Jumat, 30 November 2012

"SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN"

"Sosiologi" mempunyai dua pengertian dasar, yaitu sebagai "ilmu" dan sebagai metode. 




Sebagai "Ilmu", "Sosiologi" merupakan kumpulan "Pengetahuan" tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasar analisis berpikir logis. Sedang sebagai metode,  "Sosiologi" adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

PENGERTIAN "SOSIOLOGI".

Istilah "Sosiologi" berasal dari kata “socious” (bahasa latin) yang artinya teman atau kawan, dan “logos” (bahasa Yunani) yang artinya "Ilmu Pengetahuan". Secara harfiah "Sosiologi" berarti "Ilmu Pengetahuan" yang mempelajari hubungan antar teman. Yang dimaksud hubungan antar teman meliputi antara orang yang satu dengan orang yang lain, baik yang bersungguh-sungguh teman atau sahabat maupun lawan atau musuh. Pengertian ini diperluas sedikit menjadi “"Sosiologi" adalah "Ilmu Pengetahuan" yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat.”

Istilah "Sosiologi" digunakan pertama kali oleh seorang filosof dari Perancis yang bernama Auguste Marie Francois Savier Comte, ini terkenal dengan sebutan Auguste Comte pada tahun (1798 – 1857), dalam bukunya “Course de Philosophie Positive”. Karena jasanya maka Auguste Compte disebut sebagai Bapak "Sosiologi"

Berikut ini definisi "Sosiologi" menurut para ahli :

1. Allan Jhonson.
"Sosiologi" adalah "Ilmu" yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan satu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem itu.

2. Anthony Giddens.
"Sosiologi" merupakan studi tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat.

3. Hassan Shadily.
"Sosiologi" adalah "Ilmu" yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan – ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan – perserikatan hidup serta kepercayaan dan keyakinan, memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama dalam tiap persekutuan hidup manusia.

4. Pitirim A. Sorokin.
"Sosiologi" adalah suatu "Ilmu" yang mempelajari :
1)    Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dan politik, dan sebagainya.
2)    Hubungan dan saling pengaruh antara gejala – gejala sosial dan gejala – gejala non sosial, misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya, serta
3)    Ciri – ciri umum semua jenis gejala sosial.

5. Mayor Polak.
"Sosiologi" adalah "Ilmu Pengetahuan" yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan diantara manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik kelompok formal maupun kelompok material atau kelompok statis maupun kelompok dinamis.

6. Roucek dan Warren.
"Sosiologi" adalah "Ilmu" yang mempelajari hubungan antar manusia dengan kelompok.

LAHIRNYA "SOSIOLOGI".

"Sosiologi" lahir berkaitan dengan terjadinya perubahan sosial masyarakat di Eropa Barat pada masa Revolusi Industri (di Inggris) dan Revolusi Sosial ( di Perancis).

Menurut Auguste Comte (1798 – 1857), istilah "Sosiologi" pertama kali dikemukakan oleh Auguste Comte seorang ahli filsafat Perancis pada tahun 1839, yang kemudian dikenal sebagai Bapak "Sosiologi".

Sumbangannya terhadap "Sosiologi" antara lain sebagai berikut :
1)    "Sosiologi" harus didasarkan pada pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis secara sistematik. Objek yang dikaji harus berupa fakta, onjektif, bermanfaat, serta mengarah pada kepastian dan kecermatan.

2)    Auguste Comte menjelaskan bahwa dalam menjelaskan gejala alam dan gejala sosial, manusia akan melewati tiga jenjang yang dikenal dengan hukum tiga jenjang yaitu :
a)    jenjang teologi
b)    jenjang metafisika dan
c)    jenjang positif

3)    Auguste Comte  mengatakan bahwa "Sosiologi" merupakan ratu "ilmu""ilmu" sosial dan menempati peringkat teratas dalam hierarki "ilmu""ilmu" sosial.

4)    Auguste Comte membagi "Sosiologi" ke dalam dua bagian, yaitu statistika sosial (sosial statics) dan dinamika sosial (sosial dinamics).

"SOSIOLOGI" SEBAGAI "ILMU" (SIFAT HAKIKAT). 

Menurut Soerjono Soekanto, "Ilmu" dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika). "Pengetahuan" harus bersifat objektif, artinya selalu dapat diperiksa dan diuji secara kritis oleh orang lain. Tidak semua "Pengetahuan" dapat disebut "ilmu". Hanya "Pengetahuan" yang tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannya yang dapat disebut sebagai "Ilmu".

