Sabtu, 26 September 2009

"D H U H A" (SHALAT DHUHA)"

"Shalat dhuha" adalah ibadah "shalat" yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. "Shalat" sunnah ini yang dilakukan seorang muslim saat waktu "dhuha".


Waktu "dhuha" tiba saat matahari mulai naik, kira-kira tujuh hasta sejak terbitnya.


Sebuah hadits riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi (sanadnya baik): "Sesungguhnya Allah berfirman : "Hai anak Adam, "shalat"lah engkau empat raka'at pada permulaan hari, niscaya Aku beri kecukupan bagimu sampai akhir hari."


Hadits yang riwayat Muslim, Dari 'Aisyah, Ia berkata : Adalah Rasulullah SAW. "shalat dhuha" empat (raka'at) dan ia tambah sebanyak yang dikehendaki oleh Allah. Maksudnya seberapa yang seseorang suka kerjakan.


Hadits riwayat Tirmidzi, Dari Zaid bin Arqam, bahwasanya Rasulullah SAW, telah bersabda : "Shalat" orang yang banyal bertaubat itu ialah ketika anak-anak onta kepanasan.


Dari terbit matahari hingga gelincirnya ada kira-kira enam jam. Waktu "dhuha " adalah kira-kira dua jam di pertengahan enam jam itu, yaitu kira-kira jam 8 sampai 10 : di waktu anak-anak onta mulai merasa kepanasan matahari.


Hadits riwayat Ibnu Hibban di (kitab) Shahihnya, Dari 'Aisyah, Ia berkata : Rasulullah SAW masuk ke rumah saya lalu ia"shalat dhuha" delapan raka'at.


Catatan :

1. Sunnah "dhuha" itu kira-kira antara jam 8 sampai jam 10 siang.


2. Raka'atnya tidak ditetapkan oleh Rasulullah SAW, tetapi riwayat-riwayat menunjukkan bahwa Rasulullah SAW, mengerjakan "dhuha" empat, delapan atau dua belas raka'at.


3. Riwayat-riwayat tidak menunjukkan bahwa Rasulullah SAW, mengerjakannya dengan tetap.


Do'a setelah" shalat dhuha" adalah sebagai berikut :

ALLAHUMMA INNADH "DHUHA"-A "DHUHA"-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHALIHIN.

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu "dhuha" adalah waktu "dhuha"-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran "dhuha"-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang shaleh”.

Rabu, 09 September 2009

"KEWAJIBAN KITA TERHADAP AL-QUR'AN"

"Al-Qur'an" yang kita kenal sebagaimana tertulis di dalam mushaf, tersusun dalam 30 juz, terdiri dari 114 Surat dan mempunyai ayat sebanyak 6236."


Menurut bahasa "Qur'an" berarti "Bacaan". Didalam "Al-Qur'an" sendiri terdapat pemakaian kata "Qur'an" dalam ayat 17 dan 18 Surat Al-Qiyamah :
"Sesungguhnya mengumpulkan "Al-Qur'an" (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami (Karena itu) jika Kami telah membacanya, hendaklah kamu ikut bacaannya."

"Al-Qur'an" bisa didefinisikan sebagai "Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah".

"Al-Qur'an" yang kita kenal sebagaimana tertulis di dalam mushaf, tersusun dalam 30 juz, terdiri dari 114 Surat dan mempunyai ayat sebanyak 6236.

Sedangkan fungsi pokok "Al-Qur'an" secara jelas disebutkan dalam firman Allah dalam "Al-Qur'an" Surat Al-Baqarah ayat 185 :

"Pada bulan Ramadhan, diturunkan padanya "Al-Qur'an" guna menjadi petunjuk bagi manusia dan memberi penjelasan dari petunjuk itu serta pembeda antara yang haq dan yang batil............"

Ayat "Al-Qur'an" pertama kali diturunkan pada saat bulan Ramadhan. Ketika Nabi Muhammad SAW. menginjak usia 40 tahun, beliau lebih banyak mengerjakan tahannuts (bersunyi diri untuk bertafakkur) dari pada waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan beliau membawa perbekalan lebih banyak dari pada biasanya, karena akan bertahannuts lenih lama dari pada waktu-waktu sebelumnya. Dalam melakukan tahannuts, kadang-kadang beliau bermimpi dengan mimpi uang benar (Ar ru'yash shaadiqah).

Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, di waktu Nabi Muhammad SAW sedang bertahannuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril a,s, membawa wahyu (kalamullah) dan menyuruh Muhammad SAW untuk membacanya, katanya "Bacalah." Dengan perasaan gemetar, Muhammad SAW menjawab : "Aku tidak dapat membaca." Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh Jibril as. sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskannya kembali seraya menyuruhnya membaca sekali lagi "Bacalah". Tetapi Nabi Muhammad SAW masih tetap menjawab : "Aku tidak dapat membaca". Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Nabi Muhammad SAW berkata : "Apa yang kubaca", kata Jibril :

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menjadikan, Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat mulia, Yang mengajarkan dengan pena (tulis baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." ("Al-Qur,an" Surat Al-Alaq Ayat 1 - 5).

Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, dan ini pulalah saat pengangkatan beliau sebagai Rasulullah (Utusan Allah) kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya.

Tercatat dalam sejarah bahwa pada saat menerima pengangkatan menjadi Rasul, umur beliau mencapai 40 tahun, 6 bulan dan 8 hari menurut tahun Qamariah atau 39 tahun, 3 bulan dan 8 hari menurut tahun Syamsiah.

Demikianlah riwayat terjadinya pengangkatan Muhammad SAW menjadi Rasul yang ditandai dengan turunnya 5 ayat berisi perintah untuk membaca dan memahami asal kejadian manusia.

Sedangkan ayat "Al-Qur'an" yang terakhir kali turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah :

"Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri duberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya." ("Al-Qur,an" Surat Al-Baqarah Ayat 281).


Imam Nasa'i telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya ia telah berkata, "Ayat "Al-Qur'an" yang terakhir turun kepada Nabi Muhammad adalah firman Allah yang berbunyi : "Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri duberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya'. Setelah turun ayat terakhir itu, Rasulullah dapat bertahan hidup selama sembilan hari" (H.R. Imam Nasa'i).

Pendapat inilah yang diyakini banyak orang lebih dekat kepada kebenaran. Karena sebagaimana yang kita perhatikan ayat tersebut :

Pertama, mengindikasikan penutupan wahyu dan agama, seperti mempersiapkan bekal dalam menghadapi hari Kiamat dan kembali kepada Allah kelak.
Kedua, Ibnu Abbas menerangkan bahwasanya Rasulullah hanya mampu bertahan hidup selama sembilan hari setelah turunnya wahyu terakhir itu.

Ada pendapat yang menyatakan, sebagian umat Islam menduga bahwasanya ayat "Al-Qur'an" yang terakhir kali turun adalah Surat Al-Maidah Ayat 3 yang berbunyi :

"Pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu dan Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku serta Aku rela Islam menjadi agamamu."


Untuk menjawabnya dapatlah diterangkan bahwa ayat ketiga dari Surat Al-Maaidah ini turun kepada Nabi Muhammad SAW pada saat pelaksanaan haji Wada' pada tahun kesepuluh hijriah atau dua bulan lebih sebelum wafatnya Rasulullah SAW. Sedangkan ayat 281 Surat Al-Baqarah, turun sembilan hari sebelum hari wafatnya Rasulullah.


Sedangkan kewajiban kita terhadap "Al-Qur'an", adalah :

1. Kita berkewajiban untuk selalu memperbaiki bacaan "Al-Qur'an". Kita membaca "Al-Qur'an" dengan basic pendekatan tajwid. Panjang-pendek bacaan "Al-Qur'an" kalau kita salah membacanya akan memiliki arti yang berbeda. Perintah untuk membaca "Al-Qur'an" dengan benar ini sesuai firman Allah dalam "Al-Qur,an" Surat Al-Baqarah Ayat 121 : " Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka beriman kepadanya. Dan barangsiapa mengingkarinya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

2. Kita wajib meyakini kebenaran semua yang terkandung dalam "Al-Qur'an". Kita harus yakin bahwa "Al-Qur'an" adalah sebagai way of life kita. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam "Al-Qur'an" Surat Fushshilat Ayat 41 :"Sesungguhnya orang yang imgkar dengan peringatan ("Al-Qur'an") ketika peringatan itu datang kepada mereka, dan sesungguhnya (peringatan itu) adalah kitab yang mulia."

Dan bagi orang yang meragukan isi "Al-Qur'an", ada peringatan dari Allah sebagaimana firman-Nya dalam  "Al-Qur'an" Surat Al-Baqarah Ayat 23 : "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan terhadap apa yang Kami turunkan ("Al-Qur'an") kepada hamba Kami (Muhammad), maka datangkanlah suatu surat (saja) yang semisalnya, dan ajaklah pembantu-pembantu kamu selain dari Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar."

3. Kita wajib berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan semua isi yang terkandung dalam "Al-Qur'an". Di dalam "Al-Qur'an" ada perintah shalat, zakat, puasa dan perintah-perintah yang lain. Kita wajib melaksanakan perintah-perintah-Nya. Dalam "Al-Qur'an" juga ada larangan-larangan-Nya. Kita wajib menjauhi larangan-laranga-Nya. Semua yang diperintahkan oleh Allah pasti menguntungkan manusia, dan semua larangan Allah pasti merugikan manusia. Bagi orang yang tidak mentaati perintah dan laranga-Nya, dapat peringatan dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam "Al-Qur'an" Surat Al-Jumu'ah Ayat 5 : "Perumpamaan orang yang dipikulkan Taurat kepadanya, kemudian mereka tidak memikulnya, adalah ibarat keledai yang mengangkut kitab-kitab yang tebal. (Itulah) seburuk-buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim."
Adanya "Al-Qur'an" menunjukkan adanya Allah SWT. Karena "Al-Qur'an" itu berisi ayat-ayat syariat yang dikenal orang, berisi undang-undang yang sangat baik yang amat besar manfaatnya bagi manusia. Seperti halnya "Al-Qur'an" mengandung teori-teori ilmu pengetahuan yang jitu. Disamping itu "Al-Qur'an" mengemukakan hal-hal gaib dan peristiwa-peristiwa sejarah. Semua itu pasti kebenarannya. Tak ada satupun dari hukum-hukum syari'at "Al-Qur'an" yang menjadi usang sepanjang masa, meskipun dalam ruang dan waktu yang berbeda. Tak ada satu teori ilmiah yang paling bersahaja dalam "Al-Qur'an" yang tidak berlaku. Dan tak ada soal gaib pun yang diberitakan "Al-Qur'an" menjadi usang. Demikian pula halnya tak seorangpun ahli sejarah yang berani menolak satu kisahpun dalam "Al-Qur'an", lalu mendustakannya. Atau mendukung orang yang mendustakan atau menafikan satu kejadian sejarah yang diisyaratkan oleh "Al-Qur'an".

Maka, kata yang penuh hikmah dan benar dari "Al-Qur'an" itu tak mungkin akal manusia menganggap bahwa kata-kata "Al-Qur'an" itu buatan manusia, karena "Al-Qur'an" diluar batas kemampuan manusia. Maka "Al-Qur'an" itu menjadi dalil atas dasar adanya Allah, ilmu, kekuasaan dan hikmah-Nya.

Para penghafal "Al-Qur'an" adalah orang-orang pilihan Allah untuk menjaga kemurnian "Al-Qur'an" dari usaha pemalsuan/penyesatan, "Sesungguhnya telah Kami turunkan Adz Dzikra ("Al-Qur'an") dan Kami-lah yang benar-benar menjaganya. ("Al-Qur'an" Surat Al Hijr ayat 9). 

Kita perlu dan harus menghafal "Al-Qur'an" karena beberapa alasan, di antaranya: (Sumber: Majalah Al Falah Januari 2011):

1. "Al-Qur'an" adalah manhajul hayah (pedoman hidup) bagi seluruh manusia.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam "Al-Qur'an" Surat Al-Baqarah ayat 185 seperti yang telah dijelaskan di atas.

2. "Al-Qur'an" adalah ruh bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman dalam "Al-Qur'an" Surat Asy Syura ayat 52: "Dan demikianlah kami wahyukan Ruh ("Al-Qur'an") dengan perintah Kami." 

3. "Al-Qur'an" sebagai Ad Dzikra (peringatan).
Dijelaskan dalam "Al-Qur'an" Surat Qaaf ayat 45: "... Maka berilah peringatan dengan "Al-Qur'an" orang yang takut kepada ancaman-Ku."

4. "Al-Qur'an" sumber pengetahuan alam. Misalnya dalam firman-Nya tentang lautan dalam "Al-Qur'an" Surat Ar Rahman ayat 19-20: "Dia biarkan dua lautan bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing." "Al-Qur'an" juga menjelaskan tema pendidikan, ekonomi, politik, biologi, astronomi, kedokteran dan lain-lain.

5. Menjaga Ke-mutawatir-an "Al-Qur'an".
Sejak dahulu "Al-Qur'an" dijaga huffazh (penghafal "Al-Qur'an") hingga akhir zaman. "Al-qur'an" yang teriwayatkan secara mutawatir tidak mudah bahkan tidak mungkin diubah atau dipalsukan sebagaimana kitab sebelumnya.

6. "Al-Qur'an" mengangkat kualitas umat.
Dijelaskan dalam "Al-Qur'an" Surat Al Anbiya ayat 10: "Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?."

7. Menjaga kelestarian sunnah-sunnah Rasulullah SAW.
Sebagian ibadah sangat terkait dengan halan "Al-Qur'an". Hafalan yang terbatas pada surat-surat pendek akan membatasi kita dalam meneladani shalat Nabi SAW secara sempurna.

8. Menjauhkan mukmin dari aktivitas laghwu (tak berguna).
Tanpa disadari kita sering terjebak dalam suasana laghwu. Perjalanan dalam bus, kereta api, pesawat, atau kapal sering menyajikan tontonan/lagu yang laghwu. Solusinya adalah membaca "Al-Qur'an", hafalan maupun dengan mushaf. Saat mengendarai kendaraan pribadi - tgerutama saat macet, kita dapat memutar bacaan "Al-Qur'an" atau membacanya secara hafalan. 

9. Melestarikan budaya salafus shalih.
Apabila kita kaji sejarah orang-orang shalih terdahulu (salafus shalih) akan kita dapatkan kehidupan yang cemerlang, dalam hal ilmu maupun ketaqwaan. Diantaranya perhatian yang besar terhadap "Al-Qur'an". Rata-rata mereka hafal "Al-Qur'an" sejak dini. Imam Syafi'i telah hafidz pada usia 10 tahun. Begitu pula Ibnu Sina.

Rasulullah SAW. bersabda, :Orang yang mahir membaca  "Al-Qur'an" disertai duta-duta  Allah (malaikat) yang mulia lagi baik, sedangkan orang yang membaca "Al-Qur'an" dengan tergagap-gagap (karena belum lancar) lagi sangat payah membacanya, maka ia akan memperoleh dua kali lipat pahala. (HR. Bukhari dan Muslim).

"09 - 09 - '09"

"Ada apa dengan "angka" "09 - 09 - '09" ? "Angka" itu berarti bertepatan dengan tanggal "09" bulan "09" (September) tahun 200"9".



Banyak orang menafsirkan "angka 9". Ada yang menganggap bahwa "angka 9" adalah "angka" keberuntungan, yang akan mendatangkan kebaikan-kebaikan dalam hidup ini. "Angka" "09-09-'09", ada triple "angka 9", yang berarti keuntungannya berlipat tiga.



Namun yang jelas "angka 9", adalah "angka" yang tertinggi dari "angka"-"angka" yang lain (0, 1, 2 s/d 8). Allah-pun mempunyai Nama-nama yang bagus (Asmaa'ul khusna) sejumlah "99". Nama-nama itu bukan hanya sekedar nama, tetapi nama-nama yang bagus yang sesuai dengan sifat-sifat Allah, seperti yang difirmankan dalam Surat Al-A'raf Ayat 180 : "Allah mempunyai asma'ul khusna (nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma'ul khusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."


Adapun jumlah nama-nama yang baik (Asma'ul khusna) itu ada "99 nama". Imam Bukhory, Muslim dan Tirmidzi meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW pun bersabda : "Sesungguhnya Allah mempunyai "99 nama", yaitu seratus kecuali satu. Barang siapa yang menghafalkannya dia akan masuk surga, sesungguhnya itu witr (tidak genap). Dia menyukai akan witr itu (yang ganjil)," (Hadits Riwayat Imam Baihaqi).


"Angka 9" dalam Islam, adalah "angka" yang baik. Tidak ada "angka" yang tidak baik. Apalagi kalau dikaitkan dengan Asma'ul khusna yang berjumlah "99" itu, adalah "angka" yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena "99 nama" itu adalah nama-nama yang diperintahkan oleh Allah agar manusia berdo'a dengan menyebut Asma'ul khusna, seperti yang difirmankan dalam Al-Qur'an Surat Al-Israa' Ayat 110 : "Katakanlah : Serulah Allah atau Rohman, mana saja nama Tuhan yang kamu seru. Dia adalah mempunyai nama-nama yang baik."


Menurut saya, apa yang harus kita lakukan dengan "angka" "09-09-'09", adalah kita harus bersyukur karena bertepatan dengan "angka" ini kita masih diberi kesempatan bernafas, diberi kesehatan dan kekuatan sehingga kita bisa melakukan ibadah kepada Allah SWT, yaitu kita dapat berpuasa pada bulan Ramadhan, shalat, bersedekah dan ibadah-ibadah yang lain.

Selasa, 08 September 2009

"PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA --- MENURUT KONSEPSI ISLAM"

"Sekarang ini bukan saatnya lagi kaum "wanita" menuntut hak, apalagi "wanita" "Islam" di mana sudah dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, berjalan beriringan, serempak dan sepenanggungan dengan kaum Adam sejak "Islam" diwahyukan."


Alangkah sudah terlalu jauh kepercayaan masyarakat kepada kaum "wanita", sampai kita dapat memanfaatkan dalam rangka mengembangkan dan membuktikan peranan kaum "wanita". Kepercayaan adalah sesuatu yang sangat mahal. Namun apabila keliru menggunakannya akan negatiplah akhirnya. Kaum "wanita" juga sekaligus sebagai ibu adalah mempunyai peranan khusus di mana pihak lain tidak dapat memikulnya.

Pada hakekatnya Pembangunan Indonesia adalah Pembangunan Manusia Seutuhnya, maka kaum "wanita" menduduki peran utama dalam rangka menyiapkan corak bangsa yang bertaqwa dan berbudi luhur --- Karena melalui kaum ibulah generasi bangsa ini lahir, dari karakter "wanita"lah watak bangsa akan tumbuh, dan dari usaha kaum "wanita" martabat bangsa kita bina.

DAri lisan "wanita" suara bangsa dilatih bicara, dari tangan kaum "wanita" mula-mula tangan bangsa kita tuntun, dari sikap kaum "wanita" sikap bangsa dibina dan kehalusan serta ketinggian budi bangsa mereka susun.

Kerendahan budi kaum "wanita" menjadi cermin, rendahnya martabat bangsa, dan kerusakan moral kaum "wanita" faktor penyebab rusaknya bangsa. Sangat tepat ungkapan kata hikmah tentang "wanita" sebagai berikut:
"Wanita" adalah laksana tiang Negara,
Manakala "wanita"nya baik akhlaknya,
Maka baik pulalah negaranya,
Tetapi manakala "wanita"nya jelek,
Maka negara pun rusaklah."

Dalam rangka pembangunan bangsa dewasa ini sudah seharusnya kaum "wanita" menunduk sejenak, melihat pribadinya dan menengok tanggung jawabnya. Merupakan sikap yang sangat terpuji apabila "wanita" memperhatikan corak bangsa yang akan datang, diukur dengan tingkah polah kaum "wanita"nya saat ini.


Kedudukan "wanita" di alam ini, menurut konsepsi "Islam" -- memiliki tugas yang harus ditunaikan, yaitu:


1. "Wanita" diciptakan sebagai sakanah, yang artinya sebagai penyenang dan penenteram. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ar-Ruum Ayat 21 :

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untuk kamu "istri-istri" dari jenismu supaya kamu tenteram bersamanya ............."
Disini jelas, bahwa upaya menenteramkan dalam keindahan dan kehidupan ini, adalah wewenang dan tugas kaum "wanita" ("istri").


2. "Wanita" ber"peran" sebagai sumber kecintaan dan rasa kasih sayang. Tugas ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Surat Ar-Ruum Ayat 21 : "......... Dan Dia menjadikan cinta dan kasih sayang diantara kamu. ........" Dengan demikian, merupakan kewajiban seorang "istri" untuk mempersiapkan program dalam menunaikan tugas menyambut kedatangan suami dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.


3. "Wanita" dibalik "peranan" dan kodratnya sebagai "istri", juga sebagai ratu rumah tangga dan pendidik anak cucunya. Hal ini sebagaimana firan-Nya dalam Surat An-Nahl Ayat 72 : "Allah menjadikan bagi kamu "istri-istri" dari jenis kamu sendiri dan menjadikan dari "istri-istri" itu, anak-anak dan cucu-cucu."
Pendidikan anak dan cucu membutuhkan keluasan cakrawala ilmu bagi sang pendidik. "Wanita" harus pandai baca tulis dengan keluasan ufuknya untuk dapat mengasuh dan mendidik anak di dalam memainkan "peran"nya sebagai ratu rumah tangga.


"Peran" serta dalam program pembangunan termasuk di dalamnya "wanita". "Wanita" sebagai istri dari suami, dan sebagai ibu dari anak-anaknya. Dalam keseharian "wanita" tidak pernah patah semangat dan mengenal lelah dalam mengurus rumah-tangganya, meskipun dalam keadaan lelah.


Di luar kesibukannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan kadang pula sebagai pendukung menambah nafkah untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya, banyak pula "wanita" (para ibu) yang masih sempat dan memprioritaskan waktu untuk berorganisasi yang tentunya tidak sedikit pula kegiatannya, minimal melakukan kegiatan pertemuan setiap bulan untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota organisasi "wanita" yang diikutinya.


Banyak kegiatan organisasi "wanita" yang sangat mendukung pelaksanaan pembangunan. Misalnya di setiap pertemuan ada acara yang disajikan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan, diantaranya berupa pengetahuan kesehatan, hukum, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, keterampilan "wanita", etika. estetika dan santapan rohani.


