Jumat, 17 Februari 2012

"Taubat dan Istighfar"

"Taubat" berasal dari kata Taaba-Yatuubu yang menunjukkan arti kembali dari maksiat. Demikian pula berarti meninggalkan dosa dengan cara yang paling baik."

Oleh karena itu, "Taubat" adalah puncak permohonan maaf dan ampunan untuk menuju kepada kesuksesan. "Istighfar"adalah permohonan ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilkukan oleh seorang hamba. "Taubat" dan "Istighfar" adalah diwajibkan bagi setiap manusia karena setiap anak keturunan Adam pasti melakukan kesalahan dan dosa.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nur, ayat 31:
'Dan ber"taubat"lah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.'

Imam An-Nawawi menjelaskan: 'Para Ulama berkata: 'Ber"taubat" dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga:
1. Hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut;
2. Ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya.
3. Ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
Apabila salah satunya hilang, maka "taubat"nya tidak sah.
Apabila "taubat" itu berkaitan dengan manusia, maka syaratnya ada empat, ketiga syarat di atas, dan ke:
4. Hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut.
Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya, maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya, maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf.'

"Taubat" dan "Istighfar" adalah salah satu kunci utama seseorang memperoleh rezeki yang melimpah dan berkah. Dalil-dalil yang menunjukkan akan hal itu adalah:

1. Apa yang disebutkan Allah tentang Nuh yang berkata kepada kaumnya:

Al-Qur'an Surat Nuh, ayat 10-12:
'Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'

Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut dengan "Istighfar":
a. Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya: 'Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.'
b. Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah.
c. Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak.
d. Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun.
e. Allah akan menjadikan untuknya  sungai-sungai.

Imam Al-Qurthubi berkata: 'Dalam ayat ini, juga disebutkan dalam (Surat Hud) adalah dalil yang menunjukkan bahwa "Istighfar" merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rezeki dan hujan.'

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, berkata: 'Maknanya, jika dalam ber"taubat" kepada Allah, meminta ampunan kepada-Nya niscaya Dia akan membanyakkan rezeki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu (untuk kalian).'

Amirul mukminin Umar bin Khaththab juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan dari Allah.

Muthrif meriwayatkan dari Asy-Sya'bi: 'Bahwasanya Umar keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan "Istighfar" (memohon ampunan kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, 'Aku tidak mendengar engkau memohon hujan'. Maka Umar menjawab, 'Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih langit yang denganya diharapkan bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca Surat Nuh, ayat 10-11:
'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.'

Imam Al-Hasan Al-Bashri, juga menganjurkan "Istighfar" (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan. kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.

Imam Al-Quthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata: 'Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, 'Ber"istighfar"lah kepada Allah!'. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya: 'Ber"istighfar"lah kepada Allah!' Yang lain lagi berkata kepadanya, 'Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar ia memberiku anak!' Maka beliau mengatakan kepadanya, 'Ber"istighfar"lah kepada Allah!' Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya: 'Ber"istighfar"lah kepada Allah.' Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan: 'Maka Ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak orang yang mengadukan bermacam-macam (perkara) dan anda memerintahkan mereka semua untuk ber"istighfar". Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab: 'Aku tidak mengatakan hal  itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam Surat Nuh, ayat 10-12:
'Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'

2. Ayat lain adalah firman Allah yang menceritakan tentang seruan Hud kepada kaumnya agar ber"istighfar".

Surat Hud, ayat 52:
'Dan (hud berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu ber"taubat"lah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.'

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas menyatakan: 'Kemudian Hud memerintahkan kaumnya untuk ber"istighfar" yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka ber"taubat" untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rezekinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman: 'Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atas-mu'.

3. Ayat yang lain adalah firman Allah:

Surat Hud, ayat 3:
'Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan ber"taubat" kepadaNya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat.'

Pada ayat di atas, terdapat janji dari Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang ber"istighfar" dan ber"taubat".

Dan maksud dari firman-Nya: 'Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu.' Sebagaimana dikatakan oleh  Abdullah bin Abbas adalah: 'Ia akan menganugerahi rezeki dan kelapangan kepada kalian.'

Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan: 'Inilah buah dari "Istighfar" dan "taubat". Yakni Allah akan memberi kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rezeki dan kemakmuran hidup seraya ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukan-Nya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian.

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata: 'Ayat tersebut menunjukkan bahwa ber"istighfar" dan ber"taubat" kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah menganugerahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik) atas "istighfar" dan "taubat" itu dengan balasan berdasarkan syarat yang ditetapkan.'

4. Dalil lain bahwa ber"istighfar" dan "taubat" adalah di antara kunci-kunci rezeki:
Yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda:
'Barangsiapa memperbanyak "Istighfar" (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka.'

Dalam Hadits ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara berdasarkan wahyu, mengabarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak "Istighfar", salah satunya yaitu, Allah Yang Maha Memberi rezeki, Yang Memiliki Kekuatan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan dan serta tidak pernah terdetik dalam hatinya.

(Sumber: 9 Kunci Pembuka Gembok Rezeki - Menjadi Milyuner Silent Tanpa Hubbuddunya. Oleh: Dr. M. Mufti Mubarok).