Jumat, 25 November 2011

"Surga Adalah Rumah Abadi"

"Allah SWT berfirman dalam Surat Hud ayat 108: "Dan adapun orang-orang yang berbahagia, maka mereka ditempatkan di dalam "surga", mereka kekal ("abadi") di dalamnya, selama ada langit dan bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Tuhanmu, suatu pemberian yang tidak ada putus-putusnya."


Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang masuk "surga", maka ia akan mendapatkan kenikmatan dan tidak akan disiksa, tidak akan mendapatkan bencana dan tidak akan menjadi tua, tetap dalam usia muda."

Rasulullah juga bersabda: "Penyeru berkata, 'kalian akan selalu sehat dan tidak akan terkena penyakit selamanya, selalu hidup dan tidak akan mati selamanya ("abadi"), selalu dalam usia muda dan tidak akan menua selamanya ("abadi"), serta kalian selalu mendapatkan nikmat dan tidak akan disiksa selamanya ("abadi").   Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Al-A;raf ayat 43: 'Dan diserukan bagi orang-orang yang beriman; inilah "surga" yang diwariskan kepadamu karena apa yang telah kamu kerjakan.'

Dari Abu Said Al-Khudri RA, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda: 'Kematian didatangkan pada Hari Kiamat, seakan-akan ia seperti kambing kibas yang dihias elok dan berhenti antara "surga" dan neraka. Dikatakan, 'Hai ahli "surga", apakah kalian mengetahui apa ini?' Kemudian mereka melihatnya dan berkata, 'Benar, ini adalah kematian. 'Kemudian dikatakan, 'Hai ahli neraka, apakah kalian mengetahui apa ini?' Kemudian mereka melihatnya dan berkata, 'Benar, ini adalah kematian.' Kemudian mereka diperintahkan untuk menyembelihnya, dan Allah SWT berkata kepada mereka, "Wahai ahli "surga", kalian akan "abadi" dan tidak akan mati, dan wahai ahli neraka, kalian akan "abadi" dan tidak akan mati. Kemudian Rasulullah SAW membaca Surat Maryam ayat 39, 'Dan berilah mereka ancaman tentang hari penyesalan, yaitu ketika diselesaikan segala urusan mereka, sedang mereka (sekarang ini) dalam keadaan lalai sedang mereka tidak beriman." Kemudian, Rasulullah memberikan isyarat dengan tangannya ke dunia." (HR. Al-Bukhari).

(Sumber: Tamasya Ke Negeri Akhirat, oleh Syaikh Mahmud Al-Mishri).

"Sebab-Sebab Gugurnya Hukuman Dari Orang-Orang Yang Berbuat Maksiat"

"Apabila seorang hamba mukmin terjebak dalam ke"maksiat"an, maka sesungguhnya Allah SWT telah membukakan pintu-pintu rahmat-Nya bagi para hamba-Nya supaya mereka dapat terbebas dari "hukuman" yang menimpanya, apabila telah mengikhlaskan diri bertakwa."


Dengan demikian, penyesalan dan kesengsaraan akan menimpa orang yang tidak mengetahui "sebab"-"sebab" digugurkannya "hukuman" tersebut.
Menurut penulis kitab Syah Al-Akidah Ath-Thahawiyah, ada 11 (sebelas) "sebab" digugurkannya "hukuman" dari  ke"maksiat"an, yaitu:
"Sebab" pertama: Taubah.
Allah SWT berfirman dalam Surat Maryam ayat 59-60: "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun."

Adapun taubat yang menggugurkan "hukuman" yaitu taubat nashuha, yakni taubat yang murni muncul dari hati, tidak terbatas pada ucapan dengan lidah. Selain itu, taubat nashuha harus disertai dengan penyesalan atas ke"maksiat"an yang telah dikerjakannya di masa lalu, dan bertekat untuk tidak kembali mengulanginya, serta mengerjakan amal saleh.

Posisi taubat yang dapat menjadi salah satu faktor penyebab diampuninya segala dosa dan tidak ditimpakan "hukuman" atasnya, telah disepakati oleh seluruh umat, dan tidak ada sesuatupun yan g menjadi faktor penyebab diampuninya segala dosa kecuali taubat.


