Kamis, 31 Oktober 2013

"HIKAYAT"

"Hikayat" adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng maupun sejarah".


Dalam dunia sastra, "Hikayat" adalah salah satu cerita yang banyak digemari oleh banyak orang. biasanya cerita"Hikayat"  banyak sekali memberikan pesan-pesan moral di dalamnya.  "Hikayat" adalah cerita pelipur lara yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya.

Umumnya "Hikayat" mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian/kekuatan serta mukjizat sang tokoh utama. Sebuah "Hikayat" dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.

Macam-macam
"Hikayat" berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :

1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat

Macam-macam
"Hikayat" berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 : 1. 1. Melayu Asli
 
"Hikayat"Hang Tuah (bercampur unsur islam)
 
"Hikayat"Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
 
"Hikayat"Indera Bangsawan
 
"Hikayat"Malim Deman

2. Pengaruh Jawa
 
"Hikayat" Panji Semirang
 
"Hikayat" Cekel Weneng Pati
 
"Hikayat" Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)

3. Pengaruh Hindu (India)
 
"Hikayat" Sri Rama (dari cerita Ramayana)
 
"Hikayat" Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
 
"Hikayat" Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
 
"Hikayat" Bayan Budiman
 
4. Pengaruh Arab-Persia
 
"Hikayat" Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
 
"Hikayat" Bachtiar
 
"Hikayat" Seribu Satu Malam

Ciri-ciri
"Hikayat":
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah

Macam – Macam
"Hikayat" Berdasar isi
1. Jenis Rekaan, Contoh :
"Hikayat" Malin Dewa
2. Jenis Sejarah, Contoh :
"Hikayat" Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai
3. Jenis Biografi, Contoh :
"Hikayat" Abdullah dan "Hikayat" Sultan Ibrahim Bin Adam.




BAGAIMANA MENGANALISIS UNSUR "HIKAYAT"


Apa yang menarik dari sejarah karya sastra kita? Salah satunya adalah kehadiran
"Hikayat". Mungkin Anda telah mengenal beragam "Hikayat". Namun, apakah sesungguhnya manfaat "Hikayat" bagi manusia zaman dahulu? "Hikayat" adalah karya sastra Melayu lama berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, silsilah raja-raja, agama, sejarah, biografi, atau gabungan dari semuanya.

Pada zaman dahulu,
"Hikayat" dibaca untuk melipur lara, membangkitkan semangat juang, atau sekadar meramaikan pesta. Sebagai prosa lama, hikayat memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan prosa baru atau prosa modern, di antaranya:

1. isi ceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya (istana sentris);
2. bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum, ada juga yang menyebutnya fantastis;
3. mempergunakan banyak kata arkais (klise). Misalnya, hatta, syahdan, sahibul
"Hikayat", menurut empunya cerita, konon, dan tersebutlah perkataan; 
4. nama pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim). Tema dominan dalam "Hikayat" adalah petualangan. Biasanya, di akhir kisah, tokoh utamanya berhasil menjadi raja atau orang yang mulia. Oleh karena itu, alurnya pun cenderung monoton.

Penokohan dalam
"Hikayat" bersifat hitam putih. Artinya, tokoh yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga akhir kisah. Ia pun dilengkapi dengan wajah dan tubuh yang sempurna. Begitu pula sebaliknya, tokoh jahat selalu jahat walaupun tidak semuanya berwajah buruk. Contoh-contoh "Hikayat" di antaranya "Hikayat" Bayan Budiman”, "Hikayat" Hang Tuah”"Hikayat".  Raja-Raja Pasai”, "Hikayat" Panji Semirang”, serta "Hikayat" Kalila dan Dimna”, "Hikayat" Si Miskin", "Hikayat"  Sri Rama"
  

 
CONTOH "HIKAYAT" SI MISKIN dan "HIKAYAT" SRI RAMA

"Hikayat"Si Miskin


Ada seorang suami istri yang dikutuk hidup miskin. Pada suatu hari mereka mendapatkan anak yang diberi nama Marakarma, dan sejak anak itu lahir hidup mereka pun menjadi sejahtera dan berkecukupan. Ayahnya termakan perkataan para ahli nujum yang mengatakan bahwa anak itu membawa sial dan mereka harus membuangnya.Setelah membuangnya, mereka kembali hidup sengsara. Dalam masa pembuangan, Marakrama belajar ilmu kesaktian dan pada suatu hari ia dituduh mencuri dan dibuang ke laut. Ia terdampar di tepi pantai tempat tinggal raksasa pemakan segala. Ia pun ditemukan oleh Putri Cahaya dan diselamatkannya.

Mereka pun kabur dan membunuh raksasa tersebut. Nahkoda kapal berniat jahat untuk membuang Marakarma ke laut, dan seekor ikan membawanya ke Negeri Pelinggam Cahaya, di mana kapal itu singgah.
Marakrama tinggal bersama Nenek Kebayan dan ia pun mengetahui bahwa Putri Mayang adalah adik kandungnya. Lalu Marakarma kembali ke Negeri Puspa Sari dan ibunya menjadi pemungut kayu. Lalu ia memohon kepada dewa untuk mengembalikan keadaan Puspa Sari. Puspa Sari pun makmur mengakibatkan Maharaja Indra Dewa dengki dan menyerang Puspa Sari. Kemudian Marakrama menjadi Sultan Mercu Negara.

Unsur Intrinsik dalam
"Hikayat" Si Miskin

# Tema :Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan.

#Alur :Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan.

#Setting/ Latar :
Setting Tempat : Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi Pantai Pulau Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Cahaya.
Setting Suasana : tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan,

#Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.

# Amanat :
• Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
• Janganlah mudah terpengaruh dengan kata-kata orang lain.
• Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
• Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
• Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
• Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
• Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tangan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.

Unsur Ekstrinsik dalam
"Hikayat" Si Miskin

Nilai Moral
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Kita Jangan terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.

Nilai Budaya
Sebagai seorang anak kita harus menghormati orangtua.
Hendaknya seorang anak dapat berbakti pada orang tua.

Nilai Sosial
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.

Nilai Religius
Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.

Nilai Pendidikan
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.

"HIKAYAT" SRI RAMA


Pada suatu hari, Sri Rama dan Laksamana pergi mencari Sita Dewi. Mereka berjalan menelusuri hutan rimba belantara namun tak juga mendapat kabar keberadaan Sita Dewi.

Saat Sri Rama dan Laksamana berjalan di dalam hutan, mereka bertemu dengan seekor burung jantan dan empat ekor burung betina. Lalu Sri Rama bertanya pada burung jantan tentang keberadaan Sita Dewi yang diculik orang. Burung jantan mengatakan bahwa Sri Rama tak bisa menjaga istrinya dengan baik, tak seperti dia yang memiliki empat istri namun bisa menjaganya. Tersinggunglah Sri Rama mendengar perkataan burung itu. Kemudian, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya agar memgutuk burung itu menjadi buta hingga tak dapat melihat istri-istrinya lagi. Seketika burung itu buta atas takdir Dewata Mulia Raya.

Malam telah berganti siang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor bangau yang sedang minum di tepi danau. Bertanyalah Sri Rama pada bangau itu. Bangau mengatakan bahwa ia melihat bayang-bayang seorang wanita dibawa oleh Maharaja Rawana. Sri Rama merasa senang karena mendapat petunjuk dari cerita bangau itu. Sebagai balas budi, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya untuk membuat leher bangau menjadi lebih panjang sesuai dengan keinginan bangau. Namun, Sri Rama khawatir jika leher bangau terlalu panjang maka dapat dijerat orang.

Setelah Sri Rama memohon doa, ia kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian datanglah seorang anak yang hendak mengail. Tetapi, anak itu melihat bangau yang sedang minum kemudian menjerat lehernya untuk dijual ke pasar. Sri Rama dan Laksamana bertemu dengan anak itu dan membebaskan bangau dengan memberi anak itu sebuah cincin.

Ketika dalam perjalanan, Sri Rama merasa haus dan menyuruh Laksamana untuk mencarikannya air. Sri Rama menyuruh Laksamana untuk mengikuti jatuhnya anak panah agar dapat menemukan sumber air. Setelah berhasil mendapatkan air itu, Laksamana membawanya pada Sri Rama. Saat Sri Rama meminum air itu, ternyata air itu busuk. Sri Rama meminta Laksamana untuk mengantarnya ke tempat sumber air dimana Laksamana memperolehnya. Sesampai di tempat itu, dilihatnya air itu berlinang-linang. Sri Rama mengatakan bahwa dulu pernah ada binatang besar yang mati di hulu sungai itu. Kemudian, Sri Rama dan Laksamana memutuskan untuk mengikuti jalan ke hulu sungai itu.

Mereka bertemu dengan seekor burung besar bernama Jentayu yang tertambat sayapnya dan yang sebelah rebah. Sri Rama bertanya padanya mengapa sampai Jentayu seperti itu. Jentayu menceritakan semuanya pada Sri Rama tentang pertarungannya melawan Maharaja Rawana. Setelah Jentayu selesai bercerita, ia lalu memberikan cincin yang dilontarkan Sita Dewi saat Jentayu gugur ke bumi saat berperang dengan Maharaja Rawana. Kemudian, cincin itu diambil oleh Sri Rama. Bahagialah Sri Rama melihat cincin itu memang benar cincin istrinya, Sita Dewi.

Jentayu berpesan pada Sri Rama jika akan pergi menyeberang ke negeri Langka Puri, Sri Rama tidak boleh singgah ke tepi laut karena di sana terdapat gunung bernama Gendara Wanam. Di dalam bukit tersebut ada saudara Jentayu yang bernama Dasampani sedang bertapa. Jentayu tak ingin saudaranya itu mengetahui bahwa dirinya akan segera mati. Setelah Jentayu selesai berpesan, ia pun mati.



Sri Rama menyuruh Laksamana mencari tempat yang tidak terdapat manusia dengan memberinya sebuah tongkat. Tetapi, Laksamana tidak berhasil menemukan tempat itu. Lalu ia kembali pada Sri Rama. Laksamana mengatakan pada Sri Rama bahwa ia tidak dapat menemukan tempat sesuai perintah Sri Rama. Kemudian, Sri Rama menyuruh Laksamana untuk menghimpun semua kayu api dan meletakkannya di tanagn Sri Rama. Lalu diletakkannya bangkai Jentayu di atas kayu api itu dan di bakar oleh Laksamana. Beberapa lama kemudian, api itu padam. Laksamana heran melihat kesaktian Sri Rama yang tangannya tidak terluka bakar sedikitpun. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat itu.

Unsur-unsur intrinsik
"Hikayat" Sri Rama:

1. Tema: Kesetiaan dan pengorbanan
• bukti: Para patik Sri Rama berani berkorban nyawa demi membantu Sri Rama yang sedang kesulitan mencari Sita Dewi. Mereka bakti akan perintah Sri Rama dengan menunujukkan kesetiaan mereka pada Sri Rama.

1. Alur: Maju
• bukti: Sri Rama mencari Sita Dewi yang dibawa lari oleh Maharaja Rawana. Dia berhasil menemukan petunjuk tentang keberadaan Sita Dewi saat bertemu dengan Jentayu. Namun, Jentayu mati setelah menceritakan tentang pertarungannya melawan Maharaja rawana. Mayat Jentayu dibakar di atas tangan Sri Rama.

1. Penokohan: diceritakan secara dramatik (tidak langsung)

2. Tokoh:
1. Tokoh utama: Sri Rama
2. Tokoh tambahan: Laksamana, Sita Dewi, Maharaja Rawana, Jen

Sumber: 
1. Embun.Pagi.JERU.(sunoto)'s.photo.facebook/....
2. id.wikipedia.org/wiki/Hikayat
3. mahasado.blogspot.com/2012/06/apa-itu-hikayat.html
4. laely.widjajati.photos.facebook/HAVE A NICE SUNDAY...... FOR ALL....
5. laely.widjajati.photos.facebook/mainan-yok....
6. laely.widjajati.photos.facebook/add-a-description.....
7. laely.widjajati.photos.facebook/add-a-description.....

Senin, 28 Oktober 2013

"RUMAH LAYAK ANAK"

"Setiap "Anak" punya hak yang harus dipenuhi orang dewasa di sekelilingnya".


Terutama oleh anggota keluarga di "rumah", dalam hal ini orangtua. Agar hak "Anak" terpenuhi, orangtua perlu menyediakan "rumah" yang "layak Anak".

Inilah pesan penting yang telah disampaikan kepada para orangtua lewat perayaan Hari "Anak" Nasional yang jatuh pada 23 Juli 2013. Memeringati HAN 2013, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan "Anak" memprakarsai rangkaian kegiatan bertema "Indonesia yang Ramah dan Peduli
"Anak" Dimulai dari Keluarga" yang berujung pada puncak acara HAN 2013 berlangsung di Gedung SMESCO Jakarta, Selasa (23/7/2013).

Ida Suseno Wulan MM, Deputi Menteri PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
"Anak" memaparkan tema besar yang diangkat dalam perayaan HAN 2013, demi terpenuhinya hak "Anak".

"Selama ini
"Anak" yang diberi tanggung jawab, dengan berbagai tugas termasuk sekolah. Harusnya orang dewasa mendukung "Anak" karena "Anak" bebannya sudah banyak. Terpenuhinya hak "Anak" bergantung pada perlindungan dari keluarga dengan orang dewasa yang harus aktif," jelas Ida saat jumpa pers dukungan Lifebuoy terhadap peringatan Hari "Anak" Nasional di KidZania Jakarta, Senin (22/7/2013).

Ida melanjutkan dengan orang dewasa yang aktif memenuhi hak
"Anak", setiap "Anak" akan tumbuh menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Salah satu parameter hak
"Anak" terpenuhi adalah tersedianya "Rumah Layak Anak". Lantas, seperti apa kriteria "Rumah Layak Anak"?

Ida menjelaskan, orang dewasa dalam keluarga perlu memberikan pengasuhan dengan menciptakan suasana kondusif.

"Lingkungan "rumah" harus kondusif.
"Anak" mendapatkan kasih sayang, ada keterlibatan "Anak" dalam setiap keputusan yang dibuat dalam keluarga, dan "Anak" bisa menyampaikan aspirasinya," ungkap Ida.

Yang juga tak kalah penting, "Rumah Layak Anak" juga ditempati keluarga yang memberikan perlindungan terhadap
"Anak" dari berbagai perilaku kekerasan.

"Hal terkecil seperti memukul
"Anak", termasuk kekerasan yang semestinya tidak terjadi di "rumah"," jelasnya.

Pesan dalam peringatan HAN 2013 ini menjadi penting karena, menurut Ida, banyak keluarga Indonesia yang belum memahami dan peduli terhadap hak
"Anak". Salah satu tolak ukurnya, kasus kekerasan dalam "rumah" tangga dengan "Anak" sebagai korbannya, masih banyak terjadi.

Hari
"Anak" Nasional 2013 juga bukan sebatas perayaan yang memberikan kesempatan sekaligus hiburan bagi "Anak". Semestinya, Hari "Anak" Nasional dipahami oleh semua anggota keluarga bahwa setiap "Anak"di dalam keluarga berhak tinggal di "rumah" yang "layak" dan ramah terhadap "Anak" demi terpenuhinya beragam hak "Anak", bukan berhenti pada kebutuhan "Anak" semata.

"Rumah Layak Anak" adalah "rumah" yang memungkinkan "Anak" dapat menjalankan aktivitasnya dengan aman dan tidak membahayakan disertai lingkungan bersih dan sehat. Kreativitas mereka seharusnya berkembang tanpa dibatasi lingkungan kotor dan takut sakit. Kita harus mengupayakan lingkungan tempat bermain mereka menjadi lingkungan yang bersih.

Sayangnya, berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa kita masih perlu bekerja keras mewujudkan "Rumah Layak Anak".

“Banyak "Anak"-"Anak" yang masih sembarangan buang air besar. Di pinggir jalan, kebun "rumah", dan pekarangan. Mereka sudah terbiasa seperti itu sejak kecil,” tutur salah seorang ibu di sana.

Jalan keluar untuk mendobrak kebiasaan negatif semacam ini adalah dengan memberikan pengetahuan dan pengasuhan terhadap "Anak"-"Anak" maupun orang tuanya. Dalam hal ini, orang tua memegang peran yang sangat penting untuk menanamkan kebiasaan yang baik. 

Untuk mewujudkan "rumah layak anak" kita selaku orang tua dapat melakukan beberapa langkah berikut: 

Pertama, aman. 
"Anak" dapat menjalankan aktivitasnya dengan aman, jauh dari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya. Tentu saja kondisi aman akan lebih optimal dengan pengawasan dari orang tua atau pengasuh. 

Kedua, bersih dan sehat. 
Biarkan kreativitas mereka berkembang tanpa harus dibatasi dengan rasa takut kotor atau sakit. Tetapi kita harus mengupayakan lingkungan tempat bermain mereka senantiasa bersih. Sementara, "rumah" sehat dilengkapi dengan ventilasi yang cukup, sehingga sinar matahari dan udara bersih masuk. Biasakan "Anak"-"Anak" menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Misal, membuang sampah pada tempatnya atau mencuci tangan dengan sabun setelah bermain. 

Ketiga, fasilitas yang mendukung tumbuh kembang
"Anak" yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Sebab, "Anak" mempunyai kebutuhan yang berbeda. Seringkali orang tua hanya menuruti keinginan "Anak" yang belum tentu sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini bukannya akan meningkatkan potensi"Anak" , tapi justru akan merusak/mematikan kreativitas mereka. Contohnya, adalah permainan yang mahal, juga gadget/media elektronik yang belum saatnya diberikan untuk "Anak". Tidak harus mengeluarkan biaya besar untuk tersedianya fasilitas "Anak"

Keempat, SDM yang mendukung tumbuh kembang
"Anak"
Tentu yang paling "layak" untuk mendampingi tumbuh kembang "Anak"-"Anak" adalah orang tua mereka sendiri. Namun, seringkali tugas ini harus diamanahkan kepada pengasuh atau orang lain yang dipercaya. Jika memang demikian, selektif dalam memilih pengasuh adalah bagian dari kepedulian orang tua dalam memenuhi hak "Anak", jangan sampai hak-hak "Anak" kita terdzalimi hanya karena pengasuh yang tidak memahami kebutuhan "Anak".

Kelima, kegiatan yang mendukung. 
"Anak" tak hanya butuh materi, namun juga butuh pembinaan, pengasuhan, pendidikan yang sesuai dengan masa perkembangannya. Kebutuhan ini tidak hanya bisa dipenuhi oleh sekolah formal saja, tetapi kegiatan di "rumah" bisa diprogramkan oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhannya.
Jika
"Anak"-"Anak" merasa nyaman beraktivitas di "rumah", mereka akan mencintai "rumah"nya, walau secara fisik tidak harus mewah atau full fasilitas. Semoga "rumah" kita menjadi "rumah" yang "layak" untuk "Anak"-"Anak" dan kelak mereka pun akan memiliki potensi yang "layak" untuk dibanggakan. Semoga "rumah" kita menjadi "rumah" yang "layak" untuk "Anak"-"Anak": calon pemimpin bangsa, penentu masa depan Indonesia.

Sumber:
1. female.kompas.com/read/2013/.../Menyediakan.Rumah.yang.Layak.Ana...
2. www.hadila.com/member/index.php?do=home&&cat=24...
3. www.doctorshare.org/index.php/.../menciptakan-rumah-layak-anak.html
4. laely.widjajati.photos.facebook/Anak2 (10 Th Yg Lalu).......
5. isna.fitria.agustina.photos.facebook/cheers *_*
6. aba.candi.photos.facebook/With-Ida-Amy-at-water-park-Citra-garden-....

Sabtu, 26 Oktober 2013

"CARA TUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA PADA ANAK"

"Menjadi pe"wirausaha" dianggap sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai masalah di dunia kerja". 



Bahkan, Mary Mazzio, pembuat film sekaligus seorang pengusaha di Amerika, mengatakan bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk menjadi "wirausaha". "Namun Anda harus bertanya bagaimana cara menciptakan nilai lebih pada produk, dan mengetahui cara bisnis yang lebih baik," ungkap Mazzio.

Untuk menambah ilmunya tentang "wirausaha", Mazzio banyak mewawancarai para pengusaha sukses seperti Richard Branson, pemilik Virgin Group, dan Arthur Blank, co-founder The Home Depot. Dalam wawancaranya, satu hal yang paling diingat oleh Mazzio adalah sifat ke"wirausaha"an ini bisa diajarkan pada "anak"-"anak", agar mereka memiliki jiwa "jiwa wirausaha" sejak kecil. 

Menurut Psikolog "Anak", Rina Mutaqinah Taufik, pendidikan "wirausaha" untuk anak sejak dini ini sangat baik. Namun sebelumnya, si anak harus dibekali tentang nilai tanggung jawab, cara mengelola uang secara sederhana, dan mengelola waktu untuk belajar dan ber"wirausaha".

Misalnya, mengajarkan
"anak" tanggung jawab ketika buang air kecil ke toilet, dan mengelola uang jajan yang diberikan—sebagian untuk jajan makanan yang sehat, sebagian untuk menabung, dan sebagian lagi untuk sedekah.

Latihan seperti ini sudah bisa dilakukan sejak
"anak" berusia dua tahun. Karena, sejak kecil pun "anak" sudah mampu berkomunikasi. “Jangan anggap "anak" tidak mengerti apa-apa dengan mengatakan, ‘Ah, masih "anak" kecil,’” ujarnya.

Sementara itu, menurut Zainun Mu’tadin, M.Psi, Dosen Psikologi UPI YAI, orangtua harus menanyakan
"anak"nya hal-hal yang memancing kreativitas. Misalnya, jangan bertanya 5 x 5 berapa. Tapi, tanyalah berapa kali berapa saja sama dengan 25. "Anak" akan dilatih untuk memiliki beberapa alternatif jawaban dan solusi. Dengan alternatif tersebut, "anak" mampu mengambil keputusan yang tepat dari berbagai pilihan yang ada.

Tentu saja "jiwa wirausaha" pada diri
"anak" tidak serta-merta ada, tapi memerlukan latihan bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas keseharian "anak". Misalnya, membereskan mainan selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur, dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan latihan untuk berdisiplin, bertanggung jawab, dan awal pengajaran tentang kepemilikan.

Latihan selanjutnya, mengajarkan
"anak" untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah, dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan.

Tahap selanjutnya, si
"anak" mulai diajarkan berbisnis kecil-kecilan. Misalnya, menjual makanan ringan ke teman-teman sekolahnya. Dengan syarat, orangtua harus benar-benar melihat kemampuan si "anak", agar tidak membebani ketika belajar di sekolah. “Kalau kita tahu "anak" bermasalah dalam konsentrasi belajar, sebaiknya jangan dulu diizinkan,” tegas Zainun.

Dengan demikian,
"anak" akan memiliki keahlian mendasar untuk menjadi seorang pengusaha. Ia akan belajar mengetahui modal awal, harga jual, dan laba dari penjualan. Secara mental, akan merangsang kreativitas "anak" dan membentuk kesadaran bahwa mencari uang itu tidak mudah. Dan secara tidak langsung, ia juga belajar matematika, marketing, komunikasi, dan lain sebagainya.

Untuk menanamkan "jiwa wirausaha" pada "anak"-"anak", ini yang harus Anda lakukan:

1. Tumbuhkan rasa percaya diri
"Anak" saya sangat pemalu ketika masih kecil, dan ia akan mengarang berbagai alasan untuk menolak permintaan saya untuk mulai ber
"wirausaha", ungkap Mazzio. Sebaiknya didik "anak" untuk lebih percaya diri dan menghilangkan rasa malu dalam dirinya. Berhenti berpikir tentang rasa malu terhadap orang lain, dan berhentilah untuk hanya berpikir tentang diri sendiri. Ajak "anak" untuk mulai berani berinteraksi dengan orang lain, dan tampil lebih percaya diri akan kemampuan mereka.

2. Membuat kamar inspirasi
Dimana para pengusaha mendapatkan inspirasi dan ide-ide terbaik mereka? Menurut Mazzio, sebagian besar ide terbaik para pengusaha dihasilkan dari sebuah ruang untuk berpikir kreatif. Buatlah sebuah ruang bermain yang penuh dengan berbagai hal yang bisa meningkatkan kreativitas "anak".

"Jika
"anak"-"anak" merasa bosan, hindari untuk membeli mainan untuk mereka. Ajari mereka untuk memikirkan cara menghibur diri mereka sendiri," sarannya. Proses ini bertujuan untuk mengajarkan "anak"-"anak" memecahkan masalah mereka, lebih kreatif, dan punya inisiatif yang tinggi. Inilah salah satu modal seorang pengusaha yang sukses.

3. Tingkatkan produktivitas
Ketika bekerja atau ber
"wirausaha", uang memang merupakan imbalan yang akan didapatkan sebagai hasil dari produktivitas dan kreativitas mereka. Namun, biasakan untuk mengajarkan pada "anak"-"anak" bahwa uang tidak selalu bisa menjamin kebahagiaan mereka. Beri pengertian pada "anak", bahwa sebenarnya proses produktiflah yang terpenting dalam pekerjaan. Karena proses produktif akan memberi mereka rasa kebebasan dan kemerdekaan. "Pacu mereka untuk giat belajar matematika dan keterampilan menulis, karena dua pelajaran ini bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari, dan bisa digunakan untuk memenangkan rencana bisnis untuk investor," tukasnya.

4. Jangan remehkan kegagalan
Mazzio mengungkapkan bahwa nilai ke
"wirausaha"an bukan hanya dibutuhkan untuk menciptakan bisnis yang sukses. Ke"wirausaha"an juga merupakan cara hidup dan cara berpikir seseorang. Ketika yang tertanam pada diri kita adalah "wirausaha" merupakan cara untuk mendapat kesuksesan dan menghasilkan uang yang banyak, jangan heran bila kita mengalami kegagalan.
"Banyak orang yang meremehkan kegagalan, dan kadang bicara dalam konteks menghina. Padahal dari kegagalan kita bisa belajar. Pengusaha yang besar adalah orang yang bisa bangun dan menarik diri kembali setelah gagal," tukasnya. Belajar dari kegagalan bisa memperluas karakter Anda, dan membuat Anda berpikir lebih kreatif tentang bagaimana mencapai berbagai hal yang sulit dicapai. Ajarkan "anak"-"anak" untuk siap menghadapi berbagai kegagalan yang mungkin terjadi, dan ajarkan mereka untuk lebih berani menghadapi berbagai risiko.


Sebenarnya "anak"-"anak" sudah menunjukkan bakatnya–dan kita harus mulai awas mencarinya. Kita harus membesarkan "anak"-"anak" menjadi pe"wirausaha", ketimbang pengacara (Ini tentu kiasan umum Sistem Pendidikan yang dikotomis, Red.). Namun sayangnya Sistem Sekolah (Pendidikan) membesarkan dunia ini dengan bilang: “Hei, ayo jadi pengacara atau ayo jadi dokter.” Dan kita kehilangan peluang itu karena tidak ada yang bilang: “Hei, ayo jadi "wirausaha"wan.”

Peran serta universitas dalam menciptakan transformasi perekonomian Indonesia adalah mendidik sumber daya manusia penerus agar memiliki pengetahuan dan kemampuan nalar yang memadai, mempromosikan ke"wirausaha"an kepada "anak" didik, serta menyediakan forum dan media yang diarahkan untuk mendorong penguatan jiwa ke"wirausaha"an. Semoga apa yang disampaikan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam dunia usaha dan menjadi inspirasi dalam meraih kehidupan yang lebih baik.

Sumber:
1. female.kompas.com/.../4.Cara.Tumbuhkan.Jiwa.Wirausaha.pada.Anak
2. komunitasduakaki.blogspot.com/.../mendidik-jiwa-wirausaha-anak-sejak...
3. remahhikmah.wordpress.com/.../apa-kata-cameron-bag-1-ayo-bangkitka...
4. www.unand.ac.id/.../1435-chairul-tanjung-si-anak-singkong-tularkan-jiw...
5. laely.widjajati.photos.facebook/jagoanku....
6. laely.widjajati.photos.facebook/jagoanku-di-sawah....
7. laely.widjajati.photos.facebook/He-he-he......Senyumnya-manaaaaaa.......

"KEUTAMAAN MEMPUNYAI ANAK PEREMPUAN (WANITA) MENURUT ISLAM"

"Anak" adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada setiap pasangan suami isteri". 



Keberadaan mereka di tengah-tengah kehidupan rumah tangga sangat didambakan. Rumah terasa sepi jika tidak ada "anak" yang bisa diajak bercanda dan bermain. Uang yang dicari dengan susah payah terasa tidak ada artinya. 

Kehadiran "anak" dalam rumah tangga muslim merupakan nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Namun, sebagian orang ada yang lebih mendambakan kehadiran "anak" laki-laki dari pada "anak perempuan"
 
"Anak" laki-laki dianggap lebih mulia dari pada "anak perempuan". Mereka bangga dan bergembira tatakala dikaruniai "anak" laki-laki. Sebaliknya, bagi sebagian orang kehadiran "anak perempuan" merupakan aib dan dianggap bencana. Mereka sedih dan kecewa jika dikaruniai "anak perempuan". Padahal kehadiran "anak perempuan" juga termasuk nikmat dari Allah. Bahkan "Islam" secara khusus menjelaskan tentang "Keutamaan anak perempuan" dan ganjaran bagi orangtua yang memelihara dan mendidik "anak"-"anak perempuan" mereka.

Al Imam Muslim rahimahullah membuat sebuah bab dalam kitab shahihnya dengan judul (باب فَضْلِ الإِحْسَانِ إِلَى الْبَنَاتِ) Keutamaan" Berbuat Baik kepada "Anak"-"anak perempuan". Beliau membawakan tiga hadits sebagai berikut :
Pertama. Hadits dari  ‘Aisyah ra., beliau berkata, 

جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ »

Ada seorang "wanita" yang datang menemuiku dengan membawa dua "anak perempuan"nya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali satu buah kurma. Lalu aku berikan sebuah kurma tersebut untuknya. "Wanita" itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua "anak"nya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian "wanita" itu bangkit dan keluar bersama "anak"nya. Setelah itu Nabi SAW. datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi SAW. bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan "anak"-"anak perempuan", kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka "anak"-"anak perempuan" tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka” (H.R Muslim 2629)

Kedua. Diriwayatkan juga dari ‘Aisyah ra., beliau berkata,

جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ »

Seorang "wanita" miskin datang kepadaku dengan membawa dua "anak perempuan"nya, lalu  aku memberinya tiga buah kurma. Kemudian dia memberi untuk "anak"nya masing-masing satu buah kurma, dan satu kurma hendak dia masukkan ke mulutnya untuk dimakan sendiri. Namun kedua "anak"nya meminta kurma tersebut. Maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dia makan untuk diberikan kepada kedua "anak"nya. Peristiwa itu membuatku takjub sehingga aku ceritakan perbuatan "wanita" tadi kepada Rasulullah SAW. Maka Nabi SAW. bersabda, : Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka” (H.R Muslim 2630)

Ketiga. Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik ra., dia berkata  bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

“Barangsiapa yang mengayomi dua "anak perempuan" hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)

Masih banyak lagi hadist yang meriwayatkan "keutamaan" mempunyai "anak perempuan", diantaranya sebagai berikut: 

1. Hadist Abu Said al-Khudri r.a. Rasulullah SAW. bersabda "Barangsiapa diantara kalian mempunyai tiga orang "anak" gadis atau tiga orang saudari "perempuan" kemudian berbuat baik kepada mereka, niscaya akan masuk surga" (H.R. Tirmidzi, beliau meragukan sanadnya karena ada rawi lain yang dimasukkan).

2. Dari Uqbah bin Amir r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa diantara kalian mempunyai tiga orang "anak" gadis lalu ia sabar merawatnya, memberi makan, memberi minum dan pakaian dari jerih payahnya, maka mereka akan menjadi pelindung dari api di hari kiamat" (H.R. Abnu Majah). 

3. Dari Abu Harairah r.a. Rasulullah SAW. bersabda ""Barangsiapa diantara kalian mempunyai tiga orang "anak" gadis lalu ia sabar merawatnya dalam keadaan susah dan senang, maka Allah akan memasukkan dia surga berkat kasih sayang orang itu kepada ketiganya", lalu seseorang bertanya:"Bagaimana dengan dua wahai Rasulullah?", beliau menjawab "Demikian juga dengan dua", lalu orang itu bertanya lagi: "Bagaimana dengan satu wahai Rasulullah?" beliau menjawab "Demikian juga dengan satu" (H.R. Ahmad).

4. Dari Anas bin Malik r.a., "Barangsiapa diantara kalian merawat dan mendidik mempunyai dua atau tiga "anak perempuan", saudari "perempuan" hingga mereka meninggal dunia atau dia meninggal dunia, maka aku dan dia (orang tersebut) seperti dua jari ini", beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah" (H.R. Ahmad).

5. Hadist Abu Said al-Khudri r.a. Rasulullah SAW. bersabda "Barangsiapa diantara kalian merawat dan mendidik dua atau tiga orang"anak perempuan"  lalu menikahkannya dan berbuat baik kepada mereka, niscaya akan masuk surga" (H.R. ABu Dawud).

Jadi menurut pandangan "Islam", "anak perempuan" mempunyai kedudukan yang penting dalam kehidupan orang tuanya kelak di akhirat, tanpa mengecilkan arti seorang anak laki-laki. Sebagaimana yang diungkapkan dalam Hadist-hadits di atas. Maha Besar Allah yang memberikan derajat yang tinggi bagi para muslimah. Mungkin ini merupakan “hadiah” bagi kita para orang tua yang mempunyai "anak perempuan", karena Allah tahu bahwa tantangan dan cobaan membesarkan dan mendidik "anak perempuan" itu lebih berat dibandingkan dengan "anak" laki-laki. "Anak perempuan" yang dididik dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Ajaran "Islam", akan tumbuh menjadi serang "wanita" yang berakhlak mulia dan shalihah, yang kemudian juga akan menghasilkan generasi2 mulia. Aamiin YRA.....
 
Sumber:
1. www.pesantrenvirtual.com/index.php?...keutamaan...a...
2. muslim.or.id/.../ganjaran-memelihara-dan-mendidik-a...
3. inspiring-renianggraini.blogspot.com/.../keutamaan-an...
4. yeni.muly.yana.photos.facebook/keutamaan-anak-perempuan.....
5. muji.kusrini.photos.facebook/mekarsari.....
6. ida.amy.photos.facebook/Buah-n-sayur-menu-malam-nanti..