"Sosiologi" dapat disebut sebagai "Ilmu" karena sudah memenuhi syarat – syarat tersebut. "Sosiologi"merupakan "Ilmu" yang berdiri sendiri yang objeknya adalah masyarakat.
"Sosiologi" dapat disebut memenuhi syarat sebagai "Ilmu Pengetahuan" karena memiliki sifat – sifat :
  1. "Sosiologi" bersifat empiris, artinya "Sosiologi" didasarkan pada observasi (pengamatan) dan penalaran terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif melainkan objektif;
  2. "Sosiologi" bersifat teoritis, artinya selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil – hasil observasi, merupakan unsur – unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan antar hubungan dan sebab akibat sehingga menjadi teori;
  3. "Sosiologi" bersifat kumulatif, artinya teori – teori "Sosiologi" terbentuk atas dasar teori – teori yang sudah ada;
  4. "Sosiologi" bersifat nonetis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam "Sosiologi" bukanlah persoalan baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan menjelaskan fakta – fakta tersebut secara analitis.
  5. Ciri-ciri "Sosiologi" sebagai berikut :
    1. "Sosiologi" merupakan "Ilmu" sosial (bukan "Ilmu" alam atau kerohanian)
    2. "Sosiologi" bersifat kategoris (bukan normatif)
    3. "Sosiologi" merupakan "Ilmu" murni (bukan terapan)
    4. "Sosiologi" bersifat abstrak (bukan konkret)
    5. "Sosiologi" bertujuan untuk mendapatkan pola-pola umum terinteraksi.
    6. "Sosiologi" merupakan "Ilmu Pengetahuan" empiris – rasional.
    7. "Sosiologi" merupakan "Ilmu Pengetahuan" yang umum (bukan khusus)
    8. Objek "Sosiologi"
      1. Objek material "Sosiologi" adalah kehidupan sosial, gejala – gejala dan proses  hubungan antar manusia yang mempengaruhi kesatuan hidup manusia itu sendiri.
      2. Objek formal "Sosiologi" lebih ditekankan pada manusia sebagai mahkluk sosial atau masyarakat yaitu hubungan antar manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
    9. Cabang-cabang "Sosiologi"
Menurut Robert K. Merton dan kawan – kawan dalam bukunya Sociology Today Problem and Prospects, cabang-cabang "Sosiologi" terdiri atas :
  1. "Sosiologi" Politik
"Sosiologi" politik adalah suatu cabang "Sosiologi" yang mengkaji hubungan antara gejala – gejala kemasyarakatn dengan politik.
  1. "Sosiologi" Hukum
"Sosiologi" hukum adalah cabang "Sosiologi" yang mempelajari hubungan antara  gejala – gejala kemasyarakatan dengan hukum.
  1. "Sosiologi" Pendidikan
"Sosiologi" pendidikan adalah cabang "Sosiologi" yang mengkaji hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan pendidikan.
  1. "Sosiologi" Agama
"Sosiologi" agama adalah bagian dari "Ilmu Sosiologi" yang mempelajari hubungan gejala kemasyarakatan dengan agama.
  1. "Sosiologi" Kekeluargaan
"Sosiologi" kekeluargaan adalah cabang "Sosiologi" yang membahas hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan keluarga.
  1. "Sosiologi" Kesenian
"Sosiologi" kesenian adalah cabang sosiologi yang membahas hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan seni.
  1. "Sosiologi" Kedokteran
"Sosiologi" kedokteran adalah cabang "Sosiologi" yang membahas hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan kedokteran.
  1. "Sosiologi Ilmu Pengetahuan".
"Sosiologi Ilmu Pengetahuan" adalah cabang "Sosiologi" yang membahas hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan "Ilmu  Pengetahuan".
  1. "Sosiologi" Ekonomi
"Sosiologi" ekonomi adalah cabang "Sosiologi" yang membahas hubungan gejala-gejala kemasyarakatan dengan ekonomi.
  1. "Sosiologi" Persengketaan
"Sosiologi" persengketaan adalah cabang "Sosiologi" yang membahas hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan persengketaan.
  1. Manfaat "Sosiologi"
Manfaat "Sosiologi" antara lain sebagai berikut :
  1. "Sosiologi" dapat membantu kita untuk mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan dan perilaku kita dalam kehidupan bermasyarakat.
  2. "Sosiologi" mampu mengkaji status dan peran kita sebagai anggota masyarakat, serta dapat menilai ‘dunia’ atau ‘budaya’ lain yang belum kita ketahui.
  3. Dengan bantuan "Sosiologi" kita akan makin memahami nilai, norma, tradisi, dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat lain, serta memanfaatkan perbedaan –perbedaan yang ada tanpa menyebabkan timbulnya konflik diantara anggota masyarakat yang berbeda.
  4. Bagi kita sebagai generasi penerus, mempelajari "Sosiologi"  membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional dalam menghadapi gejala-gejala sosial masyarakat yang makin kompleks  dewasa ini, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari – hari.
  5. Metode – metode "Sosiologi"
Sebagai suatu metode "Sosiologi"menggunakan metode ilmiah dalam mempelajari gejala – gejala alamiah khususnya gejala kemasyarakatan. Teknik dasar dalam metode ilmiah adalah observasi ilmiah atau disebut juga penalaran.
Menurut Paul B. Horton, teknik riset dalam "Sosiologi", antara lain sebagai berikut :
  1. Study Cross – sectional dan longitudinal, yakni suatu pengamatan yang meliputi suatu daerah yang luas dan dalam suatu jangka waktu tertentu. Sedangkan studi longitudinal adalah studi yang berlangsung sepanjang waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian pengamatan sebelum dan sesudahnya.
  2. Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan. Dalam eksperimen laboratorium, subjek orang dikumpulkan dalam suatu tempat laboratorium kemudian diberi pengalaman sesuai dengan yang diinginkan peneliti, kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan.
  3. Penelitian pengamatan, hampir sama dengan eksperimen, tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak mempengaruhi terjadinya suatu kejadian.
Menurut Soerjono Soekanto, ada dua jenis metode yang digunakan dalam "Sosiologi", sebagai berikut :
  1. Metode Kualitatif
Metode kualitatif mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka. Metode ini meliputi :
1)    Metode historis, yaitu menganalisis peristiwa – peristiwa masa lalu untuk merumuskan prinsip – prinsip umum;
2)    Metode komparatif, yaitu membandingkan antara bermacam – macam – macam masyarakat;
3)    Metode studi kasus, alat-alat yang diperlukan :
a)    wawancara
b)    daftar pertanyaan
c)    pengamatan partisipasi
  1. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif mengutamakan bahan – bahan keterangan dengan angka atau gejala – gejala yang diteliti dapat diukur dengan skala, indeks, tabel, dan formula. Termasuk dalam metode ini adalah metode statistik, dimana gejala – gejala masyarakat sebelum dianalisis dikuantifikasi terlebih dahulu.