"Sebab" kedua: Permohonan ampun (istighfar).
Allah berfirman dalam Surat Al-Anfal ayat 33: "Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun."

Pada tataran realitas, sesungguhnya istighfar termasuk dalam makna taubat, mengingat istighfar merupakan bentuk permohonan ampun atas segala dosa yang dilakukan oleh seorang hamba, sehingga hal ini termasuk dalam penyesalan yang dipersembahkan manusia, karena memohon ampun merupakan ciri atau tanda penyesalan ini. Namun, taubat memiliki nilai tambah dari pada istighfar, yang terletak pada adanya tekad untuk menjauhi ke"maksiat"an di masa mendatang.

"Sebab" ketiga: Mengerjakan kebaikan-kebaikan.
Allah berfirman dalam Surat Al-Hud ayat 114: "Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk."

"Sebab" keempat: Tertimpa musibah-musibah duniawi.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: "Tiada seorang mukmin yang tertimpa sesuatu penyakit, kepedihan, kesengsaraan, kegundahan, atau kesedihan sampai keputus-asaan menimpanya, kecuali Allah pasti menghapuskan kesalahan-kesalahannya."

Ketahuilah, penghapusan kesalahan-kesalahan itu dapat menjadi "sebab" terjebak dalam ke"maksiat"an itu sendiri. Apabila orang yang diuji tertimpa cubaan/musibah itu bersabar, maka ia akan memperoleh pahala yang baru melebihi penghapusan kesalahan-kesalahannya. Sebaliknya, jika ia membenci musibah tersebut maka ia akan memperoleh dosa yang baru pula, dan penghapusan kesalahan-kesalahannya itu masih tetap tersisa dengan tertimpanya musibah tersebut.

"Sebab" kelima: Siksa kubur.

"Sebab" keenam: Kepayahan dan kedahsyatan Hari Kiamat.

"Sebab" kedelapan: Syafaat bagi orang yang diizinkan Allah untuk mnemperolehnya pada Hari Kiamat.
Allah berfitman pada Surat An-Nisa' ayat 48: "Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu."

"Sebab" kesembilan: Do'a kaum mukminin dan permohonan ampun mereka selama hidup dan sesudah mati.

"Sebab" kesepuluh: yaitu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda: "Apabila kaum mukminin telah terbebas dari neraka, maka mereka ditahan di suatu jembatan antara surga dan neraka, diberilah balasan atas kedzaliman-kedzaliman yang dikerjakan mereka di dunia, hingga apabila telah bersih (dari kedzaliman-kedzaliman tersebut), dizinkanlah mereka untuk masuk ke dalam surga. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, niscaya tempat tinggal salah seorang dari mereka di surga itu lebih kokoh dari pada rumahnya ketika di dunia."

"Sebab" kesebelas: Pahala shadaqah, membaca Al-Qur'an, menunaikan ibadah haji, atau yang semisal dengan itu.

(Sumber: Tamasya Ke Negeri Akhirat, oleh Syaikh Mahmud Al-Mishri).

"Menjauhkan Diri Dari Sebab-Sebab Siksa Kubur"

"Di antara "sebab" selamatnya dari adzab neraka yaitu menjauhkan diri dari segala "sebab" yang mengakibatkan ditimpakannya "siksa kubur", seperti: Adu domba, tidak menutup dan bersuci dari kencing, berdusta, menjauhi Al-Qur'an dan tidak mengamalkannya, makan riba, dan melakukan zina."


Segala hal ini termasuk dalam faktor yang menjadi penyebab ditimpakannya "siksa kubur", maka seharusnya kita menjauhi hal-hal tersebut, agar kita semua selamat dari "siksa kubur" tersebut.

Demikian pula, kita diharuskan untuk menjauhkan diri dari "sebab"-"sebab" yang mengakibatkan kepada su'ul khatimah, antara lain: Ragu dan menentang yang menyebabkannya melakukan bid'ah, rusak akidah, munafik, menyukai kemaksiatan, dan terus-menerus melakukan maksiat, dan menggantungkan diri kepada selain Allah, bunuh diri, tidak konsisten menjalankan ibadah, menunda-nunda taubat, cinta dunia dan banyak berangan-angan.

(Sumber: Tamasya Ke Negeri "Akhirat", oleh Syaikh Mahmud Al-Mishri).