"Allah telah memberikan kita akal, "pikiran" dan "hati", agar kita
dapat memanfaatkan semua yang DIA berikan kepada kita dengan cara
mentafakkurkan setiap kejadian-kejadian yang datang pada kehidupan kita..,
Lalu
kita "pikir"kan semua hikmah yang terkandung di dalam`Nya dan kita
pelajari tanda-tanda yang hadir di bumi`Nya ini agar kita bisa
menyelaraskan kepentingan mana yang seharusnya kita utamakan terlebih
dahulu demi kemuliaan kita di mata Allah..
Belajarlah lebih bersabar, lebih ikhlas, lebih bijak dan lebih arief dalam menilai sesuatu perkara yang ada di hadapan kita..
Sebab
penilaian yang didasari akal nafsu yang tak jernih akan mengakibatkan
"hati" menjadi gelap dan tak murni dalam menilai sesuai yang lahir dalam
setiap perkara yang hadir..
"Lisan" merupakan
bagian tubuh yang paling banyak digunakan dalam keseharian kita.
Sebagian besar – atau bahkan hampir semua – aktivitas komunikasi kita
menggunakan "Lisan". Sebuah pepatah yang terkenal mengatakan, mulutmu
adalah harimaumu. Namun, ada pula yang menimpali, mulutmu adalah
mutiaramu, mulutmu adalah emasmu, dan seterusnya. Artinya, "Lisan" kita
berpotensi untuk mendatangkan keburukan maupun kebaikan. Oleh karena
itu, sangat penting untuk "menjaga lisan" kita. Apakah banyak kebaikannya
dengan menyampaikan yang benar atau malah terjerumus ke dalam dosa dan
maksiat.
Pada berbagai pertemuan, formal maupun obrolan biasa sehari-hari, seringkali kita mendapati pembicaraan berupa gunjingan (ghibah), mengadu domba (namimah) atau maksiat lainnya. Padahal, Allah SWT melarang hal tersebut. Allah SWT menggambarkan ghibah sebagai sesuatu yang amat kotor dan menjijikkan. Allah berfirman, ”Dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah
seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati?Maka tentulah kamu merasa jijik dengannya.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 12).
Nabi SAW telah menerangkan makna ghibah (menggunjing) melalui sabda beliau, yang artinya: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui” Beliau bersabda: “Engkau mengabarkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu memang terdapat pada saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika
apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka engkau telah
menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika
ia tidak terdapat padanya
maka engkau telah berdusta atasnya.” (HR. Muslim).
Apapun
yang terdapat pada diri seorang muslim, baik tentang agama, kekayaan,
akhlak, atau bentuk lahiriyahnya, sedang ia tidak suka jika hal itu
disebutkan, dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak
tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Banyak orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Allah, ghibah adalah sesuatu yang keji dan kotor. Rasulullah SAW bersabda: “Riba
itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama
dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba
yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan
saudaranya.” (As-Silsilah As-Shahihah, 1871).
Bagi
seseorang yang kebetulan hadir dalam majelis yang penuh dengan
pergunjingan terhadap orang lain, maka dia amat sangat dianjurkan untuk
mencegah kemungkaran dan membela saudaranya yang dipergunjingkan. Nabi SAW sangat menganjurkan hal itu, sebagaimana dalam sabdanya: “Barangsiapa
membela (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat
Allah akan menghindarkan api Neraka dari wajahnya.” (HR. Ahmad).
Satu lagi bentuk amal "Lisan" yang bisa mendatangkan keburukan adalah namimah
(mengadu domba). Mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan
tujuan merusak hubungan di antara keduanya adalah salah satu faktor yang
menyebabkan terputusnya ikatan, serta menyulut api kebencian dan
permusuhan. Allah SWT mencela pelaku perbuatan tersebut. Firman Allah
SWT dalam Alquran: “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang
banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari
menghambur fitnah.” (QS. Al-Qalam [68]: 10-11).
Rasulullah SAW mempertegas ayat di atas dengan sabdanya: “Tidak akan masuk surga al-qattat (tukang adu domba).” (HR. Bukhari).
Ibnu Atsir mengatakan, “Al-Qattat adalah
orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa sepengetahuan
mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada orang lain dengan
tujuan mengadu domba.” (An-Nihayah 4/11).
Oleh
karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan dalam
menjaga "Lisan".
Pertama, hendaknya pembicaraan kita selalu diarahkan ke
dalam kebaikan. Allah SWT berfirman, “Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisa [4]: 114)
Kedua, tidak membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagi diri kita maupun orang lain yang akan mendengarkan. Rasulullah SAW bersabda: “Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Ketiga, tidak membicarakan semua yang kita dengar. Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim)
Keempat, tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah r.a. berkata, “Sesungguhnya
Nabi SAW apabila membicarakan suatu hal, dan
ada orang yang mau menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya” (HR. Bukhari-Muslim).
"Menjaga Hati"
"Menjaga
lisan" sesungguhnya merupakan salah satu upaya "menjaga hati". Benar bahwa
apa yang diucapkan adalah representasi dari apa yang ada dalam "hati" dan "pikiran". Namun, ketika Anda melakukan ghibah dan namimah, maka
sesungguhnya Anda telah menanamkan dan memupuk kebencian terhadap orang
lain dalam "hati" dan otak Anda. Semakin sering Anda meliarkan "lisan" Anda,
semakin besar pula kebencian dalam "hati" Anda. Lebih lanjut – secara
psikologis – Anda akan selalu terbawa emosi, kehilangan rasionalitas,
dan selalu dalam kondisi tertekan. Sebaliknya, ketika Anda berusaha
untuk tidak melakukan ghibah atau namimah, maka "hati"
Anda akan tertata. Benih-benih kebencian dan amarah sedikit demi sedikit
akan menghilang. Keuntungannya, rasionalitas Anda akan terjaga, dan
emosi Anda akan stabil. Pada akhirnya, Anda akan dapat menjalankan
aktivitas dengan baik.
Nabi SAW bersabda:
"Wahai orang-orang yang beriman dengan "lisan"nya dan belum beriman dengan "hati"nya, janganlah kalian menyakiti
kaum muslimin, dan janganlah kalian mencari-cari kekurangan-kekurangan
mereka, karena sesungguhnya barangsiapa mencari-cari
kekurangan-kekurangan mereka maka kelak Allah akan menyingkapkan
kekurangan dia (di akhirat) maka Dia akan membiarkan orang lain tahu
aibnya, meskipun di dalam rumahnya."
(H.R.Tirmidzi (Tuhfatul
Ahwadzi juz 6/180), dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam
Shahih Al-Jami'us Shaghir no.7985 dan shahih Tirmidzi no.1655.)
Muslim yang paling baik adalah, “Seseorang yang membuat muslim lainnya
selamat dari gangguan "lisan" dan tangannya” (HR Muslim). Mereka "menjaga
lisan"nya dari segala ucapan yang bisa menyakiti "hati" orang.
Semoga Allah SWT senantiasa "menjaga" diri kita, sehingga diri kita senantiasa berada dalam kebaikan. Amiin.
Sumber:
1. https://id-id.facebook.com/...lisan...hati.../1015038961...
2. alrasikh.uii.ac.id/2007/02/.../menjaga-lisan-menjaga-h...
3. haidarkhotir.blogspot.com/2014/03/menjaga-hati.html
4. laely.widjajati.facebook/back-to-nature.....
5. laely.widjajati.facebook/The-Red-Island....
6. laely.widjajati.facebook/Nyantai-Pagi....