KEDUDUKAN "SOSIOLOGI" DI ANTARA "ILMU" LAIN.

Kedudukan "Sosiologi" di Antara "Ilmu" Lain: 

1. "Sosiologi" dengan Politik; "ilmu" politik mempelajari cara memperoleh, mempertahankan, dan menggunakan kekuasaan. Bagi "Sosiologi" kekuasaan salah satu bentuk persaingan. 

2. "Sosiologi" dengan ekonomi; "ilmu" ekonomi berusaha memecahkan masalah bagaimana menaikkan rupiah terhadap dolar. Bagi "Sosiologi", bagaimana melibatkan usaha kecil dan pemberdayaan ekonomi rakyat. 

3. "Sosiologi" dan Sejarah; Sejarah melihat peristiwanya, "Sosiologi" melihat hubungan proses kemasyarakatan yang timbul dari hubungan antar manusia dalam situasi berbeda. 

4. "Sosiologi" dengan Antropologi; Antropologi melihat bagaimana kebudayaan muncul, "Sosiologi" melihat bagaimana manusia perilaku manusia terhadap kebudayaan. 

5. "Sosiologi" dengan "ilmu" pasti; matematika memiliki angka-angka, "Sosiologi" memiliki uji statistik yang berhubungan dengan angka-angka.

Sumber:
1. sosiologi.fisip.uns.ac.id/...sosiologi/.../sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuan/ - Cache
2. www.slideshare.net/.../sosiologi-sebagai-ilmu-13490694 - Cache
3. www.authorstream.com/.../aSGuest139612-1474507-sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuan/ - Cache
4. Laely's facebook Photo /kumpul-keluarga-besar/121115/

Selasa, 27 November 2012

"SOSIOLOGI PERKOTAAN"

"Sosiologi Perkotaan" mempelajari masyarakat "perkotaan" dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya". 


Materi yang dipelajari antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan pola pikir dalam menyikapi suatu permasalahan.

PENGERTIAN "KOTA" MENURUT PARA AHLI.

1.     Max Weber berpendapar bahwa “suatu tempat adalah "kota" apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk dari pedalaman dan dijualbelikan di pasar itu. Jadi menurut Max Weber, ciri "kota" adalah adanya pasar, dan sebagai benteng, serta mempunyai sistem hukum dan lain-lain tersendiri, dan bersifat kosmopolitan.
2.     Cristaller dengan “central place theory”-nya menyatakan "kota" berfungsi menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Jadi menurut teori ini, kota diartikan sebagai pusat pelayanan. Sebagai pusat tergantung kepada seberapa jauh daerah-daerah sekitar "kota" memanfaatkan penyediaan jasa-jasa "kota" itu. Dari pandangan ini kemudian "kota"-"kota" tersusun dalam suatu hirarki berbagai jenis.
3.    Sjoberg berpendapat bahwa , sebagai titik awal gejala "kota" adalah timbulnya golongan literati (golongan intelegensia kuno seperti pujangga, sastrawan dan ahli-ahli keagamaan), atau berbagai kelompok spesialis yang berpendidikan dan nonagraris, sehingga muncul pembagian kerja tertentu. Pembagian kerja ini merupakan cir-"kota".
4.      Wirth, mendifinisikan "kota" sebagai “pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan tidak pribadi (impersonal relation)
5.      Karl Marx dan F.Engels memandang "kota" sebagai “persekutuan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat produksi dan alat –alat yang diperlukan agar anggota masing-masing dapat mempertahankan diri”. Perbedaan antara "kota" dan pedesaan menurut mereka adalah pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dan materi.
6.      Harris dan Ullman , berpendapat bahwa "kota" merupakan pusat pemukiman dan pemabfaatan bumi oleh manusia. "Kota"-"kota" sekaligus merupakan paradoks. Pertumbuhannya yang cepat dan luasnya "kota"-"kota" menunjukkan keunggulan dalam mengeksploitasi bumi, tetapi di pihak lain juga berakibat munculnya lingkungan yang miskin bagi manusia. Yang perlu diperhatikan, menurut Harris dan Ullman adalah bagaimana membangun "kota" di masa depan agar keuntungan dari konsentrasi pemikiman tidak mendatangkan kerugian atau paling tidak kerugian dapat diperkecil.
7.      Menurut ahli geografi indonesia yakni Prof.Bintarto, (1984:36) sebagai berikut :"kota" dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.”
8.      Menurut Arnold Tonybee, sebuah "kota" tidak hanya merupakan pemukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan setiap "kota" menunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing.

RUANG LINGKUP "SOSIOLOGI PERKOTAAN".
Ruang lingkup dalam "Sosiologi Perkotaan" adalah mengenai kehidupan serta aktivitas masyarakat "kota".
A.  Pengertian masyarakat "perkotaan".
Masyarakat "perkotaan" yang mana kita ketahui itu selalu identik dengan sifat yang individual, matrealistis, penuh kemewahan,di kelilingi gedung-gedung yang menjulang tinggi, perkantoran yang mewah, dan pabrik-pabrik yang besar.
Asumsi kita tentang "kota" adalah tempat kesuksesan seseorang.
Masyarakat  "perkotaan" lebih dipahami sebagai kehidupan komunitas yang memiliki sifat kehidupan dan ciri-ciri kehidupannya berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Akan tetapi kenyataannya di "perkotaan" juga masih banyak terdapat beberapa kelompok pekerja-pekerja di sektor informal, misalnya tukang becak, tukang sapu jalanan, pemulung sampai pengemis. Dan bila kita telusuri masih banyak juga terdapat perkampungan-perkampungan kumuh tidak layak huni.

B.  Kehidupan Masyarakat "perkotaan".
Secara "sosiologis" penekanannya pada kesatuan masyarakat industri, bisnis, dan  wirausaha lainnya dalam struktur yang lebih kompleks.
Secara fisik  "kota" dinampakkan dengan adanya gedung-gedung yang menjulang tinggi, hiruk pikuknya kendaraan, pabrik, kemacetan, kesibukan warga masyarakatnya, persaingan yang tinggi, polusinya, dan sebagainya.
Masyarakat di "perkotaan" secara sosial kehidupannya cendrung heterogen, individual, persaingan yang tinggi yang sering kali menimbulkan pertentangan atau konflik.  Munculnya sebuah asumsi yang menyatakan bahwa masyarakat "kota" itu pintar, tidak mudah tertipu, cekatan dalam berpikir, dan bertindak, dan mudah menerima perubahan , itu tidak selamanya benar, karena secara implisit dibalik semua itu masih ada masyarakatnya yang hidup di bawah standar kehidupan sosial. Dan tidak selamanya pula masyarakat "kota" dikatakan sebagai masyarakat yang modern. Karena yang di maksud sebagai masyarakat yang modern dalam bahasan ini adalah kelompok masyarakat yang berada di daerah keramaian dan lebih mudah mengalami perubahan atau pengaruh dari kehidupan masyarakt "perkotaan". Sedangkan dewasa ini masih ada masyarakatnya yang tertinggal , termasuk masalah informasi dan tekhnologi.
Untuk memahami secara rinci mengenai kehidupan masyarakat "perkotaan" adalah sebagai berikut :
  1. lingkungan umum dan orientasi terhadap alam,
Bagi masyarakat "kota" cendrung mengabaikan kepercayaan yang berkaitan dengan kekuatan alam serta pola hidupnya lebih mendasarkan pada rasionalnya.
Dan bila dilihat dari mata pencahariannya masyarakat "kota" tidak bergantung  pada kekuatan alam, melainkan bergantung pada tingkat kemampuannya (capablelitas) untuk bersaing dalam dunia usaha. Gejala alam itu bisa dipahami secara ilmiah dan secara rasional dapat dikendalikan.
  1. Pekerjaan atau mata pencaharian,
Kebanyakan masyarakat "perkotaan" bergantung pada pola industri (kapitalis)
Bentuk mata pencaharian yang primer seperti sebagai pengusaha, pedagang, dan buruh industri. Namun ada sekelompok masyarakat yang bekerja pada sektor informal misalnya pemulung, pengemis dan pengamen. Selain yang disebutkan di atas termasuk bentuk mata pencaharian sekunder.
  1. Ukuran komunitas,
Umumnya masyarakat "perkotaan" lebih heterogen dibandingkan masyarakat pedesaan. Karena mayoritas masyarakatnya berasal dari sosiokultural yang berbeda-beda , dan masing-masing dari mereka mempunyai tujuan yang bermacam-macam pula.dantaranya ada yang mencari pekerjaan atau ada yang menempuh pendidikan. Jumlah penduduknya masih relatif besar.
  1. Kepadatan penduduk,
tingkat kepadatan di "kota" lebih tinggi bila dibandingkan di desa, hal ini disebabkan oleh kebanyakan penduduk di daerah "perkotaan" awalnya dari berbagai daerah.
  1. Homogenitas dan heterogenitas,
Dalam struktur masyarakat "perkotaan" yang sering sekali nampak adalah heterogenitas dalam ciri-ciri sosial, psikologis, agama, dan kepercayaan, adat istiadat dan perilakunya. Dengan demikian struktur masyarakat "perkotaan" sering mengalami interseksi sosial, mobilitas sosial, dan dinamika sosial.
  1. Diferensiasi sosial
Di daerah "perkotaan", diferensiasi sosial relatif tinggi, sebab tingkat perbedaan agama, adat istiadat, bahasa, dan sosiokultural yang dibawa oleh para pendatang dari berbagai daerah, cukup tinggi.
  1. Pelapisan sosial
Lapisan sosialnya lebih didominasi oleh perbedaan status dan peranan di dalam struktur masyarakatnya. Di dalam struktur masyarakat modern lebih menghargai prestasi daripada keturunan.
  1. Mobilitas sosial
Mobilitas pada masyarakat "perkotaan" lebih dinamis daripada masyarakat pedesaan. Kenyataan itu adalah sebuah kewajaran sebab perputaran uang lebih banyak terjadi di daerah "perkotaan" daripada di pedesaan.
  1. Interaksi sosial
Dalam interaksi pada masyarakat "perkotaan" lebih kita kenal dengan yang namanya gesseslchaft yaitu kelompok patembayan. Yang mana ada hubungan timbal balik dalam bentuk perjanjian-perjanjian tertentu yang orientasinya adalah keuntungan atau pamrih. Sehingga hubungan yang terjadi hanya seperlunya saja.
  1. Pengawasan sosial
Dikarenakan masyarakatnya yang kurang saling mengenal satu sama lain dan juga luasnya wilayah kultural "perkotaan" ditambah lagi keheterigenitasan masyarakatnya yang membuat sistem pengawasan sosial perilaku antar anggota masyarakatnya makin sulit terkontrol.
  1. Pola kepemimpinan
Kepemimpinanya didasarkan pada pertanggung jawaban secara rasional atas dasar moral dan hukum. Dengan demikian hubungan antar pemimpin dan warga masyarakatnya berorientasi pada hubungan formalitas.
  1. Standar kehidupan
Standar kehidupannya di ukur dari barang-barang yang dianggap punya nilai (harta benda). Mereka lebih mengenal deposito atau tabungan. Karena menurut mereka menyimpan uang dalam bentuk deposito dianggap lebih praktis dan mudah. Ditambah lagi kepemilikan barang-barang mewah lainnya.
  1. Kesetiakawanan sosial
Ikatan solidaritas sosial dan kesetiakawanan lebih renggang. Artinya , pola hubungan untung rugi lebih dominan daripada kepentingan solidaritas dan kesetiakawanan.
  1. Nilai dan sistem nilai
Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat "perkotaan" lebih bersifat formal, didasarkan pada aturan-aturan yang resmi seperti hukum dan perundang-undangan. 
 
Jadi dapat dikatakan bahwa ciri-ciri masyarakat "perkotaan" adalah sebagai berikut:

a)      Orang "kota" pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
b)      Pembagian kerja diantara warga "kota" juga lebih tegas dan punya batas-batas yang nyata.
c)      Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga "kota" daripada warga desa.
d)     Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat "perkotaan", menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
e)      Jalan kehidupan yang cepat di "kota", mengakibatkan pentingnya faktor waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
f)       Perubahan-perubahan sosial tampak denagn nyata  di "kota"-"kota", karena "kota"-"kota" biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
C.  Keruangan "kota" jika dilihat dari beberapa aspek.
Dalam konteks ruang "kota" merupakan suatu sistem yang tidak berdiri sendiri, karena secara internal "kota" merupakan satu kesatuan sistem kegiatan fungsional di dalamnya, sementara secara eksternal kota dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
"Kota" ditinjau dari aspek fisik merupakan kawasan terbangun yang terletak saling berdekatan atau terkonsentrasi , yang meluas dari pusatnya hingga ke wilayah pinggiran atau wilayah geografis yang dominan oleh struktur binaan.
"Kota" ditinjau dari aspek sosial merupakan konsentrasi penduduk yang membentuk satu komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja.
"Kota" ditinjau dari aspek ekonomi memiliki fungsi sebagai penghasil produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk keberlangsungan "kota" itu sendiri.
Di indonesia kawasan "perkotaan" dibedakan berdasarkan strata administrasinya yakni : (1) kawasan "perkotaan" berstatus administratif daerah kota (2) kawasan "perkotaan" yang merupakan bagian dari daerah kabupaten (3) kawasan "perkotaan" baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah kawasan pedesaan menjadi kawasan "perkotaan", dan (4) kawasan "perkotaan" yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan.

Sumber:
1. zoelyer.blogspot.com/2012/04/sosiologi-perkotaan.html - Cache
2. scarmakalah.blogspot.com/.../sosiologi-perkotaan-dan-pedesaan.html - Cache
3. Laely Widjajati's.facebook.com/2012/11/26/demo-korban-lumpur-lapindo
4. Laely Widjajati's.facebook.com/2012/09/rusunawa-taman-sidoarjo
5. simposiumsosiologi.blogspot.com

Senin, 26 November 2012

"SOSIOLOGI PENDIDIKAN"

"Pada dasarnya, "Sosiologi" dapat dibedakan menjadi dua, yaitu "Sosiologi" umum dan "Sosiologi" khusus". 
 

"Sosiologi" umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum. Sedangkan "Sosiologi" khusus, yaitu pengkhususan dari "Sosiologi" umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: "Sosiologi" masayarakat desa, "Sosiologi" masyarakat kota, "Sosiologi" agama, "Sosiologi" hukum, "Sosiologi Pendidikan" dan sebagainya.Jadi "Sosiologi Pendidikan" merupakan salah satu "Sosiologi" khusus.

PENGERTIAN "SOSIOLOGI PENDIDIKAN".

Beberapa defenisi "Sosiologi Pendidikan" menurut beberapa ahli:

1. Menurut F.G. Robbins, "Sosiologi Pendidikan" adalah "Sosiologi" khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses "pendidikan". Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat "pendidikan", sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses "pendidikan".

2. Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of "Sociology” dikatakan bahwa "Sosiologi Pendidikan" adalah "Sosiologi" yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah "pendidikan" yang fundamental. Jadi ia tergolong applied "Sociology".

3. Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., "Sosiologi Pendidikan" adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses "pendidikan" untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.

4. Menurut F.G Robbins dan Brown, "Sosiologi Pendidikan" ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. "Sosiologi Pendidikan" mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.

