Sabtu, 10 Desember 2011

"Obat Penolak Sihir"

"Sihir" adalah jimat-jimat, mantera-mantera dan bundelan-bundelan yang dapat berpengaruh pada jiwa dan badan seseorang, ada yang dapat menyakitkan, memporak-porandakan kehidupan suami istri dan mematikan nyawa seseorang."


Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 102:
"Dan mereka mengikut apa-apa yang dibaca oleh setan-setan pada zaman kerajaan Sulaiman, sedang Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setnlah yang kafir. Mereka mengajarkan "sihir" kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut; dan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sehingga keduanya berkata, "Sesungguhnya kami hanya (membawa) fitnah (cobaan), sebab itu janganlah engkau ingkar." Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu (tentang "sihir") yang dengannya mereka menceraikan seorang (suami) dari istrinya. Dan mereka tidak memberi mudarat kepada seorangpun dngan "sihir"nya, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari apa yang memudaratkan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh mereka telah mengetahui bahwa siapa yang menukar (menggunakan) "sihir", tiadalah baginya bagian (kebaikan) di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya (dengan "sihir") kalau mereka mengetahui".

"Sihir" itu memang benar adanya. Karena itu Allah memerintahkan kepada kita semua agar berlindung diri kepada-Nya dari "sihir" itu. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Falaq:
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
1. Katakanlah "Aku berlindung kepada Tuhan (yang menguasai) cuaca subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap,
4. dan dari kejahatan tukang-tukang "sihir" yang meniup pada ikatan,
5. dan dari kejahatan pendengki apabila dia dengki".

"Sihir" itu termasuk perkara pengrusak yang dapat membinasakan orang yang mengerjakannya di dunia dan menyebabkan siksa (adzab) di akhirat kelak.

Maka dari itu berarti kita harus berupaya untuk menghindari bahaya yang akan mengancam kita terhadap, misalnya "sihir" itu. Sebab "sihir" adalah merupakan penyakit ghaib (yang tidak bisa dilihat dengan mata), maka peng"obat"annya pun harus menggunakan resep Ilahiyah, sebagai berikut:

1. Membaca Surat Al-Falaq;
2. Membaca Surat Yunus ayat ke 81;
3. Membaca Surat Al-Anbiya' ayat ke 70;
4. Dilanjutkan membaca Surat Al-Furqan ayat ke 23;
5. Dilanjutkan membaca Surat Al-Mu'min ayat ke 78;
6. Dilanjutkan membaca Surat An-Nur ayat ke 39;
7. Dilanjutkan membaca Surat Al-A'raf ayat 118 dan 119;
8. Dan yang terakhir/sebagai pamungkas, membaca Hauqalah, yaitu Laa haula walaa quwwata illaa bil laahil 'aliyyil 'adhiim.

Sebagai perbendaharaan ilmu pengetahuan, maka akan kami kemukakan bentuk dan macam-macam "sihir", antara lain sebagai berikut:

1. 'IYAFAH.
Caranya dengan memasukkan burung ke dalam sangkar, kemudian dibentak. Hal ini dikerjakan pada zaman jahiliyyah. Kalau terbangnya ke atas, ke samping kanan atau ke depan, berarti orang yang niat mengerjakan sesuatu itu alamat akan menemui keberhasilan, karenanya maka niat itu dapat dilaksanakan. Kalau terbangnya  turun, ke kiri atau ke belakang, maka niatnya itu digagalkan. Dan kemana saja arah burung terbang di dalam sangkar itu.

2. THIYARAH (menentukan nasib dengan suara).
Yaitu berprasangka jelek terhadap suara yang timbul dari burung tertentu dan arah terbangnya.

3. ATH-THARQU (ramalan dengan garis).
Caranya dengan menggarisi tanah atau memukul-mukul pasir, atau memukul dengan batu kecil-kecil (kerikil). Apakah batu-batu kecil itu dapat menjawab atau berbicara? Itulah menunjukkan kebodohan mereka.

4. AT-TANJIM (perbintangan, astrologi).
Caranya dengan mengambil petunjuk dari situasi falak sebagai pedoman atau atas kejadian di bumi. Dan ilmu nujum (astrologi) untuk mengetahui berita-berita ghaib, itulah kebatilan yang dilarang.

