Senin, 25 April 2011

"DEFINISI BUDAYA"

"Hosfiede ingin menegaskan betapa pentingnya "budaya" ketika ia menganalogikan "budaya" sebagai 'software of the mind'. "Budaya" adalah penggerak manusia. Tanpa "budaya" manusia hanyalah sosok makhluk tanpa makna.


"Budaya" menentukan seperti apa kehidupan yang dijalani manusia. Kroecher dan Kluckhon melakukan identifikasi definisi "budaya" dan menemukan 169 definisi berbeda. Keragaman ini menampakkan bahwa betapa beragamnya sudut pandang yang digunakan untuk melihat "budaya". Mereka yang tertarik dengan masalah intelektual, maka akan mempunyai perbedaan dengan yang tertarik kepada masalah emosional, sehingga akan terjadi perbedaan pandangan mengenai definisi "budaya".

"Budaya" pada umumnya banyak dipengaruhi oleh dimensi kehidupan manusia, bisa latar belakang keluarga, pengalaman hidup, pendidikan, sosial, pengalaman traumatic psychologis. Van Peursen menyatakan ke"budaya"an sebagai proses belajar yang besar, berarti "budaya" merupakan sebuah proses yang hidup dan terus berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Loentjaraningrat, membagi "budaya" ke dalam 7 unsur, yakni sistem religi dan ritual keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pemcaharian hidup dan sistem ideologi dan peralatan.

Definisi lainnya diberikan oleh Herskovits, yang mendefinisikan "budaya" sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya ("culture" is the human-made part of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, asalkan merupakan proses untuk terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka dapat disebut "budaya"

Harry C Triandis, pakar psikologi lintas "budaya" terkemuka, menyatakan bahwa "Culture" is to society what memory is to individuals. Triandis memilah adanya objective "culture" dan subjective "culture". "Budaya" objektif adalah segala sesuatu yang bersifat memiliki bentuk nyata, seperti komputer, alat transportasi, alat komunikasi dan sebagainya. Sedangkan "budaya" subjektif adalah segala sesuatu yang bersifat abstrak, misalnya norma, moral, nilai-nilai dan sebagainya.

Shinobu Kitayama menganalogikan peran "budaya" bagi manusia seperti peran air bagi ikan (What "culture" is to humans is what water to fish). Tanpa air ikan mati, manusia pun akan menjadi bukan manusia tanpa "budaya". Sebagaimana air menentukan kehidupan ikan. "Budaya" menentukan seperti apa kehidupan yang dijalani manusia. Air yang berbeda akan membuat ikan berperilaku beda. Demikian pula "budaya" yang berbeda akan membuat manusia berbeda.

Hofstede menganalogikan "budaya" dengan software pada komputer ("Culture" is the software of the mind) untuk menjelaskan peran "budaya" bagi kehidupan manusia. Software merupakan denyut kehidupan bagi komputer. Tanpa software, komputer hanyalah benda yang tidak berguna. Hosfiede ingin menegaskan betapa pentingnya "budaya" ketika ia menganalogikan "budaya" sebagai 'software of the mind'. "Budaya" adalah penggerak manusia. Tanpa "budaya" manusia hanyalah sosok makhluk tanpa makna