5. Menurut E.G Payne, "Sosiologi Pendidikan" ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek "pendidikan" dari segi ilmu "Sosiologi" yang diterapkan.
6. Menurut Drs. Ary H. Gunawan, "Sosiologi Pendidikan" ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah "pendidikan" dengan analisis atau pendekatan "sosiologis".

Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa "Sosiologi Pendidikan" adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek "pendidikan", baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah "pendidikan", ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan "sosiologis".

PERAN "SOSIOLOGI PENDIDIKAN".
1. "Sosiologi Pendidikan" berfungsi  menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak, Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.

2. "Sosiologi Pendidikan" berfungsi menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. berfungsi menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial.
Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa "pendidikan" memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.

3. "Sosiologi Pendidikan" berfungsi menganalisis status "pendidikan" dalam masyarakat.
Berdirinya suatu lembaga "pendidikan" dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga "pendidikan" itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.

4. "Sosiologi Pendidikan" berfungsi menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial.
Peranan/aktivitas warga yang ber"pendidikan"/intelektual sering menjadi ukuran tentang maju dan
berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang ber"pendidikan" tidak segan-segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.


5. "Sosiologi Pendidikan" berfungsi membantu
menentukan tujuan "pendidikan".
Sejumlah pakar berpendapat bahwa fungsi  "pendidikan" nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut.

6. Menurut E. G Payne, "Sosiologi Pendidikan" berfungsi  utama memberi kepada guru-guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang "pendidikan") latihan – latihan yang efektif dalam bidang "Sosiologi" sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah "pendidikan". Menurut pendapatnya, "Sosiologi Pendidikan" tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan "Sosiologi" saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang "pendidikan" yang dapat dianalis "Sosiologi". Seperti "Sosiologi" yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.

Dengan demikian "Sosiologi Pendidikan" bermanfaat besar bagi para"pendidik", selain berharga untuk mengalisis "pendidikan", juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. "Sosiologi Pendidikan" tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam "pendidikan" saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan "pendidikan", bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. "Sosiologi Pendidikan" ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem "pendidikan'. Dari analisis inilah , sebuah "pendidikan" bisa lebih tepat sasaran karena berasal dari pembacaan yang tepat tentang kondisi seluruh aspek yang berhubungan dengannya.

TUJUAN "SOSIOLOGI PENDIDIKAN"


Ilmu "Sosiologi Pendidikan" itu sendiri merupakan ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara dalam pengendalian proses "pendidikan" agar nantinya memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Berikut ini beberapa tujuan dari "Sosiologi Pendidikan"

1. Sebagai Analisis Proses Sosialisasi.  
Francis Brown mengemukakan bahwa "Sosiologi Pendidikan" memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya". 

2. Sebagai Analisis Kedudukan "Pendidikan" Dalam Masyarakat.
L.A. Cook mengutamakan fungsi lembaga "pendidikan" dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, misalnya: penyelidikan tentang hubungan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah dan menengah atau meneliti fungsi sekolah berhubungan dengan struktur sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu. 

3. Sebagai Analisis Sosial di Sekolah Dan Antara Sekolah Dengan Masyarakat.
Disini diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang didalam sekolah dengan kelompok-kelompok diluar sekolah.

4. Sebagai Alat Kemajuan dan Perkembangan Sosial.
"Pendidikan" dianggap sebagai badan yang sanggup memperbaiki masyarakat dimana "pendidikan" sebagai alat untuk mencapai kemajuan sosial. Sekolah dapat dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.

5. Sebagai Dasar Menentukan Tujuan "Pendidikan"
Sejumlah ahli memandang bahwa "Sosiologi Pendidikan" sebagai alat untuk menganalisis tujuan "pendidikan" secara objektif dimana mencoba mencapai suatu filsafat "pendidikan" berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia. 

6. Sebagai "Sosiologi" Terapan.
Para ahli "Sosiologi Pendidikan" menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang"Sosiologi" dan "pendidikan" lalu memadukannya kedalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip "osiologi" kepada seluruh proses "pendidikan".

7. Sebagai Latihan Petugas "Pendidikan".
"Sosiologi" dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam menganalisis "pendidikan", untuk memahami hubungan antar manusia didalam sekolah dan struktur masyarakat tempat sekolah itu beroperasi. "Sosiologi Pendidikan" tidak hanya mempelajari masalah-masalah sosial dalam "pendidikan" melainkan juga tujuan "pendidikan", bahan kurikulum, pokok-pokok praktis, etis dan sebagainya.

Sumber:
1. salbima.blogspot.com/2012/02/sosiologi-pendidikan.html - Cache
2. pii-mesir.blogspot.com/.../sosiologi-dan-perannya-dalam-pendidikan.html - Cache
3. pendidikan-sosiologi.blogspot.com
4. fis.uny.ac.id
5. zhalabe.blogspot.com/2011/11/tujuan-sosiologi-pendidikan.html - Cache


Minggu, 25 November 2012

"SOSIOLOGI PEDESAAN"

"Sosiologi Pedesaan" tumbuh pertama kali dan berkembang di Amerika Serikat. Pada mulanya ilmu ini bermula dari para pendeta Kristen yang hidup di daerah "pedesaan" (pertanian)".