5. Tukang-tukang "sihir" apabila hendak menyihir, mereka membundeli benang dan meniupi tiap-tiap bundel sehingga berbentuk "sihir" yang mereka harapkan.

6. NAMIMAH.
Ialah orang yang berusaha mengadu domba di antara manusia, berarti dia mengerjakan "sihir", karena dia dapat mengubah dan menggoncangkan hati mereka dan dia dapat merusak hubungan di antara mereka.

7. BAYAN susunan kata yang indah), yang dapat memutar-balikkan yang haq menjadi bathil dan yang bathil menjadi benar.

(Sumber: Ilmu Mujarobat, Oleh Labib MZ dan Maftuh Ahnan). 

"Salat Gerhana Matahari (Kusuf) dan Salat Gerhana Bulan (Khusuf)"

"Sesungguhnya "matahari" dan "bulan" keduanya menjadi bukti Kekuasaan Allah. Kedua "gerhana" terjadi bukan karena matinya seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Jika kamu melihat kedua "gerhana" itu maka "salat"lah." (Sabda Rasulullah SAW. menurut HR. Bukhari)

"Salat gerhana" hukumnya adalah sunah muakad bagi laki-laki dan perempuan.

Pada waktu terjadi "gerhana matahari" dan "gerhana bulan" disunahkan untuk memperbanyak zikir, takbir, istighfar, do'a, sedekah, berbuat kebaikan dan menghubungkan silaturahmi. Hal ini sebagaimana Sabda Rasulullah SAW. dalam HR. Bukhari: 
"Sesungguhnya "matahari" dan "bulan", keduanya menjadi bukti Kekuasaan Allah. Keduanya terjadi bukan karena matinya seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Jika kamu melihat "gerhana", maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah dan lakukan "salat gerhana".

Cara melaksanakan "Salat Gerhana Matahari", sebagaimana dijelaskan dalam HR. Muslim: 
Aisyah berkata: Telah terjadi "gerhana matahari" di masa Rasulullah hidup. Maka Nabi pun keluar rumah dan masuk majjid, lalu berdiri dan takbir, sedan di belakangnya orang berdiri dalam saf. Rasulullah membaca bacaan yang panjang. Kemudian takbir lalu ruku' yang lama namun lebih pendek dari bacaan pertama. Kemudian beliau mengangkat kepalanya, lalu mengucapkan samiallahu liman hamidah, Rabbana lakal hamd. Kemudian berdiri lagi, lalu membaca bacaan yang lebih pendek dari bacaan pertama, lalu takbir dan ruku' dan lebih singkat dari ruku' pertama. Kemudian bangkit sambil mengucap amiallahu liman hamidah, Rabbana lakal hamd, kemudian sujud. Setelah itu melakukan rakaat kedua, sama seperti pada rakaat pertama, hingga sempurnalah empat kali ruku' dan empat kali sujud, dan "matahari"pun terang kembali. Kemudian beliau berdiri, lalu berkhutbah di hadapan mereka, dimulai dengan memuji Allah, kemudian bersabda:
"Sesungguhnya "matahari" dan "bulan", keduanya menjadi bukti Kekuasaan Allah. Keduanya tidak terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Bila kamu melihatnya, maka kerjakanlah "salat".

"Salat gerhana bulan" tidak ada perbedaan dengan "salat gerhana matahari".
HR. Muslim menjelaskan, bahwa Rasulullah bersabda: "Jika kamu melihat "gerhana bulan", maka bangkitlah untuk "salat".

Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa "salat gerhana bulan" seperti "salat"-"salat" sunah lainnya. Yaitu dilakukan di rumah, sendiri-sendiri atau di masjid-masjid, tapi tidak berjama'ah, karena Rasulullah telah memberi contoh seperti pada "salat gerhana matahari".
Namun siapa menghendaki, boleh "salat" berjamaah atau sendirian, karena yang diminta adalah melaksanakan "salat" dan berdo'a.

(Sumber: Pedoman Hidup Muslim, Oleh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi).