Selasa, 19 April 2011

"WABAH ULAT BULU"

"Ulat bulu" tidak harus diberantas habis, karena justru akan dapat merusak ekosistem yang ada. Pertumbuhan "ulat bulu" harus dikendalikan supaya jumlahnya tidak terlalu banyak."


Fenomena "ulat bulu" berkembang biak pesat saat ini terjadi karena:

1. Kurangnya faktor predator seperti semut rangrang, dan burung sudah jarang ditemukan di wilayah metropolis.

2. Ditambah dengan cuaca yang ekstrim, yaitu musim hujan yang memberikan kelembaban tinggi. Hal ini justru menjadi iklim favorit "ulat bulu" untuk menjadi kupu-kupu.

Cara mengatasi kulit yang terkena "ulat bulu":

1. Mencuci tangan dengan sabun. Jangan digaruk. Makin digaruk, tambah gatal dan terasa sakit. Karena efek  "ulat bulu" akan semakin menyebar ke anggota tubuh lain, sesuai dengan luasnya bagian kulit yang digaruk. Kulit yang semula tidak terkena "bulu ulat" tersebut malah memerah akibat vekas garukan. Karena itu menggaruk bukan solusinya.

2. Buang daun yang menjadi sarang telur "ulat bulu".

3. Kalau sudah menjadi kupu-kupu atau ngengat, pancing dengan lampu dan letakkan ember berisi air di bawahnya, supaya saat jatuh, "ulat bulu" langsung mati.

4. "Ulat bulu" yang terlanjur banyak dan besar dapat dikumpulkan, dibakar atau dibenamkan ke dalam tanah.

5. Pestisida adalah cara terakhir untuk menangani wabah "ulat bulu".


Apabila terlanjur menyentuh atau terkena "ulat bulu":

1. Hilangkan "bulu ulat" yang menempel di kulit.

2. Cuci bagian yang terkena "bulu ulat".

3. Usap dengan garam.

4. Gunakan minyak kelapa atau es batu untuk mengatasi membantu mengobati pembengkakan dan nyeri.

5. Jangan digaruk karena dapat menimbulkan luka dan infeksi.