"Sosiologi" memandang manusia sebagai makhluk yang multidimensi dan dihargai secara utuh. Manusia tidak hanya memiliki motivasi ekonomi (untung, efisien, kaya), namun memiliki dimensi-dimensi lain bahwa manusia juga punya motivasi, jiwa, orientasi hidup, etika, estetika, dunia batiniah, harga diri, hubungan transedental dengan Tuhan, dan lain-lain.  

Batasan "Sosiologi" adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungan kelompoknya. Yang mencakup hubungan di dalam dan antara kelompok-kelompok manusia. Unsur-unsur yang terdapat dalam batasan ini adalah manusia, hubungan dan kelompok. Perkataan socius dalam bahasa Latin yang berarti teman, dan logos adalah ilmu atau pengetahuan, teman disini mempunyai arti yang luas dari pada yang dimaksudkan sehari-hari, yaitu pihak lain dalam suatu hubungan. Jadi bisa diartikan kawan maupun lawan.

Sosiologi Pedesaan merupakan suatu cabang sosiologi yang mempelajari gejala sosial di pedesaan, berawal dari kata desa maka pengertian desa harus terlebih dahulu di pahami karena objek bagian dari ilmu sosiologi pedesaan adalah desa. Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1979 Tentang pemerintah daerah Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri (Sutardjo Kartohadikusumo)
C.S. Kansil, Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerntahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sedangkan sosiologi pedesaan, banyak sekali ahli mengemukakan definisi sosiologi pedesaan dengan segala kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Merupakan suatu cabang sosiologi yang mempelajari gejala sosial di pedesaan sedangkan menurut beberapa ahli, Menurut T. Lynn Smith dan Paul E. Zapt sosiologi pedesaan adalah kumpulan pengetahuan yang telah disistematisasi yang dihasilkan lewat penerapan metode ilmiah ke dalam studi tentang masyarakat pedesaan, struktur organisasinya, proses-prosesnya, sistem sosialnya yang pokok dan perubahan-perubahannya (Rahardjo, 1999).
Priyotamtomo (2001) sosiologi pedesaan merupakan suatu studi yang melukiskan hubungan manusia di dalam dan antar kelompok yang ada di lingkungan pedesaan. Pengertian “pedesaan” mencakup wilayah yang disebut “rural” dibedakan dengan “urban”. Secara lengkap pedesaan diartikan sebagai kawasan tempat tinggal dan kerja yang secara jelas dapat dipisahkan dari kawasan yang lain yang disebut “kota
Smith dan Zopt (1970) melahirkan Sosiologi Pedesaan dan melahirkan definisi
Ilmu yang mengkaji hubungan anggota masyarakat di dalam dan antara kelompok kelompokdilingkungan pedesaan Rogers Ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat dalam setting pedesaan
Berbeda sosiolog telah mendefinisikan sosiologi pedesaan dalam berbagai cara. Beberapa definisi dapat dipelajari di sini.
1. Sanderson mengatakan bahwa "adalah sosiologi pedesaan sosiologi pedesaan hidup di lingkungan pedesaan".
2. Bertand mengatakan bahwa dalam arti luas, "sosiologi pedesaan adalah studi tentang hubungan manusia dalam lingkungan pedesaan".
3. F. Stuard Chapin mendefinisikan sosiologi pedesaan sebagai berikut: "sosiologi pedesaan yang hidup adalah studi tentang penduduk pedesaan, organisasi sosial pedesaan dan proses-proses sosial komparatif, dalam masyarakat pedesaan".
4. AR Desai mengatakan bahwa " sosiologi pedesaan adalah ilmu masyarakat pedesaan ... Ini adalah ilmu tentang hukum perkembangan masyarakat pedesaan".
Hal ini jelas dari definisi yang disebutkan di atas bahwa studi sosiologi pedesaan interaksi sosial, aktivitas dan lembaga-lembaga dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat pedesaan. Ini studi pedesaan organisasi sosial, struktur dan mensetup. Memberikan kita bahwa pengetahuan tentang fenomena sosial pedesaan
"Sosiologi adalah studi tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat. Hal ini yang memukau dan menarik perusahaan, karena sebagai subyek perilaku kita sendiri sebagai makhluk sosial. Ruang lingkup sosiologi sangat luas, mulai dari analisis lewat pertemuan antara individu di jalan sampai penyelidikan di seluruh dunia proses sosial ". Anthony Giddens ( "Sosiologi", 1989)
Ada pendapat yang selalu menekankan bahwa desa dianggap sebagai desa pertanian, padahal pada kenyataan ada juga desa yang nonpertanian.
Definisi lain masih menggambarkan desa dengan ideal yang artinya desa secara eksplisit berbeda dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang masuk dan mempengaruhi kehidupan desa maka dapat dikatakan bahwa komunitas desa mulai berkembang ke arah komunitas kota, di mana adat-istiadat, tradisi atau pola kebudayaan tradisional desa mengalami proses perubahan.
Howard Newby mengatakan bahwa dalam mempelajari sosiologi pedesaan hendaknya diarahkan pada studi tentang adaptasi masyarakat desa terhadap pengaruh-pengaruh kapitalisme modern yang masuk ke desa.


Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2241970-pengertian-sosiologi-pedesaan/#ixzz3mDBw3Tzb

"Sosiologi Pedesaan"adalah "Sosiologi" dari Kehidupan "Pedesaan". Maksud ungkapan tersebut ialah bahwa "Sosiologi Pedesaan" itu merupakan suatu pengetahuan yang sistematik sebagai hasil penerapan metode ilmiah di dalam upaya mempelajari masyarakat "pedesaan", struktur dan organisasi sosial yang ada, sistem dasar masyarakat, dan proses perubahan sosial yang terjadi. (Smith dan Zopf (1970) dalam "Sosiologi Pedesaan" (suatu pengantar)” Sugihen Bahrein T, 1991)

"Sosiologi Pedesaan" tumbuh pertama kali dan berkembang di Amerika Serikat. Pada mulanya ilmu ini bermula dari para pendeta Kristen yang hidup di daerah "pedesaan" (pertanian). Mereka tidak hanya memiliki permasalahan dalam kehidupan sosial mereka karena kedatangan para migran dan mengambil tanah yang tak bertuan, namun mereka juga mencoba menuliskan bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat "pedesaan" di bagian utara negara itu. 

Lewat tulisan seperti itu mereka mencari pemecahan problema yang timbul di dalam masyarakat "pedesaan". Masalah-masalah tersebut timbul karena lahirnya industri di benua ini yang menyebabkan sebagian daerah "pedesaan" menjadi terbengkalai. "Sosiologi Pedesaan" pada saat itu cenderung dirangsang untuk ikut memperbaiki kehidupan masyarakat desa Amerika Serikat. Maka salah satu ciri khas "Sosiologi Pedesaan" adalah penekanannya pada aspek praktis, sekalipun masih dalam kategori ilmu murni (pure science). Di samping itu "Sosiologi Pedesaan" juga masih dilekati oleh komitmen moral yang kental untuk memperbaiki (membangun) kehidupan masyarakat desa. (Sugihen Bahrein T, 1991)

Pengertian "Sosiologi Pedesaan" memiliki beberapa versi yang berbeda, diantaranya ialah menurut Smith dan Zopt, "Sosiologi Pedesaan" adalah ilmu yang mengkaji hubungan anggota masyarakat di dalam dan antara kelompok-kelompok di lingkungan "pedesaan"

Sedang menurut Allan Johnson "Sosiologi Pedesaan" adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

Dari kedua pengertian diatas dapat dikatakan juga bahwa "Sosiologi Pedesaan" merupakan ilmu yang mengkaji kehidupan masyarakat, baik itu hubungan antar anggota masyarakat ataupun perilaku antar anggota masyarakat dan sistem yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.

Jadi dapat dikatakan pula bahwa "Sosiologi Pedesaan" adalah "Sosiologi" yang melukiskan dan mencakup hubungan manusia di dalamnya dan antara kelompok – kelompok yang ada di lingkungan "pedesaan" (rural dalam bahasa inggris). Perkataan "pedesaan" dalam pemakaian sehari- hari mudah saja untuk dimengerti. Tetapi jika harus diberikan batasan yang tepat adalah sukar juga. Jika kita ikuti; Maksud untuk mempelajari "Sosiologi Pedesaan" adalah untuk mengumpulkan keterangan mengenai masyarakat "pedesaan" dan hubungan-hubungannya.yang melukiskan setelitinya tingkah laku, sikap, perasaan, motif, dan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan "pedesaan" itu. Hasil dari penelitian s"Sosiologi Pedesaan" tadi dapat dipergunakan untuk usaha-usaha perbaikan penghidupan dan kehidupan manusia "pedesaan"; Misalnya usaha penyuluhan pertanian.

Banyak sekali ahli mengemukakan definisi "Sosiologi Pedesaan" dengan segala kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Ada pendapat yang selalu menekankan bahwa desa dianggap sebagai desa pertanian, padahal pada kenyataan ada juga desa yang nonpertanian. Definisi lain masih menggambarkan desa dengan ideal yang artinya desa secara eksplisit berbeda dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang masuk dan mempengaruhi kehidupan desa maka dapat dikatakan bahwa komunitas desa mulai berkembang ke arah komunitas kota, di mana adat-istiadat, tradisi atau pola kebudayaan tradisional desa mengalami proses perubahan.
 
Pengertian "Sosiologi Pedesaan" adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia ,manusia dengan kelompok  dan kelompok dengan masyarakat ,baik formal maupun  material , baik statis maupun dinamis. "Pedesaan" berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal. Pengertian desa disini adalah suatu kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun informal. dimana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah dan otonomi sendiri dalam penyelengaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga-keluarga dalam kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsur penguat yang bersifat religius, tradisi dan adat istiadat.
 
Howard Newby mengatakan bahwa dalam mempelajari "Sosiologi Pedesaan" hendaknya diarahkan pada studi tentang adaptasi masyarakat desa terhadap pengaruh-pengaruh kapitalisme modern yang masuk ke desa. Latar belakang munculnya spesialisi "Sosiologi Pedesaan" karena permasalahan sosial yang timbul di desa di Amerika Serikat, yaitu datangnya para migran dan mengambil tanah yang tak bertuan serta mulai berkembangnya era industrialisasi di Amerika Serikat

Sumber:
1. sosiologipedesaan.blogspot.com/ - Cache
2. pratamasandra.wordpress.com/2010/11/17/sosiologi-pedesaan/
3. blog.umy.ac.id/sakinah/2012/04/.../sosiologi-pedesaan-dan-perkotaan/ - Cache
4. fisipsosiologi.wordpress.com/mata-kuliah/sosiologi-pedesaan/ - Cache
5. mojopahitagrolestari.blogspot.com
6. susianah-affandy.blogspot.com
7. myanotes.blogspot.com