Senin, 31 Desember 2012

"ANTROPOLOGI TERAPAN"

"Antropologi Terapan" merupakan cabang "Antropologi" yang muncul untuk menjawab tantangan zaman". 

"Antropologi Terapan" merupakan cabang "Antropologi" yang belum lama dikenal yang muncul untuk menjawab tantangan zaman. "Antropologi Terapan" ini diadakan untuk langsung diaplikasikan sesuai situasi dan kondisi. Misalnya; pasukan militer yang di tugaskan ke daerah konflik, mereka perlu dibekali dengan "Antropologi" yang langsung bisa diaplikasikan di daerah konflik, sehingga misi yang mereka emban dapat tercapai. 

Sejarah mencatat bahwa kekerasan tidak dapat dikalahkan dengan kekerasan. Dengan mengenal dan mengetahui, bagaimana masyarakat dan budaya di daerah konflik, maka perdamaian akan dapat terwujud. Secara umum, "Antropologi Terapan" adalah satu bidang dalam ilmu "antropologi" tempat pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), dan sudut-pandang (perspective) ilmu "antropologi" digunakan untuk menolong mencari solusi bagi masalah-masalah praktis kemanusiaan dan memfasilitasi pembangunan.

Secara strategis, dalam kajian-kajian "Antropologi Terapan", mahasiswa harus memperlihatkan bagaimana konsep teoretis di"terap"kan secara empiris ke dalam kenyataan sosiokultural, dan pada gilirannya bagaimana analisis empiris ini berguna untuk keperluan praktis dan sekaligus memberikan umpan-balik bagi pengembangan teori dan konsep "antropologi".

Pola kerja dari "Antropologi Terapan" hampir sama dengan ilmu-ilmu terapan lain. Laura Thomson, menyamakan "Antropologi Terapan" dengan "antropologi" ‘kedokteran’, dalam pengertian bagaimana ilmu kedokteran bekerja pada masa awal perkembangannya. Bahwa seorang "Antropolog Terapan" tidak hanya dituntut untuk mendiagnosis masalah-masalah sosiokultural dalam sebuah masyarakat (diagnosis the problem) dan memberikan rekomendasi pengobatannya (recommend treatment), tetapi juga harus mengembangkan instrumen untuk mendiagnosis (develop the instruments of diagnosis), melakukan penyelidikan untuk menemukan obat bagi masalah sosiokultural tersebut (discover the remedy), dan menyelia pengobatan (superintend treatment).

"Antropologi Terapan" mengkaji atau berhubungan dengan budaya-budaya dan kelompok sosial yang hidup pada masa kini (living cultures and contemporary peoples. Studi "Antropologi Terapan" adalah berkenaan dengan kebutuhan dan masalah nyata yang dihadapi kelompok sosial tersebut pada masa kini, seperti masalah konflik etnis, pengangguran, gangguan mental masyarakat yang tertimpa banjir, penyalahgunaan obat, HIV/AIDS, kemiskinan struktural, ethnic cleansing, dan sebagainya.

Contoh : Melakukan penelitian mengenai banyaknya pengangguran yang terjadi saat ini. Yang pembahasannya meliputi latar belakang terjadinya pengangguran, keadaan masyarakat akibat adanya pengangguran, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran pada masa kini.

"Antropologi Terapan" ini diadakan untuk langsung diaplikasikan sesuai situasi dan kondisi. Dan "Antropologi Terapan"  adalah bagian dari "antropologi" budaya. "Antropologi" budaya itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.

1.      LATAR BELAKANG MUNCULNYA "ANTROPOLOGI TERAPAN".
Secara umum, "Antropologi Terapan" adalah satu bidang dalam ilmu "antropologi" tempat pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), dan sudut-pandang (perspective). Ilmu "antropologi" digunakan untuk menolong mencari solusi bagi masalah-masalah praktis kemanusiaan dan memfasilitasi pembangunan. Secara strategis, dalam kajian-kajian "Antropologi Terapan", mahasiswa harus memperlihatkan bagaimana konsep teoretis diterapkan secara empiris ke dalam kenyataan sosiokultural, dan pada gilirannya bagaimana analisis empiris ini berguna untuk keperluan praktis dan sekaligus memberikan umpan-balik bagi pengembangan teori dan konsep "antropologi".
"Antropologi Terapan" merupakan cabang "Antropologi" yang belum lama dikenal yang muncul untuk menjawab tantangan zaman. "Antropologi Terapan" ini diadakan untuk langsung diaplikasikan sesuai situasi dan kondisi. Misalnya; pasukan militer yang ditugaskan ke daerah konflik, mereka perlu dibekali dengan "Antropologi" yang langsung bisa diaplikasikan di daerah konflik sehingga misi yang mereka emban dapat tercapai. Sejarah mencatat bahwa kekerasan tidak dapat dikalahkan dengan kekerasan. Dengan mengenal dan mengetahui bagaimana masyarakat dan budaya daerah konflik, maka perdamaian akan terwujud.
"Antropologi Terapan" mengkaji  atau berhubungan dengan budaya-budaya dan kelompok sosial yang hidup pada masa kini (living cultures and contemporary peoples). Studi "Antropologi Terapan" adalah berkenaan dengan kebutuhan dan masalah nyata yang dihadapi kelompok sosial tersebut pada masa kini, seperti masalah konflik etnis, pengangguran, bencana alam, penyalahgunaan obat, HIV/AIDS, kemiskinan struktural, ethnic cleansing, dan sebagainya. Ilmu terapan berbeda dengan ilmu murni. Perbedaannya yaitu, ilmu terapan dipelajari, diketahui, dan diterapkan (diaplikasikan)  ditempat yang bersangkutan sesuai denagn situasi, kajiannya untuk dimanfaatkan masyarakat. Sedangkan ilmu murni merupakan ilmu yang benar-benar sekedar untuk diketahui, manafaatnya untuk ilmu itu sendiri.
Contoh : Melakukan penelitian mengenai banyaknya pengangguran yang terjadi saat ini. Yang pembahasannya meliputi latar belakang terjadinya pengangguran, keadaan masyarakat akibat adanya pengangguran, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran pada masa kini.

2.      POSISI "ANTROPOLOGI TERAPAN" DALAM "ANTROPOLOGI" BUDAYA.
Menurut Koentjaraningrat (1981)  ruang lingkup "antropologi" dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      "Antropolgi" Fisik dibagi menjadi 2, yaitu:
a.       Paleo"antropologi" : Bagian dari "antropologi" fisik yang menelaah tentang asal usul atau terjadinya dan perkembangan mahkluk manusia. Obyek penelitiannya adalah fosil manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membatu) yang terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
b.      Somatologi : Adalah bagian dari "antropologi" fisik yang menelaah tentang variasi atau keanekaragaman ras manusia melalui ciri-ciri tubuh manusia secara keseluruhan ( ciri-ciri genotipe dan fenotipe )
2.      "Antropologi" Budaya
"Antropologi" budaya menyelidiki manusia sebagai makhluk sosio-budaya dan seluruh cara hidup manusia dengan menggunakan bahan mengenai deskripsi kebudayaan. Fokus penyelidikan "antropologi" budaya adalah kebudayaan. Kebudayaan merupakan gambaran essensial manusia dan dalam mewujudkan kebudayaan akan tergantung pada kondisi-kondisi bio-psikologinya, lingkungan alam, sosial, serta sejarahnya dalam satu proses yang dinamis. Tokoh yang mengemukakan definisi dan uraian tentang kebudayaan adalah E.B Tylor yang dikenal sebagai bapak "antropologi" Modern. Bagi Tylor, kebudayaan adalah keseluruan komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral,adat, dan tindakan serta kebiasaan lainnya yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat. "Antropologi" Budaya dibagi menjadi 8, yaitu:
a.       Arkeologi Prehistori (Prasejarah)
Bagian dari "antropologi" budaya yang mempelajari tentang sejarah manusia dan penyebarannya melalui obyek penelitian artefak (benda-benda peninggalan).
b.      Etnolinguistik
Bagian dari "antropologi" budaya yang mempelajari Timbulnya bahasa, bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa serta penyebaran bahasa umat manusia di dunia.
c.       Etnologi
Bagian dari "antropologi" budaya yang mencoba menelusuri asas-asas manusia dengan meneliti seperangkat pola kebudayaan suatu suku bangsa yang menyebar di seluruh dunia. Obyek penelitiannya adalah pola kelakuan masyarakat ( adat istiadat, kekerabatan, kesenian, dsb) serta dinamika kebudayaan ( perubahan, pelembagaan dan interaksi).
d.      Etnopsikologi
Adalah suatu ilmu yang praktis, yang tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat modern yang bersifat kompleks.
e.       "Antropologi" Spesialisasi
1)      "Antropologi" Perkotaan
2)      "Antropologi" Ekonomi
3)      "Antropologi" Politik
4)      "Antropologi" Pendidikan
5)      "Antropologi" Kesehatan
6)      "Antropologi" Kesehatan Jiwa
7)      "Antropologi" Kependudukan
f.       "Antropologi" Sosial Budaya
mengkaji tentang masyarakat manusia. "Antropologi" sosial sering kali disebut "Antropologi"  sosial budaya karena masyarakat dan budaya merupakan satu kesatuan system yang tidak terpisahkan.
g.      "Antropologi Terapan"
Dalam perkembangan selanjutnya, "Antropologi" sosial budaya bergerak pula di bidang kependudukan, pendidikan, Kesehatan, hukum, politik, dan lain-lain.  Sehingga berkembanglah "Antropologi" Spesialisasi yang pada aplikasinya memunculkan "Antropologi Terapan". "Antropologi Terapan" adalah "antropologi" yang langsung diaplikasikan karena dibutuhkan untuk keperluan tertentu.

3.      PERKEMBANGAN "ANTROPOLOGI TERAPAN".
Perkembangan "Antropologi terapan" di Amerika
"Antropologi terapan" pertama kali dipergunakan dalam upaya memperbaiki suku bangsa Indian. Hal ini ditandai oleh adanya beberapa perkumpulan dan organisasi swasta yang dibiayai oleh beberapa orang kaya, yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup orang Indian Amerika.

Perkembangan "Antropologi Terapan" di Eropa Barat
Negara seperti Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Spanyol, Jerman, Itali yang merupakan negara penjajah bangsa di Asia-Afrika. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sikap dalam kebijaksanaan mereka terhadap negara yang mereka jajah.

Perkembangan "Antropologi Terapan" di Indonesia
Ditandai dengan adanya etische polite. "Antropologi terapan"  di Indonesia merupakan pengetahuan mengenai manusia, masyarakat dan kebudayaan rakyat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang perlu ditingkatkan.
            Maka ilmu "antropologi" di Indonesia disebut Etnologi/Volkenkunde (ilmu bangsa-bangsa), yaitu ilmu yang memegang peranan penting dan bersifat terapan, sebagai ilmu yang mempelajari cara berfikir bangsa Indonesia.
       Sifat "terapan"nya, bahwa pengertian tersebut diperlukan oleh pemerintah Belanda untuk memperbaiki taraf ekonomi rakyat,  tetapi juga untuk mempermudahkan mereka dalam menjalankan pemerintahan di negara-negara jajahan mereka tanpa perlu menggunakan paksaan dan kekerasan terlalu banyak. Contoh: "antropologi" sebagai ilmu terapan dipergunakan Belanda dalam menguasai aceh. 

"Antropologi terapan" mengkaji  atau berhubungan dengan budaya-budaya dan kelompok sosial yang hidup pada masa kini (living cultures and contemporary peoples). Studi "Antropologi terapan" adalah berkenaan dengan kebutuhan dan masalah nyata yang dihadapi kelompok sosial tersebut pada masa kini, "Antropologi terapan" merupakan cabang "Antropologi" yang muncul untuk menjawab tantangan zaman. "Antropologi terapan" ini diadakan untuk langsung diaplikasikan sesuai situasi dan kondisi. Dan "Antropologi terapan"  adalah bagian dari "antropologi" budaya. "Antropologi" budaya itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.
            Dan kebudayaan merupakan keseluruhan hasl kreativitas manusia yang sangat komplek. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan. Adanya kait mengait di antara unsure-unsur itulah sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah sebagai system, artinya kebudayaan merupakan kesatuan organis dari rangkaian gejala, wujud, dan unsure-unsur yang berkaitan sau dengan yang lain.

Sumber:
1. davinnurfaiz.blogspot.com/2012/01/antropologi-terapan.html
2. smart-pustaka.blogspot.com/2011/03/antropologi-terapan.html
3. laely.widjajati.photos.facebook.com/Habis-Libur,-Ayoooo-Bekerja-Semangaaaaaaat............/
4. laely.widjajati.photos.facebook.com/Pantai-Dream-Land-Bali/
5. laely.widjajati.photos.facebook.com/NICE-THURSDAY................../
6. Hepi.Say.photos.facebook.com/Foto-ini-waktu- lamaran-e-sopo-yoo-???/

"ANTROPOLOGI PENDIDIKAN"

"Antrpologi Pendidikan" mulai menampilkan dirinya sebagai disiplin ilmu pada pertengahan abad-20". 


PENDAHULUAN.

"Antrpologi Pendidikan" adalah cabang spesialisasi yang termuda dalam "antropologi". "Antropologi" sebagai kajian manusia dan cara-cara hidup mereka, yang muncul pada saat lahirnya gagasan oleh semangat etnografi, arkeologi, geologi dan terutama didorong oleh semangat Darwinisme. Dengan didorong oleh konsep evolusi organisme, mulailah berkembang "Antropologi" dengan pandangan bahwa pada dasarnya semua kebudayaan manusia berkembang melalui tahap-tahap yang menjurus ke arah kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Eropa dan Amerika.
 
Pada waktu itu banyak pertanyaan yang diajukan kepada tokoh "pendidikan" tentang sejauhmana "pendidikan" dapat mengubah suatu masyarakat. Sebagaimana diketahui pada waktu itu negara maju tengah mengibarkan program besarnya, yakni menciptakan pembangunan di negara-negara yang baru merdeka. "Antrpologi Pendidikan" berupaya menemukan pola budaya belajar masyarakat yang dapat menciptakan perubahan sosial. Demikian juga mengenai perwujudan kebudayaan para pengambil kebijakan "pendidikan" yang berorientasi pada perubahan sosial budaya mendapat perhatian.

"ANTROPOLOGI"  DAN "PENDIDIKAN".

"Pendidikan" dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. "Pendidikan" dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, "pendidikan" memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.

Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini "pendidik" dan "antropolog" harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. "Pendidikan" bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan di luar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.

G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan "antropologi" terhadap "pendidikan" adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan sosial budayanya. Teori khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin  "Antrpologi Pendidikan". Pada dasarnya, "Antrpologi Pendidikan" mestilah merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek "pendidikan" dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai "antropolog" terhadap "pendidikan" dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek "pendidikan".

Dengan mempelajari metode "pendidikan" kebudayaan maka "antropologi" bermanfaat bagi "pendidikan". Dimana para "pendidik" harus melakkan secara hati-hati. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik, sukar untuk dibandingkan sehingga harus ada perbandingan baru yang bersifat tentatif. Setiap penyeldikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi "pendidikan".

"Antrpologi Pendidikan" dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek "pendidikan" dalam prespektif budaya, sehingga "antropolog" menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media "pendidikan" sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para "antropolog". Tugas para "pendidik" bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek "pendidikan" sebagai satu keseluruhan.

"Antrpologi Pendidikan" mulai menampakkan dirinya sebagai disiplin ilmu pada pertengahan abad ke-20. Sejak saat itu, "Antrpologi Pendidikan" berupaya menemukan pola budaya belajar masyarakat (pedesaan dan perkotaan) yang dapat merubah perubahan sosial. Demikian juga mengenai perwujudan kebudayaan para ahli mengambil kebijakan "pendidikan" yang berorientasi pada perubahan sosial budaya mendapat perhatian. Konferensi "pendidikan antropologi" yang berorientasi pada perubahan sosial di Negara-negara baru khususnya melalui "pendidikan" persekolahan mulai digelar. Hasil-hasil  kajian "pendidikan" di persekolahan melalui "antropologi" diterbitkan pada tahun 1954 dibawah redaksi G.D. Spindler (1963).

Konferensi memberi rekomendasi untuk melakukan serangkaian penelitian "Antrpologi Pendidikan" di persekolahan, mengingat jalur perubahan social budaya salah satunya dapat dilakukan dengan melalui "pendidikan" formal. Banyak penelitian menunjukan bahwa system "pendidikan" di negara-negara baru diorientasikan untuk mengokohkan kelompok sosial yang tengah berkuasa.

"Antrpologi Pendidikan" sebagai disiplin kini banyak dikembangkan oleh para ahli yang menyadari pentingnya kajian budaya pada suatu masyarakat. "Antropologi" di negara-negara maju memandang salah satu persoalan pembangunan di negara berkembang adalah karena masalah budaya belajar. Kajian budaya belajar kini menjadi perhatian yang semakin menarik, khususnya bagi para pemikir "pendidikan" di perguruan tinggi. Perhatian ini dilakukan dengan melihat kenyataan lemahnya mutu sumber daya manusia yang berakibat terhadap rentannya ketahanan social budaya masyarakat dalam menghadapi krisis kehidupan.
Orientasi pengembangan budaya belajar harus dilakukan secara menyeluruh yang menghubungkan pola budaya belajar yang ada di dalam lingkungan masyarakat dan lembaga "pendidikan" formal. 

Van Kemenade (1969) dalam Imran Manan telah mengingatkan: “persoalan "pendidikan" jangan hanya dianggap melulu persoalan pedagogis didaktis metodis dan tidak menjadi masalah kebikakan sosial, sehingga "pendidikan" tidak ada lagi menjadi kebutuhan bersama. Untuk itu perlu analisa empiris tentang tugas "pendidikan"  dalam konteks kehidupan masyarakat”.

Pendekatan dan teori "Antrpologi Pendidikan" dapat dilihat dari dua kategori: 
Pertama, pendekatan teori "Antrpologi Pendidikan" yang bersumber dari "antropologi" budaya yang ditujukan bagi perubahan sosial budaya. 
Kedua, pendekatan teori "pendidikan" yang bersumber dari filsafat.

Teori "Antrpologi Pendidikan" yang diorientasikan pada perubahan sosial budaya dikategorikan menjadi empat orientasi:
  1. Orientasi teoritik yang fokus perhatiannya kepada keseimbangan secara statis. Teori ini merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah.
  2. Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori ini yang menjadi penyempurna teori sebelumnya, yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi yang menjadi andalannya
  3. Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis, dimana sumber teori datang dari rumpun teori struktural.
  4. Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global atas gejala interdependensi antar Negara, dimana teori multikultural termasuk di dalamnya.
KEGUNAAN "ANTROPOLOGI PENDIDIKAN".

"Antrpologi Pendidikan" bermanfaat mengasah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, untuk dapat menganalisa, mensintesa dan mengevaluasi topik-topik di sekitar sejarah, pengertian dan ruang lingkup sosiologi "Antrpologi Pendidikan", wawasan teoretik sosiologi "Antrpologi Pendidikan", kontribusi sosiologi "antropologi" pada dunia "pendidikan", fungsi "pendidikan" dari kaca mata sosiologis "antropologis", "pendidikan" dan perubahan sosial, sekolah berbagai organisasi birokrasi, keluarga dan sosialisasi, kelompok sebaya dan sosialisasi, sekolah dan sosialisasi, gender dan sosialisasi, "pendidikan" orang dewasa, trend homescholling bagi masyarakat Indonesia, "pendidikan" dan masyarakat serta "pendidikan" dan tatanan sosial.

Sumber:
1. tepenr06.wordpress.com/2012/09/02/antropologi-pendidikan/
2. lzamzami.multiply.com/reviews/item/3
3. id.answers.yahoo.com/question/index?qid...
4. laely.widjajati.photos.facebook.com/NYANTAI-BANGEEET............../
5. laely.widjajati.photos.facebook.com/Suatu-pagi-di-Pantai-Sanur......./
6. laely.widjajati.photos.facebook.com/NGIYUP-di-bawah-Pohon-Cemara......./

"MENYAMBUT (MERAYAKAN) TAHUN BARU"

"Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan "tahun baru"? Bolehkah "Merayakan"nya?"


Diantara kebiasaan orang dalam memasuki "tahun baru" di berbagai belahan dunia adalah dengan "merayakan"nya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki "tahun baru", wayang semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di beberapa tempat diadakan dzikir berjama'ah menyongsong "tahun baru"

Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan "tahun baru"? Bolehkah "Merayakan"nya? "Tahun baru" tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana 'Iedul Fitri, 'Iedul Adha ataupun hari Jum'at. Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim.

Malam ini, kita mulai memasuki "tahun baru" 2013. "Tahun" 2012 segera meninggalkan kita, tinggal menghitung jam, menit, dan detik saja. Di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, ada diantaranya kebiasaan orang dalam menyambut pergantian "tahun" Masehi "merayakan"nya dengan bergadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup trompet pada detik-detik memasuki "tahun baru", pertunjukan semalam suntuk, atau cara lainnya.

Sebagian umat Islam, tidak ketinggalan dan sudah mulai terbiasa di beberapa tempat, diadakan ceramah agama, dan zikir berjamaah menyongsong pergantian "tahun". Kegiatan seperti ini, meskipun ada manfaatnya, tetapi oleh sebagian pihak umat Islam menganggapnya sebagai bid’ah, sesuatu yang tidak ada contohnya baik dari Rasulullah SAW maupun dari para sahabat rasul.

Pada hakikatnya setiap pergantian "tahun" umur kita tidaklah bertambah, tetapi sebaliknya, berkurang, semakin mendekat ke akhir hayat, ke kematian. Penanggalan Masehi yang berdasarkan peredaran matahari memang mendahului penanggalan Islam, Hijriyah yang berdasarkan peredaran bulan, sehingga ada perbedaan 11-12 hari dalam setiap "tahun"nya.

"Menyambut tahun baru" Masehi memang tak ada bimbingannya dalam Islam. Namun untuk "menyambut tahun baru", sebaiknya masing-masing pribadi muslim:
  1. Selalu menjadikan Allah SWT sebagai maula, penolong.
  2. Berupaya untuk menjadi muslim yang cerdik dengan selalu mengingat kematian, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW dalam satu hadis beliau.
  3. Mengevaluasi/merenungi diri, bermuhasabah, sejauh mana telah menunaikan ajaran-Nya dan rasul-Nya.
  4. Beristigfar, memohon ampun atas segala kesalahan yang telah diperbuat, disengaja ataupun tidak.
  5. Memohon agar Allah SWT menerima segala amal ibadah, dan semoga Dia selalu membimbing ke jalan-Nya yang lurus.
  6. Berdoa agar Allah SWT selalu memberikan rahmat dan keselamatan dalam waktu-waktu atau sisa hidup yang akan dijalani.
  7. Mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah selama ini, insya Allah nikmat tersebut akan ditambah-Nya.
  8. Mendoakan kedua orang tua baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
  9. Tidak menyia-nyiakan waktu hanya untuk pekerjaan yang mubazir, yang sia-sia, dan yang tidak ada tuntunannya yang jelas.
  10. Tidak berlaku riya’, takabur, sombong.
  11. Salat tobat, memperbanyak doa dan zikir.
  12. Tidak sampai menyerupai perilaku orang kafir dalam menyambut pergantian "tahun", tetapi sebaiknya tidak ikut-ikutan "merayakan"nya.
  13. Tidak menyerupai kaum kafir dalam gerak-gerik dan bentuk pada hal-hal yang bersifat lahiriah akan mengandung konsekuensi menyerupai mereka pula dalam gerak-gerik dan bentuk pada hal-hal yang bersifat batiniah/akidah.
  14. Hindari kegiatan yang terkesan buang-buang dana, waktu, tenaga, apalagi yang berbau maksiat dan sirik. 
Sumber:
1. www.equator-news.com/religi/20111230/menyambut-tahun-baru
2. dulatifh.wapath.com/Islami/Maktabah/ThMasehi
3. laely.widjajati.photos.facebook.com/Kok-di blakang q-bnyak-"ULAR" nya-ya-???????????/


MusicPlaylistView Profile