Jadi sebenarnya, tanpa harus bekerja di kantor-pun, "wanita" itu "peranan"nya sudah sangat besar sekali dalam pelaksanaan pembangunan.


"Wanita" sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendamping suami dan aktif dalam suatu organisasi "wanita", kiprahnya sangat besar dalam membangun mental bangsa. Makanya kalau "wanita" disebut sebagai tiang negara, itu tidaklah keliru, karena mental bangsa (yang terdiri dari para suami dan anak-anak), terletak pada tangan-tangan para "wanita".


Keberhasilan utama dari "peranan wanita" di masyarakat adalah "peranan"nya bersifat kodrati; Yaitu "peranan"-"peranan" yang hanya secara hakiki dimiliki dan dilakukan oleh kaum "wanita". "Peranan wanita" yang kodrati, perlu dipelihara, dilindungi dan ditingkatkan secara bermanfaat dan adalah merupakan aset bangsa yang sulit diciptakan secara substitusi.


"Peranan" dan kehidupan "wanita" Indonesia secara kodrati, masih banyak memerlukan uluran tangan dari pemerintah, terutama bagi mereka yang terlibat dalam siklus kehidupan yang serba kekurangan dari segala-galanya untuk merubah sifat kodratinya ke tingkat yang relatif lebih baik. Masyarakat "wanita" Indonesia yang jumlahnya lebih dari separuh penduduk Indonesia, memerlukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan sumber-sumber penghidupan yang selayaknya sebagai "wanita" yang tanpa kecuali akan ber"peran" secara kodrati sebagai ibu rumah tangga (sebagai istri dan pembentuk generasi baru) dan "peran" kodrati lainnya.


Seiring dengan sifat kodrat, adalah bakat (talent) yang dimiliki oleh kaum alami, tetapi yang lebih penting adalah bakat alami "wanita". Bakat alami yang dikembangkan secara empiris, tradisional akan dapat lebih bernilai apabila dilengkapi dengan skill, informasi dan pengetahuan-pengetahuan yang ditransfer secara pendidikan dan pelatihan. Banyak pekerjaan yang bila diukur efisiensinya, hanya akan lebih efisien apabila dikerjakan oleh pekerja "wanita", dengan alasan ketelitian, kemahiran, terampil dan kesungguhan.

Karakter selanjutnya yang dapat mendukung eksistensi "peranan wanita" adalah kemampuan. Kemampuan disini adalah kemampuan profesional dan teknis. Disini kodrat dan bakat kurang menentukan. Hanya kemungkinan sifat-sifat emosional dan sentimentil terkadang dapat agak terlihat sebagai gambaran sifat feminin dari suatu kaum. Dalam menguasai profesi dalam katagori ini kaum "wanita" adalah sejajar dengan pria dan bersama-sama berkiprah melalui persaingan. Artinya "peranan wanita" telah dapat diukur dengan kualitas dan profesionalismenya. Disini mekanisme yang rasional akan lebih terlihat, dan akan mempunyai dampak yang positif atas usaha-usaha peningkatan "peranan wanita".


"Peranan" kaum "wanita" terutama sebagai ibu, dalam pembinaan mental masyarakat adalah sangat penting, baik atas dasar kodrat, bakat maupun kemampuannya. Pembinaan mental masyarakat, terutama generasi muda, yang dimulai secara dini pada remaja dan anak-anak balita adalah salah satu usaha membina insan kehidupan yang penting.


Dari faktor kodrat, bakat dan kemampuan, yang dapat membentuk pola kehidupan dan "peranan wanita", akan tercipta pula kemandirian dan sikap independen yang menimbulkan kepercayaan diri sendiri dan pengakuan dari kepercayaan masyarakat tentang "peranan wanita".

Aspek-aspek yang memerlukan tingkat perkembangan di kalangan masyarakat, termasuk peningkatan kualitas kaum "wanita" untuk menunjang "peran wanita" di masa mendatang, antara lain terdiri dari aspek perkembangan jasmani, mental dan rohaniah, intelektual/intelegensia, sosial dan spiritual.


Aspek perkembangan tersebut merupakan syarat mutlak untuk menjadikan masyarakat yang berkualitas sebagai sumber daya insani, supaya dapat ber"peran" dalam membangun dirinya dan membangun masyarakat dan bangsanya. Apabila suatu bangsa, terutama kaum "wanita"nya, banyak mengalami perkembangan atas aspek-aspek tersebut, maka dapat dipastikan bahwa proses perkembangan sosial ekonomi bangsa akan lebih cepat geraknya, lebih dinamis sehingga setiap tujuan dan sasaran-sasaran yang direncanakan akan lebih cepat tercapai.

Minggu, 06 September 2009

"A I R = W A T T E R" (AIR MINUM) - AIR HANGAT"

"Usahakanlah minum dengan "air hangat". "Air hangat" dalam tubuh akan membuat tubuh berkeringat."


"Air"
merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat vital. Seseorang tidak makan selama seminggu, mungkin masih kuat. Akan tetapi apabila tidak minum selama seminggu, mungkin orang tersebut akan pingsan.


"Air"
mempunyai peranan yang sangat penting bagi tubuh manusia, maka dari itu kecukupan "air" dalam tubuh harus dijaga supaya tidak kekurangan.


Tubuh manusia terdiri dari kurang lebih 70 % unsur "air". Dalam tubuh manusia ada yang bergerak bagaikan "air sungai" yang mengalir secara terus menerus siang dan malam. "Air sungai" dapat digunakan untuk mengangkut suatu benda dari hulu ke hilir, demikian juga "air" yang terdapat dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut semua bahan-bahan makanan yang akan dibentuk menjadi sel-sel hidup yang dibutuhkan oleh seluruh organ tubuh, dan mengangkut sel-sel mati untuk dibawa ke tempat pembuangannya. Begitulah tugas "air" sebagai alat angkut yang berjalan sepanjang hari di dalam tubuh manusia itu sendiri.


Fungsi "air" mempunyai peranan yang sangat penting bagi tubuh manusia, maka dari itu kecukupan "air" dalam tubuh harus dijaga supaya tidak kekurangan. Sewaktu "air" bertugas mengangkut zat-zat makanan dari tempat produksi (pencernaan makanan), untuk dikirim ke segala bagian organ-organ tubuh, untuk menjadi sel-sel hidup baru menggantikan sel-sel yang sudah mati, "air" tersebut juga bertugas untuk mengangkut semua kotoran menuju ke pembuangan setelah melalui saringan ginjal. Berarti peran "air" dalam tubuh adalah berfungsi ganda, disamping mengangkut makanan juga mengangkut semua kotoran tubuh ke tempat pembuangannya.


Apabila suatu organ tubuh mulai terganggu, yang paling sering terjadi adalah karena kurang minum "air", maka dengan jalan minum secukupnya, terutama "air" bersih hangat, maka sel-sel yang sudah rusak (mati) pada organ tubuh tersebut akan segera lepas keluar dari tempatnya dan digantikan oleh sel-sel hidup baru melalui zat-zat makanan yang diangkut oleh "air" setiap saat, maka penyakitpun akan cepat sembuh. Bagi orang sakit, minum "air hangat" adalah lebih tepat dan Insya'Allah merupakan suatu obat yang mujarab. Namun bila "air" dalam tubuh semakin berkurang tidak lagi mencukupi, maka penyakitpun akan semakin bertambah parah. Untuk memperoleh "air" bersih dan hangat adalah sangat mudah. Gunakanlah "air minum" yang bersih, jangan dikotori dengan teh atau kopi dan lain-lain, karena hal ini tidak menyehatkan tubuh, dan juga minum-minuman berwarna (pakai bahan pewarna) dan minum-minuman keras harus dujauhkan sama sekali, karena semua itu sangat merusak kesehatan.


Pemakaian "air hangat" untuk diminum adalah jauh lebih baik, dianjurkan untuk tidak menggunakan "air" dingin (dari kulkas) untuk diminum, karena hal ini akan merugikan atau merusak tubuh, karena semua organ tubuh memerlukan kehangatan dalam temperatur tertentu yang diciptakan oleh tubuh itu sendiri, supaya semua organ dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tetapi apabila harus didinginkan melalui "air" es yang diminum, maka disamping daya kerja organ-organ tubuh berkurang, daya tahan tubuh untuk melawan berbagai penyakit dari dalam maupun dari luar tubuh pun akan menjadi berkurang.


Ketika seseorang minum "air" dingin atau "air" es, panas tubuhnya akan diserap untuk memanaskan "air" dingin di dalam lambung yang membuat sumber tenaga dalam tubuh menjadi semakin berkurang, sehingga penyakit-penyakitpun akan lebih mudah agresif, terutama akan melemahkan kerja pankreas yang menyebabkan timbulnya penyakit diabetes. "Air minum" yang dingin hanya enak di kerongkongan tapi tidak menyehatkan.


Meminum minuman yang terlalu panas juga tidak baik karena akan melemahkan lambung. Janganlah membiasakan diri meminum minuman yang terlalu panas dengan cara meniup-niup terlebih dahulu. Lebih baik dibiarkan dulu panasnya berkurang sampai dapat diminum dengan suhu yang cocok dengan temperatur mulut.


Pemakaian "air minum" yang bersih dan "hangat" sangat penting untuk menjaga kesehatan. "Air" disamping sebagai sumber energi, juga berfungsi sebagai oli untuk melumasi seluruh tubuh, juga mempercepat pembuangan kotoran-kotoran berupa penyakit-penyakit yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh secepat mungkin.


"Air" dapat disebut bersih dan layak diminum, harus memenuhi 3 (tiga) syarat utama, yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.


Hidup manusia yang sehat adalah suatu hal yang tak dapat dinilai harganya. Kita harus menyadari bahwa betapa pentingnya mengurus persediaan "air" dalam tubuh kita sendiri demi untuk menjamin keawetan tubuh, kesehatan tubuh dan panjang umur. Namun hal yang sangat penting ini terlalu sering dilalaikan oleh banyak orang, sehingga timbullah berbagai penyakit yang tak terduga sebelumnya, dan semua ini terjadi karena kekurangan "air minum". Oleh sebab itu aturan minum yang tepat setiap hari harus diperhatikan.


"Air minum" yang harus kita konsumsi ke dalam tubuh paling sedikit 2 (dua) liter dalam satu hari. Jumlah ini dapat tercapai kalau kita minum dengan cara teratur, yakni setiap kira-kira 1 (satu) jam minumlah 1 (satu) gelas. Maka "air" dalam tubuh sudah sangat mencukupi untuk melaksanakan tugasnya, sebagai transportasi darah dalam tubuh, untuk mencuci (mengangkat) sel-sel yang sudah mati, dan membawanya ke tempat pembuangan, melalui saringan ginjal, lalu diteruskan ke kantong kemih sebagai penampungan sementara, kemudian dikeluarkan dengan cara buang "air" kecil.


Usahakanlah minum dengan "air hangat". "Air hangat" dalam tubuh akan membuat tubuh berkeringat. Dalam hal berkeringat ini, proses pergantian sel-sel mati dengan sel-sel hidup yang baru akan lebih cepat. Minumlah untuk sehat bukan hanya untuk pengobat dahaga.


Waktu minum yang paling tepat adalah minum kira-kira 1 (satu) jam sebelum atau setelah makan. Jangan minum pada saat makan, karena campuran "air" ludah dengan makanan yang sudah sempurna akan menjadi rusak, sehingga sari-sari makanan tidak akan terserap seluruhnya, banyak yang terbuang percuma karena tidak tercerna.


Apabila cara minum tadi diikuti dengan baik, maka 2 (dua) liter "air" di dalam tubuh dapat keluar masuk setiap hari, ini sudah cukup untuk kebutuhan tubuh setiap hari, termasuk memproduksi "air" liur yang dibutuhkan setiap waktu untuk makan. Dengan demikian kita tidak perlu lagi harus minum pada waktu makan, karena persediaan air (termasuk "air" liur) di dalam tubuh sudah mencukupi sebelum makan.


Kita dianjurkan tidak minum pada waktu makan--- Karena pada saat kita sedang makan, makanan dikunyah sampai lumat sebelum ditelan. Makanan dikunyah tujuannya bukan hanya supaya makanan itu semua menjadi lumat, tapi ada tujuan yang tidak kalah pentingnya, yaitu membuat semua makanan bercampur debgan "air" liur secara sempurna sebelum ditelan. Campuran makanan dengan kelenjar ludah ini adalah sangat penting perannya untuk pencernaan. Jika makanan tidak bercampur sempurna dengan kelenjar liur, maka pencernaan akan banyak yang gagal, banyak sari makanan terbuang percuma karena tidak dapat diserap ke dalam tubuh.


Dalam keadaan terpaksa, karena kita lupa atau karena terlalu sibuk kerja sehingga cara minum yang benar tidak dapat terlaksana dengan baik, hal ini akan memaksanya minum pada waktu makan, karena persediaan "air" untuk "air" liur sudah sangat sedikit. Apabila minum pada saat makan seperti ini harus dilakukan, minumlah 1 (satu) atau 2 (dua) teguk, setelah "air minum" tersebut dikunyah-kunyah terlebih dahulu (jangan langsung ditelan). tujuannya agar "air" yang diminum terlebih dahulu bercampur secara sempurna dengan "air" liur.


Betapa pentingnya "air" liur--- "Air" liur bermanfaat untuk membunuh kuman-kuman yang masuk melalui mulut. Berfungsi pula untuk menetralisir racun-racun dengan dosis kemampuan terbatas.


MusicPlaylistView Profile