran kebatinan dengan segala variasinya.

g. Masa menurun.
Semenjak usia sudah mencapai 50 tahun, potensi jasmani mulai menurun. Anggota badan serta bagian-bagiannya sudah mulai kendor. Masalah mati setiap saat menghantui dirinya, Nafsu makan dan minum juga berkurang, bahkan tidurpun sulit. Orang yang kosong imannya keresahan jiwa tidak terkendalikan. Rasa nyeri pada sendi-sendi tulang dan kegoncangan batin tidak dapat dihindari. Pikiran kacau, hati yang tiada menentu selalu silih berganti pada perasaannya. Sebaliknya bagi ahli ibadah, ketundukan semakin berisi, shalatnya khusyuk dan dzikirnya pada Allah tidak pernah sunyi. Anak dan cucu mulai mampu berdiri sendiri. Do'a dan restu selalu terucap dari jiwanya. Manisnya iman dirasakan dan panggilan Illahi terasa betul dalam hati. Kaum ibu saai ini sudah dapat dipanggil nenek. Secara fisik kaum "wanita" pada usia ini terjadi gejolak jiwa agak serius. Bagi jiwa yang terpimpin oleh agama, mulai tekun beribadahnya.

h. Masa tua.
Masa menurun tadi berakhir sampai usia 64 tahun. Bergantilah pada usia tua. Dari sebutan nenek meningkat menjadi buyut. Umur tua ini berjalan antara 65 - 75 tahun. Masa ini penuh keluhan dan penderitaan. Namun sebaliknya bagi mereka yang ahli ibadah, pada saat ini merupakan waktu paling indah. Kepala makin merunduk, di kala bangun malam, shalatulail dikerjakan dengan tenang selalu dzikir baik di waktu duduk, berdiri, berbaring maupun berjalan. Gerak geriknya selalu disertai dengan bisikan indah pada Khaliqnya. Pada saat inilah letak manisnya iman.

i. Masa tua bangka.
Masa ini mulai menginjak usia 75 tahun seseorang dikatagorikan usia tua bangka. Kondisi fisik semakin laju menurun, jalan pikiran sudah mulai kurang normal. Unsur-unsur kesadaran mulai pudar, sebaliknya kerinduan terhadap mati semakin ditunggu-tunggu tak ubahnya orang dewasa menunggu datangnya jodoh atau orang hamil tua merindukan lahirnya si janin yang dikandungnya. Ilmu tidak mampu membahagiakan, tumpukan harta tidak ada manfaatnya. Pada usia tua bangka ini kembali tidak tahu apa-apa. Pada usia inilah hidayah Illahiyah sangat dibutuhkan. Bagi orang yang sejak muda tiada memperhatikan hal ini tidak akan mampu pula memperoleh hidayah tadi kecuali yang dikehendaki Allah. Usia panjang sunyi dari iman, tak ubahnya memperpanjang siksa ai alam dunia. Pada usia ini, iman dan ketaatan satu-satunya hal yang bermanfaat. Anak, harta, perhiasan, kedudukan dirasa hanyalah godaan. Iman adalah satu-satunya yang berharga, sebab dapat mengantarkan ke hadirat Illahi dengan penuh arti.

(Sumber: Peranan "Wanita" Dalam Pembangunan Bangsa Menurut Islam, Oleh Drs. H. Jumari Ismanto, dkk.).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar