Jumat, 27 Januari 2012

"WASTRA (Kain Batik) MADURA"

"Dibandingkan dengan "kain batik" dari tempat lain, "wastra Madura" mempunyai keunikan dan keistimewaan tersendiri."


"Wastra" adalah sehelai "kain" tradisional yang biasanya ditenun tangan yang mempunyai sarat makna. Sehelai "kain batik" dapat berfungsi sebagai selendang pakaian adat, salah satu bentuk mas kawin, penutup jenazah, benda wasiat dan lain-lain. "Wastra" yang akan dibahas disini adalah "kain batik" yang berasal dari "Madura".

"Kain batik" selain berfungsi untuk dipakai sehari-hari, juga mempunyai fungsi emosional yang dalam, misalnya sebagai benda pusaka tang mengingatkan seseorang kepada asalnya, siapa nenek moyangnya, sebagai benda koleksi, sebagai benda kenangan yang menyenangkan atau mungkin sebagai pemanis ruangan.

"Kain batik" yang dibuat dengan menggunakan lilin (malam, parafin) dengan bantuan canting dan pencelupan dengan zat warna berasal dari Jawa. Motif hiasnya mendapat pengaruh dari budaya Hindu, Budha dan Islam. Di Jawa dikenal "batik" Yogyakarta, "batik" Surakarta dan di luar kedua tempat tersebut dikenal sebagai "batik" pesisiran. Karena itu "batik" dari "Madura" dapat digolongkan sebagai "batik" pesisiran. "Batik" pesisiran pada umumnya berasal dari daerah pesisir Pulau Jawa motif hias serta pewarnaannya lebih banyak dipengaruhi oleh budaya mancanegara, seperti dari India, Cina dan Eropa. Motif bunga, motif binatang dan motif obyek lain yang lebih naturalistik memperkaya penampilan "batik" pesisiran.
"Batik" dari "Madura" sampai saat ini kebanyakan masih menggunakan zat warna dari alam, antara lain warna merah dari sari kulit akar mengkudu(Morinda citrifolia), warna biru dari pohon tarum atau nila (Indigofera suffruticosa) dan warna cokelat atau sogan berasal dari kulit pohon jambal (Pelthophorum pterocarpa). Ciri khas lain dari "batik Madura" ialah latar belakang yang lebih penuh tidak dibiarkan kosong. Isen latar digambarkan dengan jelas, misalnya dengan motif sisik ikan atau sisik ular (gringsing), motif garis berombak (galaran), motif swastika (banji), kipas, segitiga, persegi atau hanya nitik yaitu berupa titik-titik. Motif hias "batik Madura" selain menerapkan motif tradisional yang mempunyai arti simbolis juga mengambil obyek yang ada di sekitar perajinnya.

Motif flora fauna terutama burung merak masih sering ditampilkan. Bulu dan ekor burung ini dapat disitir yang dapat dijadikan obyek kreativitas para perajin. Pengaruh dari Cina dengan burung hong yang melambangkan panjang umur juga melanda pem"batik Madura". Pengaruh Eropa tampak pada penerapan penggambaran obyek fauna seperti motif kupu-kupu, gajah dan kuda. Di samping itu motif geometris yang diulang-ulang seperti kawung, ceplokan dan parang juga ada di "Madura". Motif Tasikmalaya berupa garis diagonal dengan pinggiran bunga.

Kalau "batik" Yogyakarta, "batik" Surakarta atau Pekalongan kepala jarik-nya ("kain" panjang) terdapat pada bagian tepi yang vertikal, pada "batik Madura" kepala jarik-nya ada di tengah "kain". Hal ini mungkin karena penggunaan "kain" untuk busana berupa "kain" sarung yang tidak harus menggunakan wiru (lipit-lipit) di tengah seperti pemakaian jarik di Jawa Tengah. Wanita "Madura" memakai "kain" untuk sarung hanya sampai sebatas betis. Hal ini karena salah satu bagian yang penting dari aksesori busana "Madura" adalah gelang kaki (binggel) yang tidak boleh tertutup oleh "kain" panjang.
Seperti pada "batik" Pekalongan, "kain batik Madura" juga sering dibuat berpola pagi/sore. Artinya satu helai "kain batik" dibagi dua menyerong. yang setiap bagian mempunyai motif yang berbeda. Satu sisi dipakai untuk busana sarung pagi hari, bagian sisi yang lain dipakai untuk sore hari. Hal demikian dimaksudkan untuk efisiensi supaya busana pagi dan busana sore hari tampak berbeda. Pada "kain" sarung juga sering diberi hiasan pinggiran sepanjang tepi "kain". Karena pengaruh dari Belanda, sering pinggiran ini dibuat seperti renda dengan liku-liku terawang.

"Batik" dari berbagai daerah di Indonesia masing-masing mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri. Diharapkan seni lukis dan seni kerajinan tradisional yang diterapkan pada sehelai "kain" akan tetap dapat berkembang walaupun tidak selalu berfungsi sebagai busana tetapi mungkin berubah jadi penunjang interior atau koleksi yang berharga. (Anur Mulhadiono).

(Sumber: Majalah Griya ASRI, edisi Nomor 247/051, Maret 2004).

"Wayang Kulit - Penuh Makna"

"Wujud "wayang kulit" sangat indah, dibuat dari "kulit" kerbau yang sudah disamak, diproses sehingga warnanya putih atau krem."


"Wayang kulit" adalah hasil karya asli nenek moyang kita yang kapan mulai diciptakannya sampai sekarang tidak dapat dilacak. Diduga teknik permainan "wayang kulit" yang dilihat hanya bayangannya saja itu telah dimulai sejak zaman prasejarah. Dengan adanya pengaruh Hindu dari India pada awal tahun Masehi, maka cerita dalam pe"wayang"an berkembang, dan wujud dari tokoh-tokoh "wayang" juga berkembang seperti yang kita temukan sekarang.

Padamulanya permainan "wayang kulit" adalah permainan yang diadakan untuk keperluan ritual kepercayaan atau agama tertentu yang sakral. Permainan itu dianggap suci, karena itu penonton hanya boleh melihat bayangannya saja. Dahulu untuk mendapatkan bayangan tersebut harus melalui sumber cahaya yang didapat dari blencong yaitu lampu tradisional dengan sumbu dari lawe (tali dijalin dari kapas) yang dibakar. Karena tiupan angin, sumbu lampu bergoyang-goyang yang mengakibatkan bayangan juga bergoyang yang dianggap menampilkan suasana magis.

Cerita "wayang" masuk ke Pulau Jawa melalui agama Hindu. Sebagai media untuk menyebarkan agama, cerita "wayang" berkembang antara lain dari cerita Mahabarata dan Ramayana. Mahabarata pada garis besarnya menceritakan dua keluarga besar yang berasal dari leluhur yang sama yaitu keluarga Pandawa yang terdiri dari tokoh Yudhistira, Bima, Arjuna, se kembar Nakula dan Sadewa dan keluarga Korawa yang jumlahnya 100 orang. Adapun keluarga Pandawa berkarakter baik sedangkan keluarga Korawa berkarakter sebaliknya. Antara dua keluarga ini selalu terjadi pertentangan dan akhirnya kemenangan ada di pihak yang baik. Demikianlah pada umumnya cerita dalam pe"wayang"an. Karena itu dunia pe"wayang"an menjadi pelajaran yang baik bagi masyarakat umum.

Cerita Ramayana mengisahkan percintaan antara Rama dan Shinta yang menggambarkan kesetiaan dan moral yang baik.

Karena cara dan pertunjukan "wayang" itu sangat menarik, maka agama Hindu cepat diterima masyarakat dan mendesak kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut penduduk sebelumnya. Untuk mengembangkan agama Islam di Jawa, para walisongo juga menggunakan "wayang" sebagai media untuk berdakwah. Kemudian berbagai bentuk "wayang" juga berkembang pesat sesuai dengan adat dan budaya daerah yang sangat bervariasi.

Permainan "wayang" dikendalikan oleh seorang dalang yang dapat mengisahkan dengan sangat menarik isi cerita "wayang", menirukan setiap tokoh yang berbeda. menggerakkan dan memainkan "wayang" dengan lincah. Setiap "wayang kulit"  ada pegangannya yang dimainkan oleh si dalang. Permainan "wayang" adalah olah seni secara total karena meliputi seni pentas, seni drama, seni tari, seni suara (karawitan), seni sastra dan seni rupa. Karena itu seorang dalang yang baik harus menguasai semuanya.

Wujud "wayang"nya sendiri, walaupun hanya permainan di balik layar, dibuat sangat indah dengan warna-warni yang menarik. Setiap tokoh yang karakternya berbeda digambarkan dengan wujud yang berbeda pula. Warna muka, bentuk hidung, rambut, pakaian masing-masing mempunyai pakem yang tidak boleh terlalu dilanggar si seniman "wayang". Misalnya tokoh Arjuna atau Kresna tidak boleh memakai kain yang coraknya kawung atau parang rusak. Dengan demikian bila melihat sebuah "wayang" kita akan mengenal siapa dia.

Selain "wayang kulit", juga ada "wayang" beber yaitu cerita "wayang" yang digambar pada selembar kertas Ponorogo yang tahan air terbuat dari "kulit" kayu yang dimasak. Pada kertas yang ukurannya sekitar 50cm panjangnya 200cm. digambarkan satu atau dua adegan cerita. Dalam bercerita sang dalang membeberkan kisahnya di depan penonton, dan setelah selesai kertas digulung.

Kemudian ada "wayang" klitik terbuat dari kayu yang ukurannya lebih kecil dari "wayang kulit"  dan bentuknya hampir tiga dimensi karena pipih. Ada pula "wayang" golek yang bentuknya seperti boneka, "wayang" wong (orang) dan lain-lain. Dengan berkembangnya kebutuhan media komunikasi dan pendidikan masyarakat, maka berkembang pula bentuk fisik "wayang", sesuai dengan budaya daerah masing-masing.

Wujud "wayang kulit"  sangat indah, dibuat dari "kulit" kerbau yang sudah disamak kemudian diproses sehingga warnanya putih atau krem. Untuk membentuk dan menghiasinya para seniman menggunakan tatah, yaitu alat seperti pisau yang tajam di ujung-ujungnya. Menggunakannya dengan melubangi atau membentuk gambar dengan ujung pisau yang ditekan dengan pukulan dari sebuah palu dari kayu. Seniman "wayang" yang trampil menghasilkan tatahan yang halus dan transparan. Pegangan utama yang mengapit "wayang" disebut cempurit sedangkan untuk tangan "wayang" disebut tudingan, dibuat dari tanduk kerbau yang bentuknya dapat diatur oleh pemanasan api.

Pada permulaan atau antara adegan yang satu ke adegan periode yang lain, dalang selalu menggunakan gunungan untuk menandainya. Gunungan berbentuk khas, lancip di bagian atas. Digambarkan simetris bagian kiri dan kanan, berisi flora dan fauna. Dipercaya sebagai sumber hidup yang menyiratkan keseimbangan. Di bagian bawah kiri dan kanan biasanya ada penjaga berupa harimau, atau gupolo dan menjulang ke puncak ada pohon hayat yang penuh sulur dan daun dengan ukuran terawang yang indah.

Demikian sekelumit tentang "wayang kulit", seni budaya peninggalan nenek moyang kita yang indah. Inti sari cerita dalam pe"wayang"an sangat luas dan sangat dalam falsafahnya yang bercerita tentang berbagai hal yang menarik dan masih relevan dengan kehidupan modern saat ini. Karena itu seni yang indah ini patut untuk dilestarikan. (Oleh Anur E.Mulhadiono).

(Sumber: Majalah Griya ASRI, edisi Nomor 247/051, Maret 2004).     

"Mengatasi Kulit Kering Dan Bersisik"

"Kulit" sangat "kering" dan ber"sisik" padahal sudah memakai handbody lotion, namun tidak ada perubahan. Bagaimana cara mengatasinya?"


"Kulit" tubuh menjadi "kering" disebabkan banyak hal, misalkan saja seringnya anda terkena sinar matahari, tanpa menggunakan cream pelembab. Sebab lainnya dapat juga seringnya anda berada di ruangan ber AC, kurang minum air atau penyebab lainnya. 

Untuk mengatasi "kulit kering", lakukanlah langkah-langkah perawatan sebagai berikut:

1. Berilah cream mangir kuning ke seluruh tubuh setiap anda hendak bepergian, terutama tangan dan kaki. Hal ini untuk melembabkan "kulit" supaya senantiasa segar dan lembab.

2. Setiap seminggu sekali lakukanlah luluran dengan menggunakan lulur mas sinangling. Apabila anda memiliki cukup waktu sebelum luluran lakukanlah pemijatan dengan menggunakan minyak zaitun atau minyak cendana sesuai dengan selera anda. Fungsinya melemaskan dan melancarkan peredaran darah di tubuh sehingga tubuh nantinya akan menjadi lebih segar. Setelah itu lanjutkan dengan luluran, boleh juga luluran setiap hari dengan menggunakan lulur kocok.

3. Sebelum tidur oleskanlah "kulit" tangan dan kaki dengan menggunakan minyak zaitun untuk membantu proses melembabkan "kulit" anda karena pada malam hari "kulit" lebih mudah menyerap dan mudah menjadi lembab.

4. Perbanyaklah minum air putih untuk membantu proses ini supaya kesegaran dari dalam terpancar keluar.

5. Perbanyaklah mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran untuk menjaga kelembaban "kulit" tubuh anda dan kesehatan "kulit" dan tubuh anda.

(Sumber: Majalah Wanita Kartini, edisi Nomor Milenium 2018, 7 s/d 21 September 2000).

"Mengatasi Rambut Beruban"

"Rambut" ber"uban" disebabkan berbagai macam, antara lain seringnya anda berganti-berganti kosmetika untuk "rambut", berlebihan dalam pemakaian kosmetika "rambut" atau dapat juga karena faktor psikologis (stres)."


Penyebab lainnya dapat juga karena faktor keturunan. Untuk mencegah dan menghambat tumbuhnya "uban" antara lain:

Resep Pertama:

1. Sebelum cuci "rambut" berilah minyak cem-ceman secara merata pada kulit kepala sampai "rambut" menjadi lunak. Lakukanlah pijatan ringan, setelah itu diamkan semalam (apabila cuci "rambut" esok pagi harinya) atau biarkan setengah jam (apabila cuci "rambut" pada sore hari). Kemudian cucilah "rambut" seperti biasa. Setelah itu berilah minyak urang aring yang mempunyai khasiat menghitamkan dan menyuburkan "rambut" serta mencegah terjadinya "uban" sebelum waktunya.

2. Cucilah "rambut" sedikitnya dua kali seminggu dengan menggunakan shampo yang sesuai dengan jenis "rambut" atau menggunakan shampo urang-aring.
3. Lakukanlah creambath dengan menggunakan cream akar wangi setiap seminggu sekali karena dengan melakukan creambath menggunakan cream akar wangi akan semakin menguatkan dan menyuburkan "rambut" dan sekaligus menghindari kerontokan "rambut".

Resep Kedua:

1. Ambil beberapa helai daun rambutan yang masih hijau, remas-remas dengan air.

2. Setelah itu anda cuci "rambut" dengan daun rambutan yang diremas-remas tadi.

3. Bersihkan "rambut" anda selesai cuci "rambut".

4. Lakukan dua kali seminggu, niscaya "rambut" anda terhindar dari "uban" berlebihan.

Referensi:
1. Majalah Wanita Kartini, edisi Nomor Milenium 2018, 7 s/d 21 September 2000.
2. Majalah Wanita Kartini, edisi Nomor 2039. 5 s/d. 19 Juli 2001.

"Antioksidan Sumber Awet Muda"

"Antioksidan" adalah kumpulan mineral dan vitamin-vitamin, seperti vitamin C, vitamin E, beta-karotin (vitamin A) dan kandungan sejenis mangan, selenium, tembaga, bioflavonoids, zinc, coenzyme dan zat nutrisi lainnya."


Menurut banyak pakar, khasiat "Antioksidan" sangat efektif dalam memperlambat proses penuaan, sekaligus melindungi dan menangkal singgahnya berbagai penyakit. Untuk kecantikan, "Antioksidan" adalah sumber "awet muda".

Sumber "Antioksidan" sebenarnya tidak terlalu sulit anda dapatkan. Dari makanan sehari-hari kebutuhan "Antioksidan" dapat terpenuhi. "Antioksidan" ini akan menetralisir, bahkan melawan serangan radikal bebas yang merusakkan sel-sel kulit.

Anda ingin "awet muda"? Mulai sekarang, perangi si radikal bebas. Hindari stres, jaga diri dari bahaya polusi dan berhenti merokok. Kalau tidak, radikal bebas akan leluasa berkibar dan sel-sel kulit akan merana.

Sekarang tersedia suplemen atau pil "Antioksidan" yang bekerja dengan sistem mengisolasikan molekul-molekul tubuh yang tidak stabil, melindungi terjadinya kerusakan sel, khususnya pada membran dan pusat energi sel. Namun, cara yang terbaik adalah memperoleh "Antioksidan" melalui makanan yang dikonsumsi.

Disarankan, banyak makan buah bervitamin C, seperti stroberi, mangga dan jeruk. Atau, anda suka sayuran? pilih jenis sayur berdaun hijau, seperti asparagus, bayam, tomat dan brokoli. Untuk beta-karoten, salah satu bentukan dari vitamin A, terdapat pada sayuran hijau dan buah-buahan berwarna merah dan kuning, umpamanya wortel, seledri, tomat, semangka, buah ceri dan asparagus.
Sedangkan vitamin E, "Antioksidan" yang amat ampuh mencegah kulit berkerut, terdapat pada sayuran hijau gelap seperti bayam, brokoli, peterseli serta kecambah. Juga dalam buah-buahan seperti mangga, alpukat, bluberry, dan tomat, serta mentega dan minyak zaitun.

Harus diingat, tubuh tidak bisa menghasilkan vitamin, maka anda harus setiap hari mengkonsumsi panganan-panganan itu. Asupan sumber "Antioksidan" tunggal, misalnya vitamin C saja, cukuplah memadai untuk menghambat gangguan radikal bebas. Tapi, lebih baik lagi jika anda mengkombinasikan beberapa sumber "Antioksidan", supaya khasiatnya saling melengkapi.

(Sumber: Majalah Wanita Kartini, edisi Nomor Milenium 2018, 7 s/d 21 September 2000).